WNI di Korsel Mengaku Jadi Korban Kekerasan Bermotif Rasisme

Pihak KBRI di Korea Selatan angkat bicara.

Seorang perempuan berkewarganegaraan Indonesia bernama Jessica Setia mengaku menerima pukulan dari staf keamanan sebuah klub di kota Busan, Korea Selatan. Pukulan itu diterimanya Jumat tengah malam (1/9) waktu setempat. Akibatnya, ia mengalami luka-luka di bagian bibir dan dagu.

Ia mengaku menjadi korban kekerasan bermotif rasisme.

WNI di Korsel Mengaku Jadi Korban Kekerasan Bermotif Rasismefacebook.com/Koreanized

Dikutip dari The Korea Herald, WNI berusia 21 tahun itu awalnya hanya berniat untuk masuk ke dalam sebuah klub malam. Namun, pria yang bertugas sebagai sekuriti melarangnya.

Jessica yang memang menuntut ilmu di negara tersebut berkata bahwa pria tersebut "bersikap rasis tanpa alasan yang jelas". Pasalnya, hanya ia dan temannya yang juga berpaspor Indonesia yang menerima perlakuan diskriminatif.

"Mereka membiarkan teman-temanku, yang merupakan warga negara Korea Selatan, masuk dengan mudah. Tapi ketika giliranku dan teman Indonesiaku, dia membuat sulit (untuk kami masuk ke dalam klub)," ujarnya.

Jessica juga mengaku salah satu temannya yang juga WNI bernama Gabrielle didorong oleh pria tersebut dan kartu identitasnya dibuang ke lantai. Oleh karena itu, ia membalas dengan mendorong pria itu. 

Gabrielle meyakini perlakuan buruk yang diterimanya dan Jessica terkait dengan etnis keduanya. Ia mengatakan ini berdasarkan pengalamannya secara umum selama di Korea. 

"Aku terbiasa dengan orang-orang yang menyepelekan warga Indonesia. Aku pikir dia tak menyukai warga asing jadi dia bersikap tak sopan kepada kami terutama karena kami bukan orang kulit putih. Ketika kami marah dan menunjukkannya kepadanya, aku pikir itu membuatnya marah," kata Gabrielle.

Baca Juga: Sindir Orang Rasis, Supermarket Ini Kosongkan Produk Impor

Klaim tersebut juga diamini oleh teman mereka melalui akun Facebook.

WNI di Korsel Mengaku Jadi Korban Kekerasan Bermotif Rasismecloudmind.info

Peristiwa yang menimpa Jessica menjadi sangat viral dalam beberapa jam di Korea Selatan. Ini karena temannya, Joshua Irwin, mengunggah foto Jessica dengan kondisi babak belur dan menuliskan sebuah pernyataan panjang melalui Facebook (kini sudah dihapus, tapi sempat diposting ulang oleh akun lain).

Dalam postingan yang telah dibagikan lebih dari 650 kali tersebut Joshua mengamini klaim yang dikeluarkan Jessica dan Gabrielle. Menurut Joshua, semua bermula ketika mereka mengantri masuk ke klub.

Kartu identitas Gabrielle dilempar ke lantai dan pria tersebut mengeluarkan kata kasar dalam Bahasa Korea serta mendorongnya. Seorang teman Gabrielle, yakni Jessica, membalas dengan mendorong. Kemudian, menurut pengakuan Joshua, pria itu lalu memukul Jessica beberapa kali di bagian bibir.

"Sekarang, bagaimana bisa sesuatu seperti ini terjadi karena sebuah provokasi kecil? Aku percaya ini semua karena keyakinan kuno, misoginis dan menyedihkan bahwa laki-laki superior dibanding perempuan," tulis Joshua.

Ia kemudian menambahkan bahwa etnis turut berperan dalam peristiwa ini. "Terlebih lagi, menjadi orang asing berkulit putih sudah pasti lebih berpengaruh daripada jadi orang asing yang tak terlihat seperti orang kulit putih atau dari negara Asia lain."

Pihak klub membantah klaim adanya diskriminasi.

WNI di Korsel Mengaku Jadi Korban Kekerasan Bermotif Rasismecloudmind.info

Setelah viral, manajemen klub mengatakan bahwa tak ada diskriminasi terkait etnis atau gender pada malam itu dan menilai cerita Jessica, Gabrielle serta Joshua hanya dari satu sisi saja.

"Klub kami mengecek semua identitas pelanggan, tak peduli apa etnis mereka, melalui prosedur yang sama. Tak ada diskriminasi ras sama sekali," tegas pihak klub.

Mereka juga menggarisbawahi bahwa sekuriti klub hanya membela diri sebab Jessica yang pertama kali menyerang. Sementara itu, kepolisian Busan menyatakan tengah menginvestigasi kasus ini dan memanggil semua pihak yang terlibat.

KBRI di Seoul menyatakan terus berkomunikasi dengan seluruh pihak.

WNI di Korsel Mengaku Jadi Korban Kekerasan Bermotif Rasismecloudmind.info

IDN Times menghubungi perwakilan Indonesia di Korea Selatan pada Senin (4/9) untuk meminta kejelasan terkait kasus ini. M. Aji Surya selaku Minister Counsellor KBRI di Seoul mengatakan pihaknya terus berupaya menangani masalah ini dan berkomunikasi dengan semua pihak terkait, termasuk Jessica dan polisi.

"Bahkan hari ini kita juga sudah bicara dengan orangtua Jessica. KBRI akan terus melakukan pendampingan dalam arti luas. Kita juga memantau agar masalah ini bisa diselesaikan segera dan tidak meluas," ujarnya. Menurut Aji, saat ini sudah tenang dan telah mendapat perawatan.

"Bahkan saya dengar ia sudah kuliah," kata Aji. Ia pun menegaskan sejauh ini belum ada pembicaraan untuk membawa persoalan ini ke jalur hukum. "Prinsipnya kita ingin ada penyelesaian yang adil, namun mengedepankan kebersamaan," tambahnya.

Ketika ditanya mengenai klaim perlakuan rasis yang disebutkan Jessica, Gabrielle dan Joshua, Aji memiliki jawaban sendiri. "Sejauh ini secara umum 40.000 WNI di Korea Selatan mendapatkan perlakuan yang baik. Ada satu atau dua kasus, tapi tidak bisa dipakai untuk pengambilan kesimpulan," jawabnya.

Aji mencontohkan WNI memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga asli Korea Selatan dan diizinkan mengekspresikan keyakinan beragama. Hanya saja pihak KBRI menghimbau agar WNI tetap bersikap baik. "Yang penting aturan harus ditaati," tegasnya.

Baca Juga: Gara-gara Bentrok SARA, Pencarian kata "Rasisme" Meningkat

Topik:

Berita Terkini Lainnya