Terkait Terorisme, Penembakan di Paris Diprediksi Pengaruhi Pilpres Prancis

Pemungutan suara dilakukan Minggu

Usai tragedi teror di London, St. Petersburg, dan Stockholm yang terjadi dalam satu bulan terakhir, kini Prancis menyusul menjadi target. Seorang tersangka teror melakukan penembakan di kawasan padat wisatawan di Champs Elysees pada Kamis (20/4) sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Ini bukan kali pertama Paris dihadapkan pada aksi teror.

Kelompok teror ISIS mengaku bertanggungjawab.

Terkait Terorisme, Penembakan di Paris Diprediksi Pengaruhi Pilpres PrancisChristian Hartmann/Reuters

Usai membunuh seorang anggota kepolisian dan melukai dua orang polisi lainnya, ia kemudian ditembak mati oleh petugas keamanan. Seperti dikutip dari AFP, kelompok teroris ISIS mengklaim bahwa pelaku adalah salah satu anggotanya.

Pelaku adalah seorang pria berusia 39 tahun yang berkewarganegaraan Prancis. Pihak kepolisian mengaku familiar dengannya karena pada 2005 ia dituntut 15 tahun penjara atas tuduhan tiga usaha pembunuhan. Peristiwa ini diprediksi akan berpengaruh terhadap Pilpres Prancis.

Baca Juga: Tren Terorisme Global: Menempatkan Wanita Sebagai Pelaku Bom Bunuh Diri

Terorisme dan imigrasi menjadi perhatian utama selama masa kampanye.

Terkait Terorisme, Penembakan di Paris Diprediksi Pengaruhi Pilpres PrancisMartin Bureau/Pool/Reuters

Pilpres di Prancis akan digelar pada Minggu (23/4) mendatang. The Guardian melaporkan bahwa setelah mendengar tragedi tersebut, tiga dari lima kandidat presiden memutuskan untuk membatalkan agenda kampanye hari Jumat (21/4) sebelum memasuki masa tenang.

Mereka adalah Ketua Partai Front Nasional Marine Le Pen, mantan Perdana Menteri François Fillon, serta kandidat dari Partai Sosialis Benoît Hamon. Kandidat lainnya disebut sangat terkejut juga dengan kejadian tersebut. Penembakan itu pun dikhawatirkan berpengaruh terhadap pemungutan suara hari Minggu.

Pasalnya isu terorisme dan imigrasi telah menjadi topik perdebatan panas di antara para kandidat dan masyarakat. Sejak penembakan dan pemboman pada November 2015, Prancis menetapkan status darurat. Setidaknya dua dari lima kandidat presiden secara terbuka mengekspresikan visi dan misi mereka terkait isu tersebut.

Kandidat perempuan satu-satunya yang juga berasal dari partai sayap kanan, Marine Le Pen, menawarkan visi dan misi untuk memberlakukan larangan imigrasi secara ketat. Begitu juga dengan François Fillon yang konservatif. Jika jadi presiden, ia ingin mengetatkan imigrasi juga. Dengan kata lain, mereka akan sangat mengurangi, bahkan menolak, penerimaan pengungsi karena alasan terorisme.

Baik Le Pen maupun Fillon mengampanyekan Islamofobia.

Terkait Terorisme, Penembakan di Paris Diprediksi Pengaruhi Pilpres PrancisBenoit Tessier/Reuters

Imigran yang beragama Islam adalah kelompok minoritas di Prancis. Nama mereka dan Muslim itu sendiri tercoreng karena ulah para teroris yang mengatasnamakan Islam, seperti Al Qaeda dan ISIS, untuk melukai dan membunuh orang-orang tak bersalah.

Namun, generalisasi negatif terhadap Islam begitu kuat di Prancis dan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Le Pen dan Fillon. Posisi mereka terhadap terorisme dan imigrasi sangat lekat berhubungan dengan pandangan mereka terhadap Islam.

Fillon, misalnya, selama kampanye telah menguatkan citranya sebagai kandidat garis keras yang mengatakan keamanan Prancis terancam. Dikutip dari Reuters, menurut Fillon, memerangi "totalitarianisme Islam" wajib menjadi prioritas bagi Presiden Prancis berikutnya.

Sentimen senada juga diucapkan oleh Le Pen. "Saya tidak ingin kita terbiasa dengan terorisme Islamis. Kita harus berhenti bersikap naif. Kita tak bisa mewariskan kepada anak-anak kita sebuah negara yang tak mampu melindungi mereka," ujarnya kepada media Prancis, France 2.

Le Pen sendiri berada di posisi kedua di beberapa jajak pendapat terakhir. Kandidat yang paling diunggulkan adalah Emmanuel Macron yang datang dari partai tengah. Meski tak mengungkapkan pandangannya secara terbuka terkait terorisme dan imigrasi, tapi setelah tragedi Kamis malam di Champs Elysees, ia menyatakan tugas utama seorang presiden adalah melindungi rakyatnya.

Baca Juga: Teori Konspirasi Beredar Usai Ledakan Bom di St. Petersburg

Topik:

Berita Terkini Lainnya