Bertemu Aung San Suu Kyi, Paus Fransiskus Tak Sebut Rohingya

Ada kekhawatiran umat Katolik Myanmar nanti jadi target diskriminasi juga.

Naypyidaw, IDN Times - Dalam kunjungannya ke Myanmar, Paus Fransiskus sempat memberikan pidato dengan ditemani oleh pemimpin de facto Aung San Suu Kyi. Sebelumnya publik menduga-duga apakah ia akan menyebut kata Rohingya dalam pidatonya. Rupanya, ia tak menyebutkan kata itu sama sekali.

Paus Fransiskus meminta adanya "penghormatan terhadap masing-masing etnis".

Bertemu Aung San Suu Kyi, Paus Fransiskus Tak Sebut RohingyaANTARA FOTO/Osservatore Romano/Handout via Reuters

Sejumlah kelompok aktivis hak asasi manusia meminta Paus Fransiskus untuk memakai istilah Rohingya saat berpidato di Myanmar. Namun, dikutip dari BBC, perwakilan gereja Katolik di Myanmar menyarankan sebaliknya. Akhirnya, Paus Fransiskus secara umum menegaskan pentingnya penghormatan terhadap hak-hak kelompok etnis.

"Masa depan Myanmar harus perdamaian, sebuah perdamaian berdasarkan penghormatan terhadap martabat dan hak masing-masing anggota masyarakat, penghormatan terhadap masing-masing kelompok etnis dan identitasnya, penghormatan terhadap aturan hukum, dan penghormatan terhadap tata demokrasi yang memungkinkan setiap individu dan kelompok - tak ada yang disingkirkan - untuk menawarkan kontribusi sah mereka untuk kepentingan bersama," kata Paus Fransiskus.

Kemudian, ia juga menegaskan bahwa harta terbesar yang dimiliki Myanmar adalah masyarakat mereka. Sayangnya, kata Paus, mereka "telah sangat menderita, dan terus menderita, karena konflik dan pertikaian sipil yang berlangsung sangat lama dan menciptakan perpecahan yang dalam".

Baca juga: Kunjungi Myanmar, Publik Takut Paus Fransiskus Sebut Rohingya

Ia disebut khawatir dengan nasib umat Katolik di Myanmar.

Sebenarnya, Paus Fransiskus pernah secara terang-terangan menyebut kata Rohingya. Misalnya, tiga bulan lalu, ia sempat mengecam "persekusi saudara-saudara Rohingya".

Di Vatikan, ia berkata,"Aku ingin mengungkapkan kedekatanku pada mereka dan mari kita semua meminta kepada Tuhan untuk menyelamatkan mereka, dan mengangkat laki-laki dan perempuan yang berniat baik untuk membantu mereka, yang semestinya memberikan mereka hak-hak secara penuh."

Perubahan sikap Paus Fransiskus diduga terkait dengan desakan dari orang-orang dekatnya serta pengurus gereja Katolik di Myanmar. Mereka takut jika umat Katolik yang menjadi warga minoritas di negara tersebut akan menerima perlakuan diskriminasi jika ia secara langsung menyebut Rohingya.

Joanna Moorhead menulis di The Guardian bahwa Paus Fransiskus tidak memiliki pilihan lain jika tak ingin melahirkan implikasi buruk kepada warga Katolik lokal. "Di saat ia mungkin terlihat seperti seorang pembuat perdamaian dunia, ia harus menjaga pertama dan terutama orang-orangnya sendiri. Dan itu, sepertinya, adalah apa yang terjadi di sini," tulis Moorhead.

Kata Rohingya sendiri memang mengandung unsur politis di Myanmar. Amnesty International, dalam laporannya yang berjudul Penjara Tanpa Atap, menyebut bahwa pemerintah Myanmar menolak memakai istilah Rohingya untuk menegaskan tak ada kelompok tersebut di sana.

Pemerintah mengidentifikasi mereka sebagai orang Bengali yang secara tak langsung mengandung arti mereka adalah imigran dari Bangladesh. Aung San Suu Kyi juga meminta para diplomat untuk tak menyebutkan kata Rohingya, dan menggantinya dengan "kelompok Muslim yang tinggal di negara bagian Rakhine".

Baca juga: KTT ASEAN Diminta Hindari Penyebutan Kata Rohingya

Topik:

Berita Terkini Lainnya