Soal "Tamasya Al Maidah", Polri, KPU dan Bawaslu Larang Mobilisasi ke TPS

Tamasya kok ke TPS?

Panitia Tamasya Al Maidah telah memberikan konfirmasi bahwa pihaknya akan tetap menyelenggarakan kegiatan tersebut pada hari pemungutan suara yang dilaksanakan pada 19 April 2017 nanti. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Komisi Pemilihan Umum (KPU), serta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengeluarkan maklumat.

Tamasya Al Maidah merupakan upaya dari sebuah sekelompok orang dengan dalih mengawal pelakasanaan pemungutan suara Pilkada DKI. Ketua Panitia Tamasya Al Maidah, Ansufri Sambo mengklaim bahwa jumlah peserta yang akan mengikuti gerakan tersebut mencapai ratusan ribu. Penyelenggara bahkan membuat aplikasi di Android untuk memfasiltasi para peserta yang hendak mendaftar.

Maklumat itu berisi larangan mobilisasi massa ke TPS untuk alasan apapun.

Soal  Tamasya Al Maidah, Polri, KPU dan Bawaslu Larang Mobilisasi ke TPSRosa Panggabean/ANTARA FOTO

Dikutip dari Gatra, ketiga lembaga tersebut bekerjasama untuk menerbitkan Maklumat bernomor MAK/01/IV/2017, Nomor: 345/KPU-Prov-010/IV/2017, dan Nomor 405/KJK/HM.00.00/IV/2017 yang ditandatangani oleh Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan, Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno, serta Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti pada Senin (17/4).

Baik Polri, KPU dan Bawaslu menyebutkan mobilisasi massa yang tak punya kepentingan mencoblos, terlebih lagi dari luar Jakarta, akan mengganggu ketertiban umum serta dikhawatirkan berdampak pada kondisi fisik serta psikologis para pemilih. Mereka menyebut bahwa pihak keamanan yang ada saat ini sudah mumpuni. Ketiganya juga mengingatkan siapapun yang memaksa, akan berhadapan dengan hukum.

Adapun isi maklumat tersebut adalah:

Bahwa berdasarkan perkembangan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Jakarta dan demi menciptakan situasi yang aman dan kondusif menjelang, saat dan pasca tahap pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, maka disampaikan MAKLUMAT kepada masyarakat sebagai berikut:

1. Setiap orang dilarang melaksanakan mobilisasi massa yang dapat mengintimidasi secara fisik dan psikologis dalam bentuk kegiatan apapun yaitu yang akan datang ke TPS di Jakarta bukan untuk menggunakan hak pilihnya, karena dapat membuat situasi kamtibmas di Jakarta kurang kondusif dan masyarakat dapat merasa terintimidasi baik secara fisik maupun psikologisnya, sedangkan sudah ada penyelenggara Pemilukada yaitu KPU Provinsi DKI Jakarta dan Pengawas Pemilukada yang berwenang yaitu Bawaslu DKI Jakarta dan jajarannya.

2. Bila ada sekelompok orang dari luar Jakarta yang akan melaksanakan kegiatan tersebut, maka Polri, TNI dan instansi terkait akan melaksanakan pencegahan dan pemeriksaan di jalan dan akan diminta untuk kembali, dan bila sudah berada di Jakarta akan dikembalikan ke daerahnya masing-masing.

3. Bila sekelompok orang tersebut tetap memaksa datang ke Jakarta dan melanggar hukum, maka akan diproses dan dikenakan sanksi sesuai prosedur hukum.

Baca Juga: Beberapa Pendukung Aksi 212 Marah Karena Sari Roti Bantah Bagi Roti Gratis, Apakah Ini Bentuk Intoleransi?​

Panitia Tamasya Al Maidah menyebutkan 100.000 alumni Aksi 212 akan ikut serta.

Soal  Tamasya Al Maidah, Polri, KPU dan Bawaslu Larang Mobilisasi ke TPSMuhammad Adimaja/ANTARA FOTO

Ketua Panitia Tamasya Al Maidah, Ansufri ID Sambo, mengklaim ada 100.000 alumni Aksi 212 yang akan menjadi peserta Tamasya Al Maidah. "Yang sudah bersedia dan mengatakan komitmen hadir kira-kira 100 ribu orang. Ada yang dari Medan, Jawa, Madura, apalagi dari Jabodetabek. Dan kita sudah perluas panitianya," kata Ansufri, seperti dikutip dari Republika.

Penting untuk diingat bahwa Aksi 212 menuntut agar calon gubernur nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dipenjara karena massa menganggap ia telah melakukan penistaan agama. Tak hanya itu, massa juga menuntut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo untuk memberhentikan Ahok dari posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Ansufri berkata bahwa kegiatan itu bukan untuk mengintimidasi, melainkan secara harafiah bertamasya atau berekreasi bersama keluarga.

Soal  Tamasya Al Maidah, Polri, KPU dan Bawaslu Larang Mobilisasi ke TPSMuhammad Adimaja/ANTARA FOTO

Meski bertujuan untuk mengawal kemenangan pasangan calon yang beragama Islam, dalam hal ini Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, tapi Ansufri berkata bahwa format kegiatan lebih seperti tamasya secara harafiah. "Namanya juga tamasya. Jadi kumpul-kumpul, rekreasi bersama keluarga, saudara, teman di TPS. Sembari silaturahmi. Ini dibuat sebagai sesuatu yang menyenangkan, bukan menyeramkan," ucapnya.

Karena di DKI Jakarta ada 13.000 Tempat Pemungutan Suara (TPS), menurut penuturan Ansufri, akan ada 100 orang yang "bertamasya" di tempat tersebut. Orang-orang itu, kata Ansufri, akan memastikan pemilih beragama Islam memilih tanpa perasaan takut. Para peserta Tamasya Al Maidah juga disebutkan akan berada di TPS sejak waktu pencoblosan dimulai hingga selesainya penghitungan suara.

Baca Juga: Soal 'Tamasya Al Maidah', Djarot: Opo Maneh Iki?

Topik:

Berita Terkini Lainnya