Rencana Pembunuhan Ahok Lewat Telegram, Pengacara Buka Suara

Banyak pihak yang diduga masih menyimpan sakit hati terhadap Ahok.

Baru-baru ini, muncul kabar bahwa Telegram ternyata digunakan tidak hanya untuk rencana aksi terorisme, tapi juga untuk mengirimkan pesan rencana pembunuhan terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Rencana Pembunuhan Ahok Lewat Telegram, Pengacara Buka Suara  Kurniawan Mas'ud/Merdeka.com

Melalui pengacaranya, I Wayan Sudhirta, Ahok mengaku tidak kaget jika ada rencana pembunuhan yang dilayangkan kepadanya via Telegram. Wayan membeberkan bahwa ancaman semacam ini sebetulnya tidak hanya datang dari aplikasi Telegram saja. Sebelumnya sejumlah masa kontra Ahok mendatangi Mako Brimob untuk berdemo sambil berujar “bunuh Ahok, bunuh Ahok”. "Ini sudah sangat terbuka dan bukan isapan jempol," ujarnya seperti dikutip dari Kompas.com, (19/7). Telegram sendiri merupakan media chatting yang kini telah diblokir oleh pemerintah karena dianggap jadi alat komunikasi terorisme.

Banyak pihak yang diduga masih menyimpan sakit hati terhadap Ahok.

Rencana Pembunuhan Ahok Lewat Telegram, Pengacara Buka Suara  Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO

Wayan menuturkan bahwa Ahok sudah mencoba untuk menerima hukuman dua tahun yang diterimanya. Selanjutnya dia juga telah mundur dari jabatannya sebagai Gubeernur DKI Jakarta. Namun, masih ada saja pendemo yang tidak puas dan malah berteriak-teriak bunuh Ahok. Bagaimanapun juga, dia menilai itu adalah konsekuensi yang harus dihadapi Ahok saat memilih bekerja dengan benar.

Baca Juga: Wajib Tahu! Inilah 9 Fakta di Balik Sidang Vonis Ahok. 

Adanya ancaman pembunuhan untuk Ahok diduga menjadi alasan kenapa Telegram diblokir.

Rencana Pembunuhan Ahok Lewat Telegram, Pengacara Buka Suara  Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO

Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan tidak memungkiri bahwa adanya rencana pembunuhan Ahok juga menjadi salah satu alasan kenapa aplikasi pesan singkat Telegram itu akhirnya diblokir. Pihaknya mengklaim telah menerima data dari Densus (Detasemen Khusus) terkait ancaman pembunuhan dan teror bom yang beredar di Telegram.

Baca Juga: Ahok Ternyata Ikut Puasa Selama Ramadan, Lho!

Topik:

Berita Terkini Lainnya