Tampil Perdana di Mata Najwa, Panglima TNI dan Kapolri Saling 'Mengerjai'

Kapolri mengancam bakal 'mengerjai' ulah Panglima TNI

Jakarta, IDN Times - Mata Najwa kembali ke layar kaca dan tampil perdana pada awal tahun politik 2018. Ditayangkan secara live pada Rabu 10 Januari lalu, Mata Najwa menyuguhkan sajian istimewa dengan menghadirkan tamu-tamu penting. Di antaranya Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. 

Mata Najwa sekaligus menjadi talk show perdana yang dihadiri Panglima TNI dan Kapolri. Duduk berdua dan menjawab bersama pertanyaan dari Najwa dan masyarakat melakui sosial media, Panglima TNI dan Kaporli terlihat kompak. Banyak fakta, pandangan, hingga gurauan dari kedua pemegang tongkat komando keamanan negeri ini.

1. Satu alumni

Tampil Perdana di Mata Najwa, Panglima TNI dan Kapolri Saling 'Mengerjai'IDN Times/Vanny El Rahman

Baik Panglima TNI maupun Kapolri ternyata berasal dari akademi militer yang sama. Lembah Tidar menjadi tempat keduanya menjalani masa taruna dan dibentuk sebagai angkatan untuk mengamankan dan mengadi pada negara.

Banyak kisah yang diputar kembali oleh Panglima TNI dan Kapolri di Mata Najwa selama mereka ditempa di tempat itu. Meski Marsekal Hadi dan Jenderal Tito hanya terpaut satu angkatan, namun kedekatan keduanya sudah terjalin kuat.    

“Sebetulnya kita sudah terbiasa untuk bersatu,” kata Hadi.

“Ketika kami berdua juga pendidikan di Akdemi Militer, kita punya pelatih yang sama. Kita punya lagu itu sama. Kalau pagi-pagi pak Tito juga lagunya sama dengan saya,” Panglima TNI melanjutkan.

Keduanya pun kompak menyanyikan lagu yang mereka maksud.

Najwa lantas bertanya kepada Jenderal Tito “kok mesranya baru sama yang ini?” ujar Najwa disambut tawa penonton.

Tito menjawab. Dia menyebutkan jarak angkatan yang berbeda jauh menjadi alasan. Hal tersebut membuat ada rasa sungkan antara Jenderal Gatot dan Panglima TNI sebelumnya.

“Kami punya kultur yang sama. Alumni Lembah Tidar kebiasaan di sana menyentuh sampai ke dalam,” kata Tito.

“Sebagai adik saya selalu hormat kepada senior. Saya sering ke rumah beliau, Pak Gatot, orang yang dimaksud,” dia melanjutkan. 

“Beberapa kali juga tampil bersama. Cuman mungkin ada rasa segan karena gap-nya terlalu jauh dengan beliau. Kalau sekarang beda angkatannya 86-87, kakak adeknya lebih deket. Lebih sering ditempeleng sama 86,” ungkap Tito disertai tawa dan senyuman.

2. Panglima TNI mengerjai Kapolri

Tampil Perdana di Mata Najwa, Panglima TNI dan Kapolri Saling 'Mengerjai'IDN Times/Indiana Malia

Bukan baru sekali dua kali keakraban di antara Panglima TNI dan Kapolri terlihat. Dalam beberapa kesempatan, banyak foto yang menangkap kedekatan keduanya. Salah satunya ketika Tito berkesempatan bersama Hadi naik pesawat Sukhoi.

Kejadian lucu pun terlihat kala itu. Panglima TNI sempat mengerjai Kapolri. Hadi menceritakan detail kejadian itu, bagaimana dia ingin memberikan sensasi ketika pesawat hendak mendarat dan berkoordinasi denga pihak lainnya untuk mengerjai Kapolri.

“Tapi sudah pasti aman. Karena sudah saya briefing,” kata Hadi.

Tito kemudian menambahkan cerita bagaimana ia dikerjai Hadi. Tidak hanya ketika pesawat mendarat, tapi juga ketika Sukhoi masih di langit Jakarta.

“Sampai Pelabuhan Ratu, semuanya datar,” kata Tito memulai cerita.

“Tiba-tiba pilot yang di depan menyampaikan bahwa saya mendengar kata Panglima ‘kendali saya ambil alih’,” Tito melanjutkan.

“Tiba-tiba beliau bilang kanan, kanan kita, padahal tadinya datar saja seperti pesawat komersial. Kanan, setelah itu kiri, masih bisa kita atasi, yang ke atas yang kurang karena daya gaya grafitasinya. Sehingga yang di paha kita ada pakaian khusus seperti tertekan. Lalu ke bawah lagi, mulai tuh mual-mual,” kenang Tito disambut tawa Hadi dan hadirin.

Pertanyaan dari msayarakat lantas muncul, kapan Tito akan gantian mengerjai Hadi? 

“Ada niat tapi surprise,” kata Tito disambut tawa Panglima TNI.

“Itu rahasia dapur,” kata Tito, lagi.

Tito sendiri mengaku terkejut ketika pertama berkesempatan naik Sukhoi. “Karena rasanya seperti naik mobil sport seperti yang di Sentul, power-nya luar biasa, lain dengan pesawat komersial. Nyaman sekali,” ungkap Tito.

Baca juga: Kocak, Cerita Kapolri saat Diajak Manuver Pakai Sukhoi Bareng Panglima TNI

3. Ingin prajurit TNI dan polisi juga akrab

Tampil Perdana di Mata Najwa, Panglima TNI dan Kapolri Saling 'Mengerjai'ANTARAFOTO/Wahdi Septiawan
Keakraban antara Panglima TNI dan Kapolri begitu menyejukan hati masyarakat. Masyarakat berharap kemesraan keduanya terus terjalin dan dapat ditiru seluruh jajaran TNI dan kepolisian. Harapan yang sama juga ternyata menjadi harapan Hadi dan Tito.

“Saya sampaikan kepada amanat saya bahwa kemesraan itu bukan hanya pada tingkat atas atau ceremonial saja, tapi sampai ke tingkat bawah,” kata Hadi.

“Dan hal ini disambut baik. Semua melaksanakan apa yang saya perintahlan,” Hadi menambahkan.

Panglima TNI juga mengaku telah menyaksikan langsung keakraban antara parajurit TNI dan polisi dalam beberpaa kunjungan. Ia menilai prajurit TNI dan polisi sudah dapat bekerja sama lebih baik lagi dari sebelumnya.

Meski kedekatan sudah terjalin kuat, keduanya tidak lantas saling melindungi dari kritik dan menutupi kesalahan satu dan lainnya. “Kritik itu kan membangun. Jadi kami siap untuk dikritik. Dan semua kan masyarakat yang tahu. Baik atau kurang itu masyarakat yang tahu,” kata Hadi.

“Katakanlah yang dikritik TNI, tidak akan dilindungi oleh Kapolri. Begitu juga kalau Kapolri dikritik, saya tidak akan melindungi. Kita akan evaluasi dari permasalahan ini. Toh ini juga untuk kita semuanya,” Hadi melanjutkan.

“Organisasi yang maju itu adalah organisasi yang mau dikritik. Kalau tidak mau dikritik dia tidak akan bisa maju,” Tito menambahkan.

Menurut Tito memberikan kritik merupakan wujud nyata dari penerapan kebebasa berpendapat di Indonesia. Namun, Kapolri mengingatkan, tidak ada kebebasan yang absolut, semua ada aturannya. Kritik yang disampaikan juga diharapkan disertai fakta dan sifatnya membangun serta demi kebaikan bersama.

4. Tidak tertarik terjun ke politik

Tampil Perdana di Mata Najwa, Panglima TNI dan Kapolri Saling 'Mengerjai'ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Banyaknya prajurit aktif TNI dan anggota Polri yang terjun ke politik pada Pilkada 2018, membuat Najwa tergelitik untuk bertanya kepada Panglima TNI dan Kapolri, apakah keduanya nantinya juga akan terjun ke politik? 

Meski dengan cara menjawab yang berbeda, Hadi dan Tito sama-sama menyatakan tidak akan ikut-ikutan terjun ke dunia politik.

“Saya gak,” kata Hadi.

“Tidak. Pensiun, pensiun sudah,” Hadi mengimbuhi.

Tito juga tidak luput dari pertanyaan itu. Terlebih Najwa menyebutkan Tito masuk dalam bursa Wapres pada Pilpres 2019.

“Itu bukan kemauan saya,” kata Tito, santai.

“Saya tidak bisa menolak para lembaga-lembaga survei yang mungkin ada masyarakat yang memasukan nama saya. Saya tidak bisa menolak atau melarang mereka karena survei itu harus independen,” kata Tito, menambahkan.

Tito sendiri merasa tidak terkejut namanya muncul dalam bursa Wapres. Kendati, dia mengaku tidak tertarik terjun ke politik.

“Saya sudah pernah sampaikan, saya tidak tertarik masuk ke wilayah politik. Gak memiliki gen politik,” kata Tito.

“Yang menarik justru bidang pendidikan. Maka kalau boleh suatu saat nanti saya tidak mengakhiri tugas di usia pensiun. Saya akan lari ke dunia pendidikan yang memang sudah menjadi favorit saya,” kata Tito.

5. Sepakat menjaga netralitas TNI dan Polri

Tampil Perdana di Mata Najwa, Panglima TNI dan Kapolri Saling 'Mengerjai'IDN Times/Indiana Malia

Sejumlah purnawirawan TNI dan Polri terjun ke politik pada Pilkada 2018, menimbulkan pertanyaan terkait netralitas dua institusi itu saat Pilkada.

Panglima TNI dan Kapolri pun menjamin akan tetap netral dan memperlakukan sama pada seluruh pasangan calon.

Hadi menolak tegas anggapan bahwa pencalonan perwira aktif TNI dan Polri adalah bagian dari tugas khusus atau unsur kesengajaan dari atasan. “Tidak. Mereka datang dari diri masing-masing dan berhak untuk mencalonkan,” kata dia.

“Tapi dengan catatan bahwa sesuai dengan UU No 10 Tahun 2016 tentang Pilgub dan kepala daerah bahwa ketika mendaftar harus membawa surat pengajuan untuk APS (Algerie Presse Service). Jadi pensiun dini. Sehingga apa yang diinginkan dari UU No 10 Tahun 2016 sudah bisa berjalan. Menjadi masyarakat sipil,” kata Panglima TNI.

Hadi sendiri mengatakan surat pensiun dini yang diajuhkan tidak menunggu 60 hari. Paling tidak setelah pendaftaran, seminggu kemudian keluar Surat Keputusan (SK) Pensiun.

Tito juga menyatakan hal serupa untuk para perwira kepolisian. Menurutnya, mencalonkan diri untuk mengabdi pada negara melalui jalur Pilkada atau Pilpres merupakan salah satu hak politik tiap perwira sebagai warga negara.

“Mereka punya hak politik untuk dipilih. Yang gak boleh kan hak untuk dipilih ketika dia masih dinas. Tapi ketika dia ingin mengabdi diri sebagai kepala daerah maka hak politik itu tidak hilang. Dia boleh mengajuhkan kemauan diri sendiri tapi harus mengundurkan diri," kata dia. 

"Saya sudah mengambil tindakan untuk 10 orang. Tiga untuk tingkat satu dan tujuh untuk tingkat dua, saya sudah nonjobkan mereka. Untuk menjaga netralitas maka yang masih punya jabata saya non job kan dari minggu kemaren,” kata Tito, melanjutkan. 

Tito juga sudah memberikan surat perintah kepada anggotanya untuk menjaga netralitas dan memberlakukan sanksi-sanksi internal kepolisian. Serta mengajak masyarakat agar turut mengawasi Kepolisian dan TNI dalam menjaga netralitas, dan boleh melaporkan jika memang ditemukan fakta-fakta pelanggaran.

Selain itu, Tito juga meyakinkan bahwa negara akan tetap aman selama Pilkada. “Selagi ada bapak Panglima mendukung sepenuh hati bersama-sama dengan Polri, berjalan bersama ini akan aman negara ini,” kata Kapolri. 

Baca juga: La Nyalla Ngaku Dimintai Prabowo Rp40 M, Gerindra Beberkan Rincian Dana Pilkada Jatim

Topik:

Berita Terkini Lainnya