Begini 3 Suara Millennials tentang Aksi Kamisan

Millennials juga tahu Aksi Kamisan

Jakarta, IDN Times - Aksi Kamisan sudah berlangsung selama sebelas tahun terakhir. Artinya lebih dari satu dekade sudah ratusan aksi dilakukan di depan Istana Merdeka, dengan pakaian dan payung hitam menyuarakan tuntutan mereka.

Salah satu hal yang masih terus dibahas dalam Aksi Kamisan adalah penuntasan kasus pelanggaran HAM berat, seperti tragedi Semanggi I dan II serta peristiwa Trisakti.

"Yang menjadi tuntutan kami (dalam Aksi Kamisan) adalah enam agenda reformasi," kata Sumarsi, ibunda dari Wawan, korban tragedi kelam itu.

Kasus pelanggaran HAM berat tersebut sampai kini tak kunjung tuntas. Bagaimana tanggapan millennials terhadap permasalahan itu?

1. Mahasiswi bernama Mael mengakui mengetahui dan mengikuti perkembangan kasus ini

Begini 3 Suara Millennials tentang Aksi KamisanIDN Times/Margith Juita Damanik

Aksi Kamisan yang dikampanyekan di media sosial dengan #AksiKamisan itu sudah dilakukan sejak 2015. Bagi Mael, Jokowi bukan tidak perduli atau enggan menyelesaikan kasus ini.

"Bukan gak peduli. Soalnya kalau gua lihat Jokowi sekarang lebih fokus  memperbaiki infrastruktur di daerah-daerah, termasuk daerah luar pulau Jawa," kata dia.

Namun, menurut Jokowi dan jajaran pemerintahannya tidak boleh lama-lama berdiam dalam kasus ini. Kasus ini harus mulai dipertimbangkan urgensinya.

Menurut Mael yang terpenting untuk pemerintah menyusun skala prioritas terhadap persoalan di negara ini, agar semua dapat diselesaikan. "Dipetain gitu loh mana yang prioritas harus diselesaikan secepatnya, mana yang bisa dicicil tapi pasti, susun strategi," kata dia.

Baca juga: Dua Dekade Tragedi Semanggi, Ibu Ini Masih Mencari Keadilan untuk Anaknya

2. Pelanggaran HAM harus diusut tuntas dan transparan

Begini 3 Suara Millennials tentang Aksi KamisanIDN Times/Margith Juita Damanik

Vincent, pria 23 tahun menaggap Aksi Kamisan sebagai satu cara dan upaya keluarga korban kriminalisasi menuntut pemerintah, agar kasus yang menimpa keluarganya diusut tuntas. Terkait kasus pelanggaran HAM berat ini yang tak kunjung tuntas, Vincent mengaku tidak mengetahui alasannya. 

"Tapi mungkin karena pengusutan kasus itu dirasa bisa berbuntut panjang dan berdampak ke pihak-pihak kepentingan," kata dia.

Pria yang bekerja sebagai karyawan swasta ini berharap agar kasus tersebut cepat diusut tuntas. "Yang jelas kasus-kasus HAM tersebut harus segera diselesaikan, secara transparan menjelaskan apa problemnya, temui masyarakat yang menjalankan aksi itu," kata dia.

3. Bukan hanya pada masa pemerintahan Jokowi

Begini 3 Suara Millennials tentang Aksi KamisanIDN Times/Margith Juita Damanik

Ahmad Kiflan, pemuda 24 tahun ini menilai bukan hanya pada masa pemerintahan Jokowi-JK yang menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat ini, tapi pemerintahan sebelumnya, tapi hasilnya tak kunjung tuntas. 

"Tragedi itu terjadi pun sudah ada tuntutan. Bahkan sempat dibentuk yang namanya tim pencari fakta untuk tragedi itu," kata dia.

Pria yang akrab disapa Kiflan itu menyebutkan banyak yang menyebutkan bukti-bukti kasus pelanggaran HAM berat masa lalu ada yang hilang. Sehingga menyulitkan penuntasan kasus ini. 

"Di masa pemerintahan SBY baru terbuka bahwa bukti-bukti itu sudah tidak ada. Artinya kan bukan Jokowi aja. Jadi pemerintahan sejak proses di awal itu sudah tidak ada keseriusan untuk mengusut yang namanya pelanggaran HAM seperti ini," kata dia.

Kiflan berharap kasus ini segera diusut sampai tuntas, agar menemukan titik terang. "Supaya ketahuan siapa dalangnya, siapa pelakunya, jangan sampai simpang siur," kata dia.

Baca juga: Pelanggaran HAM di Balik Laris Manis JAV

Topik:

Berita Terkini Lainnya