Disebut Tak Punya Masa Depan, Bagaimana Millenials Melihat PSI? 

Kira-kira kamu tahu gak guys PSI?

Jakarta, IDN Times - Lembaga survei Cyrus Network memprediksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak akan dipilih di masa depan meski telah lolos sebagai partai peserta Pemilu Serentak 2019.

Hal ini diketahui melalui survei yang dilakukan pada periode 27 Maret - 3 April 2018 terhadap 1.230 responden, dengan melibatkan 31,1 persen millenials.

"Yang tidak akan dipilih di masa depan PSI. Kasihan ini partai baru muncul," kata Managing Director Cyrus Network, Eko Dafid Afianto di Resto DConsulate Lounge, Menteng, Jakarta, pada Kamis (19/4) kemarin. 

Lantas bagaimana Milenials melihat PSI? 

1. Sedikit millennials yang mengenal PSI

Disebut Tak Punya Masa Depan, Bagaimana Millenials Melihat PSI? Istimewa/Partai Solidaritas Indonesia

Cyrus Network juga menyebut citra PSI yang diklaim dekat dengan anak muda ternyata tidak demikian. Sebab dari hasil survei, PSI justru hanya mendapatkan suara publik sebesar 3,9 persen, kalah jauh dari PDI Perjuangan dengan angka 23,3 persen.

Kemudian, IDN Times melakukan mini survei dengan menanyai 10 anak muda usia 17-23 tahun secara acak mengenai pengetahuan mereka soal partai yang baru dideklarasikan tahun 2016 ini. 

Menariknya, meski membawa nama anak muda sebagai jargonnya, ternyata masih sedikit millenials yang mengenal PSI.

"PSI? Apa ya? Gak tau aku," ujar Aismirani (18) saat ditemui IDN Times di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (20/4). 

Baca juga: Partai Solidaritas Indonesia Siap Lahir Batin Untuk Verifikasi Faktual

2. Belum mampu bedakan PSI dengan PSSI

Disebut Tak Punya Masa Depan, Bagaimana Millenials Melihat PSI? Istimewa/PSI

Jawaban spontan khas millenials juga muncul ketika IDN Times memperjelas pertanyaan 'masa sih gak tahu PSI?'. Ada empat orang yang mengira PSI adalah induk olah raga sepak bola di Indonesia.

"PSI? Persatuan sepak bola?" ucap Fenti Novela (21), seorang lulusan baru yang baru memulai karier di dunia penerbitan ini.

Hal yang sama juga diucapkan oleh Bianca Ozora (19) seorang mahasiswa akhir di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta, Aprinda Pujianti (21) seorang penulis konten yang sehari-hari bekerja di ibu kota, serta Anggi Giovani (23) seorang fotografer pernikahan.

3. Baru mendengar PSI merupakan partai politik

Disebut Tak Punya Masa Depan, Bagaimana Millenials Melihat PSI? www.twitter.com/psi_id

Ketika IDN Times menanyakan kembali pertanyaan dengan menyebut bahwa PSI merupakan sebuah partai politik baru peserta pemilu 2019, seorang karyawan di lembaga negara Tri Sifa Ramadhan (23) mengaku baru mengetahui.

Demikian juga dengan Muhammad Arief (23) seorang lulusan baru dari perguruan tinggi di Jakarta yang mengaku baru mendengar bahwa PSI merupakan partai baru.

"Partai? Baru denger. PSI bukannya Persatuan Silat Indonesia?" tuturnya.

"Partai millenials? Wih. Masa sih? Baru tau," ujar Fenti Novela dengan nada antusias. 

Baca juga: Partai Solidaritas Indonesia Ingin Lebih Banyak Caleg Perempuan

4. Pernah dengar tapi gak tahu lebih jauh

Disebut Tak Punya Masa Depan, Bagaimana Millenials Melihat PSI? www.twitter.com/psi_id

Sebagian millenials lainnya mengaku pernah mendengar dan melihat soal PSI, tapi tak mengetahui lebih jauh.

"Gak tahu banyak tapi sering denger PSI," ujar Dewi Anjani (20). 

"Partai blablabla Indonesia bukan?" ujar Sundus Nurfadlilatinnisa (23) yang melupakan singkatan S dari kata solidaritasnya. 

Meski demikian, keduanya mengaku belum tertarik mengetahui soal PSI lebih jauh sehingga pengetahuan mereka soal program, visi, dan misinya belum sampai ke telinga mereka.

5. Hanya satu orang menjawab tahu soal PSI

Disebut Tak Punya Masa Depan, Bagaimana Millenials Melihat PSI? www.twitter.com/psi_id

Jika 9 orang yang ditemui IDN Times minim informasi soal PSI, Syahid Muhammad (22) langsung tahu soal parpol yang dipimpin mantan jurnalis Grace Natalie itu. Dia juga mengetahui mengenai gagasan PSI yang berniat mengajak anak muda untuk terlibat langsung di politik. 

"Setahu gue mereka ingin anak muda itu bertindak secara langsung memperbaiki negeri dengan masuk ke sistem pemerintahannya. Nilai-nilai yang sering dikampanyekan ya toleransi, persamaan hak, gitu-gitu yg gue tahu. Tokohnya Grace Natalie, Tsamara Amany, sama Giring (Nidji)," papar Syahid.

Menurutnya, PSI juga terlihat percaya diri untuk tampil di media sosial. Sayang, mereka belum mampu menjamah anak muda secara langsung di dunia nyata.

"Mereka cukup pede di media sosial, memang masih cukup jauh usahanya utk mengenalkan diri di dunia nyata," ujar dia.

Namun, nyatanya menurut survei, PSI masih kalah dibanding partai pesaing baru, Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Dari segi elektabilitas, Perindo mendapat 4,3 persen dan berada di papan tengah, sementara PSI hanya 0,3 persen.

Bahkan, Cyrus memprediksi PSI tak menempatkan kadernya ke Senayan karena tak lolos ambang batas parlemen, 4 persen.

Nyatanya meski jor-joran berkampanye di media sosial, millenials

 tetap membutuhkan pendekatan langsung dan tatap muka. Mereka berharap jika benar-benar PSI siap mewakili mereka, mestinya mereka juga mau mengenal mereka secara langsung tak cuma sekadar media sosial. 

Sementara, Sekretaris Jenderal PSI, Raja Juli Antoni, mengucap syukur atas survei yang dirilis oleh Cyrus Network pada Kamis kemarin. Tetapi, menyebut hasil survei dan posisi elektabilitas PSI sebagai parpol pendatang baru tidak terlalu buruk. 

Ia merujuk kepada hasil survei yang dilakukan lembaga lain seperti Poltracking. Di sana, elektabilitas PSI sudah mencapai 1,1 persen. 

"Terpaut 1 persen dari Perindo yang iklannya sudah berseliweran sejak 2-3 tahun yang lalu," ujar pria yang akrab disapa Toni itu. 

Kendati hasil survei yang dilakukan Cyrus Network memaparkan PSI tidak akan dipilih saat Pilpres mendatang, namun mereka gak berkecil hati. Toni menyebut masih ada waktu satu tahun untuk bekerja keras dan menaikan elektabilitas parpol. 

Baca juga: Giring 'Nidji' Lulus Tes Bakal Caleg dari Partai Solidaritas Indonesia

Topik:

Berita Terkini Lainnya