Pengakuan Mantan Pemabuk Miras Oplosan: Demi Nyali Hingga Beban Hidup

RQ berharap millennial belajar dari pengalaman hidupnya

Jakarta, IDN Times - Indonesia saat ini tengah dalam bahaya minuman keras (Miras) oplosan. Puluhan orang meninggal dunia dan puluhan lainnya menjalani perawatan di rumah sakit akibat minuman beralkohol itu.

Tercatat beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan, serta beberapa wilayah lainnya menjadi daerah yang paling banyak terjangkit penyakit masyarakat tersebut.

1. Indonesia darurat miras oplosan

Pengakuan Mantan Pemabuk Miras Oplosan: Demi Nyali Hingga Beban Hidup IDN Times/Vanny El Rahman

Wakapolri Komjen Pol Syafruddin mengatakan miras oplosan maut ini adalah fenomena 'gila' yang terjadi dan sangat meresahkan masyarakat.

Menurut Syafruddin, kasus kematian akibat miras oplosan ini telah mengganggu tatanan masyarakat, sehingga menimbulkan kekhawatiran. Sejauh ini, Polda Metro Jaya, Polda Jawa Barat, dan Polda Kalimantan Selatan, telah bekerja mengungkap kasus ini.

Karena itu, Syafruddin mengimbau seluruh jajaran polda agar mengungkap kasus miras oplosan mulai tingkat distributor, otak, hingga perizinan peredaran miras serta akar rumput.

Ia juga menginstruksikan kepada seluruh jajarannya melalui Operasi Cipta Kondisi, agar lebih gencar menggelar razia miras ilegal yang menargetkan Indonesia bebas dari miras ilegal sebelum Ramadan.

Baca juga: Pengedar Miras Oplosan Bisa Dipenjara Seumur Hidup

2. RQ dan teman-temannya hampir setiap hari pesta miras

Pengakuan Mantan Pemabuk Miras Oplosan: Demi Nyali Hingga Beban Hidup IDN Times/Vanny El Rahman

RQ hampir rutin melakukan pesta miras setiap bertemu dengan teman-temannya, berbekal uang seadanya. Mereka patungan paling banyak Rp20 ribu untuk membeli jenis minuman suplemen dan obat penenang. 

"Beli ginseng kan satu bungkus Rp10 ribu. Kalau udah beli biasanya kita taruh di baskom terus minum rame-rame. Masih kurang kalau gingseng aja, biasanya kita tambahin juga sama obat penenang, tambahin minuman berenergi, langsung cepet tuh naiknya (mabuk),” kenang dia.

Ginseng yang biasa diramu RQ adalah bukan jenis minuman benergi, melainkan jenis oplosan antara alkohol dengan zat kimia untuk keperluan industri yang sangat berbahaya bila masuk ke dalam tubuh.

“Biasanya kita kumpul enam sampai tujuh orang, kita mau beli minuman mahal kan gak mungkin, karena kita gak punya uang. Jadi alternatif lain supaya kita bisa mabuk tapi murah, ya dengan cara beli ginseng itu,” kata RQ.

3. Menenggak miras untuk nyali saat melakukan aksi kejahatan

Pengakuan Mantan Pemabuk Miras Oplosan: Demi Nyali Hingga Beban Hidup ANTARA FOTO/Reno Esnir

Lantas, apa sebenarnya yang terjadi dan mengapa masih ada saja korban yang berjatuhan akibat miras oplosan? IDN Times mencoba menelusuri alasan para penenggak minuman keras masih melakukan kebiasaan mengoplos miras meskipun mereka tahu korban terus berjatuhan.

RQ mantan peminum yang dulunya sering menenggak miras oplosan bersama teman-temannya menceritakan kebiasaan buruknya itu. Alasan pria 30 tahun ini suka menenggak minuman beralkohol tinggi tak lain untuk merasakan sensasi, dan memperkuat nyali mereka saat hendak melakukan kejahatan.

“Ya kita kan minum (miras oplosan) yang kadar alkoholnya tinggi itu biar kita ngerasa kalau kita berani, gak takut sama siapa pun. Karena habis kita minum itu biasanya kita nyopet atau jabret,” ujar RQ di saat ditemui di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Minggu (15/4).

4. Mabuk juga untuk menghilangkan beban hidup

Pengakuan Mantan Pemabuk Miras Oplosan: Demi Nyali Hingga Beban Hidup ANTARA FOTO/TO/Indrianto Eko Suwarso

Meskipun RQ bersama teman-temannya mengatahui kandungan dalam miras oplosan dan beberapa teman mereka sudah banyak jadi korban, mereka tidak peduli.

“Ada beberapa (yang meninggal) tapi kita tetep gak berhenti, paling kadarnya aja kita kurangin, tapi kalu udah lama dan lupa sedikit dosisnya kita naikin lagi,” ujar RQ, tertawa.

Selain untuk nyali, alasan RQ bersama teman-temannya suka meneggak miras oplosan, tak lain untuk menghilangkan segala kepenatan dan beban hidup mereka.

Pendidikan rendah dengan ekonomi pas-pasan, serta tidak memiliki pekerjaan tetap menjadi alasan RQ bersama teman-temannya lebih memilih lari dari masalah tersebut dengan bermabuk-mabukan.

“Dulu kita mikirnya punya uang buat beli makan itu sayang, karena kalau beli makan itu efeknya cuma kenyang dan kenyang itu sebentar. Beda kalau beli minuman yang efeknya itu bisa seharian sampai kita bangun dari tidur,” kata dia.

5. RQ mengimbau kepada millennial tentang bahaya miras oplosan

Pengakuan Mantan Pemabuk Miras Oplosan: Demi Nyali Hingga Beban Hidup IDN Times/Rudy Bastam

Menurut RQ miras oplosan di Jakarta peredarannya sangat membahayakan, karena mudah didapatkan. Terlebih lagi dengan harganya yang sangat murah membuat masyarakat mudah mendapatkan.

“Miras oplosan itu udah lama banget, paling gampang juga nyarinya, di tukang jamu banyak, kalau gak warung-warung yang berkedok jualan jajanan tapi buka sampai malam, itu bisanya jualan (miras oplosan),” kata dia.

RQ yang kini sudah 'bertuabat' mengimbau kepada millennial sebagai generasi penerus bangsa, agar menjauhi dan berhenti mengonsumsi apapun jenis miras, karena dampaknya sangat berbahaya bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

“Gue udah berhenti minum semenjak nikah, lagian juga setelah dipikir-pikir apa gunanya ya. Kalau dulu gue bilang mabuk biar ngilangin masalah, tapi menurut gue itu cara pengecut. Masalah itu harus dihadapi dan cari jalan keluarnya, bukan malah mabuk,” kata RQ dengan wajah serius.

Baca juga: Minum Miras 3 Hari tanpa Berhenti, 2 Sekuriti Tewas di Ciputat

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya