Masih Sengketa, Tiongkok Gencar Bangun Fasilitas Militer di Laut Cina Selatan

Saat mata dunia sibuk mengarah ke Korea Utara, ini yang terjadi di wilayah sengketa.

Manila, IDN Times - Media harian Filipina, Philippine Daily Inquirer, mempublikasikan sejumlah foto kondisi di Laut Cina Selatan yang diambil dari udara. Berdasarkan foto-foto tersebut, pemerintah Tiongkok dituding telah "mentransformasi pulau terumbu karang yang diklaim Filipina di kepulauan Spratly menjadi pulau-pulau benteng".

1. Foto-foto tersebut diambil antara Juni hingga Desember 2017

Masih Sengketa, Tiongkok Gencar Bangun Fasilitas Militer di Laut Cina Selataninquirer.net via The Guardian

Mantan wali kota sebuah daerah di Kepulauan Spratly yang diduduki Filipina, Eugenio Bito-onon Jr. mengatakan bahwa fasilitas militer yang dibangun Tiongkok tersebut benar adanya. Ia mengatakan bahwa foto-foto yang diambil dari Juni hingga Desember 2017 itu otentik.

Lebih lanjut, Bito-onon mengaku ia pernah terbang mengelilingi pulau-pulau tersebut pada 2016 bersama sejumlah jurnalis. Saat berada di atas, ia mendapat peringatan dari militer Tiongkok. Ini yang membuatnya mengenali foto-foto tersebut. 

Baca juga: Sedang Sengketa, Bioskop Malah Dibangun di Laut Cina Selatan

2. Tiongkok berupaya menunjukkan dominasinya di wilayah sengketa itu

Masih Sengketa, Tiongkok Gencar Bangun Fasilitas Militer di Laut Cina Selataninquirer.net via The Guardian

Philippine Daily Inquirer menyebut militerisasi yang dilakukan Tiongkok itu adalah upaya untuk menunjukkan dominasi. Media tersebut juga memberikan informasi terkait di mana saja fasilitas militer Tiongkok di Laut Cina Selatan.

"Dengan konstruksi tak terbatas, Tiongkok akan segera memiliki benteng-benteng militer di Kagitingan Reef, yang dikenal secara internasional sebagai Fiery Cross Reef; Calderon (Cuarteron), Burgos (Gaven), Mabini (Johnson South), Panganiban (Mischief), Zamora (Subi) dan McKennan (Hughes) yang ditujukan untuk memproyeksikan kekuatannya ke seluruh kawasan," tulis media itu.

3. Ada tiga kapal militer yang bersandar ketika foto tersebut diambil

Masih Sengketa, Tiongkok Gencar Bangun Fasilitas Militer di Laut Cina Selataninquirer.net via The Guardian

Salah satu pulau terumbu karang, Panganiban, sudah ditetapkan oleh Pengadilan Arbitrasi Permanen di Hague, Belanda, menjadi milik Filipina. Namun, hal itu tak dipedulikan oleh Tiongkok. Pada kenyataannya, Panganiban menjadi satu dari tiga pulau yang hampir selesai dibangun untuk landasan pesawat militer.

Kemudian, dalam salah satu foto yang diambil pada 30 Desember terlihat ada tiga kapal militer dengan kemampuan membawa pasukan dan persenjataan sedang bersandar di pulau itu. Sebelumnya, yaitu pada 16 Juni, sebuah kapal militer dengan kapabilitas membawa rudal juga berada di sana.

Bahkan, kementerian pertahanan Tiongkok secara terang-terangan mengatakan itu adalah bagian dari latihan militer di Laut Cina Selatan. Fasilitas lainnya yang sudah didirikan oleh Tiongkok antara lain mercusuar, fasilitas komunikasi serta sejumlah bangunan beberapa lantai.

4. Konflik Laut Cina Selatan melibatkan sejumlah negara ASEAN

Masih Sengketa, Tiongkok Gencar Bangun Fasilitas Militer di Laut Cina Selatannationalinterest.org

Sengketa yang terjadi di wilayah tersebut terbilang sangat rumit. Tak hanya Tiongkok dan Filipina yang saling berebut klaim, tapi juga Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan serta Vietnam. Masing-masing mengaku menjadi pemilik sejumlah titik di Laut Cina Selatan.

Dua kepulauan utama yang disengketakan adalah Spratly dan Paracel. Kemudian, ada sejumlah rangkaian pulau-pulau berukuran lebih kecil. Meski sebagian besar pulau tak berpenghuni, tapi banyak yang meyakini bahwa di sana tersimpan kekayaan mineral yang melimpah.

Belum lagi fakta bahwa area tersebut menjadi jalur perdagangan internasional yang sangat signifikan. Lalu, yang sudah bisa dipastikan, di sana juga merupakan tempat dengan jumlah ikan yang melimpah dan cukup untuk menyuplai kebutuhan di kawasan Asia Tenggara.

5. Tiongkok mengklaim sebagian besar wilayah di Laut Cina Selatan

Masih Sengketa, Tiongkok Gencar Bangun Fasilitas Militer di Laut Cina SelatanREUTERS

Menurut pemerintah di Beijing, hak terhadap mayoritas pulau di Laut Cina Selatan—terutama Spratly dan Paracel—sudah ada sejak berabad-abad lalu. Pada 1950-an, Tiongkok mencantumkan nine-dash line pada peta buatannya di mana lebih dari 90 persen pulau di Laut Cina Selatan adalah miliknya.

Nine-dash line dijadikan pokok argumen Tiongkok terhadap klaim historisnya di kawasan tersebut. Sedangkan Filipina, Malaysia dan Brunei Darussalam mendasarkan klaim mereka pada jarak geografis. Contohnya, pengadilan di Hague telah mengesahkan bahwa salah satu pulau yang diokupasi Tiongkok berada dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.

Pemerintah Indonesia sendiri mewaspadai agresivitas Tiongkok di Laut Cina Selatan dengan membangun fasilitas militer di Pulau Natuna Utara. Langkah ini dianggap perlu sebab nine-dash line milik Tiongkok dianggap tidak jelas dan tanpa koordinat pasti, sehingga meresahkan.

Baca juga: Waspada Klaim Tiongkok, Pemerintah Indonesia Perkuat Kehadiran Militer di Pulau Natuna

Topik:

Berita Terkini Lainnya