Tim Badan Anti Senjata Kimia Selidiki Dugaan Serangan di Douma

Suriah dan Rusia membantah ada penggunaan senjata kimia mematikan pada 7 April lalu.

Damascus, IDN Times - Setelah mengalami penundaan, tim pencari fakta (FFM) dari Organisasi Anti Senjata Kimia (OPCW) akhirnya sampai di Douma, Suriah, pada akhir pekan kemarin. Mereka bertugas untuk mengumpulkan sample serta beberapa obyek lainnya.

Serangan yang diduga menggunakan zat kimia mematikan itu terjadi pada 7 April lalu. Berdasarkan laporan relawan di lapangan, ada setidaknya 85 orang yang tewas, sedangkan 1.200 lainnya mengalami luka-luka.

1. Mereka akan meneliti sample itu di Belanda

Tim Badan Anti Senjata Kimia Selidiki Dugaan Serangan di DoumaANTARA FOTO/REUTERS/Omar Sanadiki

OPCW merilis sebuah laporan menyusul berhasilnya tim di lapangan masuk ke Douma. Dalam laporan itu, OPCW menyatakan bahwa tim sudah mendatangi satu dari dua tempat yang dikabarkan menjadi lokasi serangan.

Sample yang diambil akan segera dibawa ke Laboratorium OPCW di Rijswijk, Belanda, untuk kemudian dianalisis oleh para ahli di sana. Namun, OPCW hanya memiliki mandat untuk membuktikan apakah memang ada senjata kimia yang digunakan. Mereka tak diizinkan untuk menyelidiki siapa yang bertanggung jawab.

Baca juga: Suriah Akhirnya Izinkan Badan Anti Senjata Kimia ke Douma

2. Suriah dan Rusia sempat melarang mereka masuk

Tim Badan Anti Senjata Kimia Selidiki Dugaan Serangan di DoumaANTARA FOTO/REUTERS/Bassam Khabieh

Rentang waktu antara kejadian serangan pada 7 April dan masuknya tim OPCW pada akhir pekan kemarin memang terbilang cukup lama. Sempat ada kekhawatiran bahwa pihak-pihak tertentu berusaha memanfaatkannya untuk menghilangkan barang bukti.

OPCW sendiri sebenarnya sudah menerjunkan tim seminggu setelah serangan. Mereka sampai di Damaskus pada Sabtu (14/4). Di awal pekan (16/4), pemerintah Suriah dan Rusia mengeluarkan larangan terhadap mereka untuk masuk ke Douma.

"Jika kamu pergi ke lokasi yang baru saja dibombardir, aku bisa bayangkan kamu akan mengalami masalah logistik tertentu," ujar salah satu diplomat top Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, seperti dilansir dari The Guardian. Di sisi lain, sebelumnya mereka dilarang masuk oleh Rusia karena tak memiliki izin dari PBB. Lalu, PBB pun memberikan apa yang disyaratkan tersebut.

3. Tim keamanan PBB menjadi sasaran tembak

Tim Badan Anti Senjata Kimia Selidiki Dugaan Serangan di DoumaANTARA FOTO/REUTERS/Alkis Konstantinidis

Ketika larangan dicabut beberapa jam setelahnya, masalah lain menghampiri. Pada Rabu (18/4), tim keamanan PBB yang menginspeksi Douma terlebih dulu menjadi sasaran tembak sehingga harus kembali ke Damaskus. 

Direktur OPCW, Ahmet Uzumcu, melaporkan bahwa di lokasi pertama, tim langsung diserbu oleh kerumunan berjumlah besar sehingga terpaksa pergi. Di lokasi kedua, mereka diserang dengan senjata api dan peledak. Uzumcu pun mengaku bahwa OPCW "tidak tahu kapan tim FFM akan diberangkatkan ke Douma".

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, sendiri menegaskan pemerintahnya dan Suriah tidak berusaha menghalangi tim OPCW. Ia berkata,"Memalukan bahwa beberapa orang masih ingin menuduh otoritas Suriah dan Rusia membiarkan dan gagal untuk memenuhi kewajiban mereka untuk memastikan akses bebas ke area yang diduga menjadi lokasi serangan kimia di Douma."

Baca juga: Petugas PBB Ditembaki, Tim Anti Senjata Kimia Tertahan di Damaskus

Topik:

Berita Terkini Lainnya