Terobsesi Golongan Darah, Jepang Dianggap Diskriminatif

Disebut tak ada bedanya dengan Nazi Jerman.

Di Indonesia, perkara kepribadian yang dikategorikan berdasarkan golongan darah barangkali dianggap sebagai lelucon. Artinya, jika cocok, bagus. Jika tidak, ya tidak apa-apa. Sayangnya, di Jepang kejadiannya tidak seperti itu.

Jepang sangat terobsesi dengan golongan darah.

Terobsesi Golongan Darah, Jepang Dianggap DiskriminatifChris Gladis/ CC BY-ND 2.0 via atlasobscura.com

Kesengajaan untuk mengaitkan kepribadian seseorang dengan golongan darah yang dimilikinya bermula di Jepang. Pada 1927 seorang psikolog bernama Furukawa Takeji mempublikasikan sebuah jurnal berjudul "The Study of Temperament Through Blood Type" atau yang berarti "Studi tentang Temperamen Melalui Golongan Darah".

Jurnal tersebut berisi banyak kecacatan berpikir dan terpengaruh oleh riset di Eropa yang berusaha mengunggulkan superioritas rasial. Sejak jurnal itu dipublikasikan hingga saat ini banyak ilmuwan yang skeptis, bahkan tak percaya, ada korelasi antara golongan darah dan kepribadian seseorang.

Dampak dari jurnal Furukawa rupanya sangat masif di Jepang. Penduduk di Negeri Sakura itu sangat terobsesi dengan golongan darah. Mereka, misalnya, meyakini bahwa orang dengan golongan darah O itu cocok menjadi tentara karena punya kepercayaan diri tinggi.

Sedangkan golongan darah A diyakini punya kepribadian penurut dan sensitif sehingga lebih cocok menjadi petani. Saking terobsesinya, ketika seorang menteri mengundurkan diri pada 2011 ia mengklaim ada yang salah dengan golongan darahnya.

Dikutip dari Reuters, sang mantan menteri yang mendapat kritikan pedas karena dinilai menyinggung perasaan para korban tsunami Jepang berkata,"Golongan darah saya B yang artinya saya bisa mudah marah dan bertindak tanpa pikir panjang, dan niat saya tak selalu seperti yang orang lain harapkan."

Baca Juga: Pengadilan Uni Eropa Melarang Karyawan Berhijab di Tempat Kerja

Obsesi Jepang dengan golongan darah sudah berbentuk diskriminasi.

Terobsesi Golongan Darah, Jepang Dianggap Diskriminatifkenleewrites.com via ryoji-japan.hateblo.jp

Penduduk ini sejatinya sangat homogen. Hubungan golongan darah dan kepribadian sengaja mereka ciptakan untuk mengesankan ada perbedaan di antara mereka. Namun, di Jepang dikenal istilah "buruhara" yang berarti pelecehan berdasarkan golongan darah.

Komposisi golongan darah di Jepang, menurut laporan, terdiri dari 40 persen bergolongan darah A, 30 persen adalah O, 20 persen merupakan pemilik golongan darah B, sedangkan AB hanya terdiri dari 10 persen. Golongan darah A dan O adalah yang paling favorit.

Seperti si mantan menteri yang menyalahkan golongan darahnya — yang kebetulan adalah B — begitu juga dengan mayoritas masyarakat Jepang. Minoritas yang memiliki golongan darah B dan AB seringkali menjadi korban prasangka dan diskriminasi.

Kedua golongan darah diyakini oleh masyarakat Jepang sebagai penyebab mengapa pemiliknya adalah orang-orang yang sangat individualistik dan senang melakukan sesuatu sesuka hati. Bukan hanya prasangka saja, para pemilik golongan darah B dan AB juga menjadi korban bullying hingga didiskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan, dan pernikahan.

Diskriminasi berdasarkan golongan darah di Jepang hampir tak ada bedanya dengan Nazi Jerman.

Terobsesi Golongan Darah, Jepang Dianggap Diskriminatifjapantimes.co.jp

Pada 1937 salah seorang dokter di Kementerian Luar Negeri Jepang pernah berkata bahwa sebaiknya mereka merekrut orang bergolongan darah O karena golongan darah ini yang paling cocok menjadi diplomat bila dibandingkan yang lainnya.

The Daily Beast berargumen bahwa tak seperti zodiak, golongan darah itu seperti warna kulit. Sifatnya adalah genetik. Oleh karena itu, mendiskriminasi seseorang hanya karena golongan darahnya tak berbeda jauh dengan diskriminasi berdasarkan ras yang dilakukan oleh Nazi Jerman.

Hitler sempat mengagungkan diskriminasi golongan darah dengan menyebut bahwa orang-orang Yahudi adalah pemilik golongan darah B yang suka membuat onar. Ia melabeli mereka sebagai para kriminal dan psikopat.

Menurut salah seorang profesor yang dikutip oleh The Daily Beast, prasangka dan diskriminasi berdasarkan golongan darah di Jepang mengalami penurunan. Sayangnya, penjualan buku tentang kaitan golongan darah dan kepribadian masih tinggi.

Baca Juga: [OPINI] Homoseksual dan Salah Kaprah yang Mengakar

Topik:

Berita Terkini Lainnya