Tanpa Kubah dan Menara, Warga Iran Tak Akui Bangunan Ini sebagai Masjid

"Masjid harus merespon tuntutan zaman."

Sebuah bangunan yang sebenarnya ditujukan untuk masjid menuai kontroversi di Iran. Pasalnya, bangunan yang didirikan di pusat kota Tehran itu tidak memiliki menara dan kubah besar layaknya masjid-masjid lain di dunia.

Kelompok Islam garis keras menolak mengakuinya sebagai masjid.

Tanpa Kubah dan Menara, Warga Iran Tak Akui Bangunan Ini sebagai MasjidFluid Motion Architects

Masjid itu bernama Vali-e-Asr dan didesain oleh arsitek Iran Reza Daneshmir serta Catherine Spiridonoff. Lokasinya di dekat teater Tehran yang memiliki bangunan-bangunan dengan arsitektur modern nan unik. Masjid Vali-e-Asr yang berdiri di sebelahnya juga tampak harmonis dengan kondisi sekelilingnya.

Namun, bagi kelompok Islam garis keras menganggap bangunan itu tak layak disebut sebagai masjid. Dikutip dari The Guardian, media konservatif setempat menulis bahwa "sebuah masjid dikorbankan untuk teater kota". Mereka menilai masjid tersebut "dibuat cacat demi menghormati teater". Lebih lanjut, media itu mengritik bahwa desain postmodern masjdi tersebut menghina dan tak punya arti sama sekali.

Daneshmir dan Spiridonoff ditugaskan untuk mendesain masjid tersebut hampir 10 tahun yang lalu. Sebenarnya Vali-e-Asr akan diresmikan pada pertengahan tahun kemarin. Namun, karena muncul kontroversi, pendanaan masjid itu pun terpaksa dihentikan. Alhasil, bagian interiornya pun belum selesai.

Baca Juga: Dilarang Masuk Amerika, Sutradara Iran ini Justru Menang Oscar

Sang arsitek mengungkapkan alasannya membuat desain tersebut.

Tanpa Kubah dan Menara, Warga Iran Tak Akui Bangunan Ini sebagai MasjidFluid Motion Architects

Daneshmir dan Spirifonoff berkata bahwa lokasi masjid tersebut ada di titik yang sensitif secara budaya. Misalnya, ada beberapa bangunan yang terletak di Jalan Revolusi Enghelab untuk menghormati Revolusi Islam 1979.

Nama sebelumnya adalah Jalan Shah Reza yang diambil dari nama Reza Shah, pendiri Dinasti Pahlevi. Jalan itu bersinggungan dengan titik di mana bangunan-bangunan modern berada.

Kontras dengan tudingan kelompok garis keras, menurut arsitek Vali-e-Asr, desain masjid justru mengambil inspirasi dari kitab suci umat Islam. "Sumber terbesar kami untuk proyek ini adalah Al Quran itu sendiri. Kami coba mendesain masjid dengan kesederhanaan, kesederhanaan dan niat baik, dan bukan masjid yang menyombongkan diri dari tingginya struktur bangunan," kata mereka.

"Kami ingin menciptakan interaksi antara masjid, yang punya esensi kultural, dan teater Kota Tehran. Kami ingin membuatnya sebagai proyek budaya yang harmonis dengan sekelilingnya - masjid harus merespon kebutuhan zaman," ujar kedua arsitek.

Baca Juga: Karena Jumlah Pria 'Berkualitas' Sedikit, Banyak Wanita Iran Pilih Tak Menikah

Topik:

Berita Terkini Lainnya