Tanpa Keterangan yang Jelas, Myanmar Tahan Jurnalis Reuters
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yangoon, IDN Times - Dua jurnalis Reuters ditahan oleh pemerintah Myanmar sejak Selasa (12/12). Mereka menolak untuk memberitahu di mana jurnalis bernama Wa Lone dan Kyaw Soe tersebut ditahan.
1. Keduanya ditahan karena dianggap melanggar aturan
Seperti dilaporkan Reuters, Myanmar menangkap Wa Lone dan Kyaw Soe atas dasar tuduhan pelanggaran Undang-undang Kerahasiaan Negara yang berlaku sejak Myanmar masih berada dalam masa kolonial.
Pemerintah menangkap mereka setelah menghadiri undangan makan malam dengan beberapa petugas kepolisian di Yangon pada Selasa malam waktu setempat. Menurut Kementerian Informasi Myanmar, dua jurnalis tersebut "memperoleh informasi secara ilegal dengan tujuan untuk dibagikan kepada media asing".
Baca juga: Kebebasan Pers Terancam, Indonesia Berada di Peringkat 124
2. Reuters tidak diizinkan untuk berbicara dengan keduanya
Presiden sekaligus pemimpin redaksi Reuters, Stephen J. Adler, mengatakan bahwa pihaknya sama sekali belum bisa menghubungi kedua jurnalisnya. "Kami dan keluarga mereka terus ditolak untuk mendapatkan akses atau informasi dasar terkait kondisi dan keberadaan mereka."
Menurut Adler, Wa Lone dan Kyaw Soe adalah jurnalis yang berperan sangat penting dalam memberitakan berbagai peristiwa global untuk Reuters. Dalam isu Rohingya, keduanya juga sangat intensif memberitakan tentang krisis yang menyebabkan lebih dari 650.000 warga mengungsi.
3. Pemerintah Myanmar menegaskan penahanan mereka tak berkaitan dengan kebebasan pers
Editor’s picks
Grup media Suara Demokratis Burma (DVB) mengutip juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, yang mengatakan bahwa kedua jurnalis itu "diperlakukan dengan baik dan dalam kondisi sehat". Ia juga mengatakan bahwa presiden Myanmar, Htin Kyaw, adalah orang yang mengizinkan polisi untuk meneruskan kasus itu. Htay sendiri menutup mulut dan menolak berbicara kepada Reuters.
Wakil direktur Kementerian Informasi Myanmar berkata kepada Reuters bahwa penangkapan dua jurnalisnya itu tak berkaitan dengan kebebasan pers. Ia juga menyebut baik Wa Lone dan Kyaw Soe memiliki hak untuk berbicara.
4. Desakan untuk membebaskan dua jurnalis itu datang dari berbagai pihak
Pemerintah Amerika Serikat, Inggris dan Kanada mengkritik keputusan Myanmar tersebut dan mendesak agar mereka segera dibebaskan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Jurnalis Myanmar juga ikut menyuarakan protes mereka. Sekitar 20 reporter yang berada di bawah Komite Perlindungan Jurnalis Myanmar (PCMJ) mengunggah foto yang memperlihatkan mereka memakai kaos hitam sebagai tanda protes. Menurut mereka, itu adalah tanda "era kegelapan kebebasan media".
5. Kebebasan pers di Myanmar bisa dibilang sangat buruk
Menurut Freedom House, status pers di Myanmar tidak bebas. "Pemerintah menjaga kontrol ketat terhadap media melalui penggunaan pencemaran nama baik dan hukum lainnya yang keras. Selain persekusi, pekerja media juga menerima risiko ancaman dan kekerasan fisik untuk merespons pemberitaan investigatif tentang pemerintah, militer, kelompok pemberontak, atau status dan perlakuan etnis minoritas Rohingya," tulis Freedom House.
Baca juga: Pejabat Senior PBB: Myanmar Sedang Melakukan Upaya Pembersihan Etnis Rohingya