Tak Menerima Pengungsi Suriah, Trump Disebut Munafik

Membombardir tapi menolak menerima pengungsi

Dalam pernyataannya saat mengumumkan serangan militer ke Suriah pada 6 April lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan ia tergerak oleh kematian "bayi-bayi cantik yang terbunuh secara kejam" oleh gas beracun. 

Trump berharap bisa mengajak "semua negara beradab" untuk "mengakhiri pertumpahan darah di Suriah dan mengakhiri semua bentuk terorisme" melalui pemberian dukungan untuk serangan militer tersebut. Setidaknya, hingga detik ini, Trump berhasil memperoleh sokongan dari 12 negara, antara lain, Inggris, Jerman, Prancis, Israel, serta Arab Saudi.

Ia juga mendapat tentangan dari empat negara, yakni, Suriah, Rusia, Iran dan Bolivia. Bagi negara yang mendukung, serangan militer itu diinterpretasikan sebagai keberanian yang selama ini tidak dimiliki oleh komunitas internasional. Sebaliknya, untuk negara yang menentang, langkah Trump itu dianggap ceroboh dan melanggar hukum internasional.

Baca Juga: Arab Saudi dan Israel Dukung AS, Iran: Kami Bersama Suriah

Trump tak punya rencana terkait pengungsi Suriah.

Tak Menerima Pengungsi Suriah, Trump Disebut MunafikReuters

Trump mengaku bahwa yang dilakukannya adalah intervensi kemanusiaan yakni untuk menghukum Assad yang menurutnya menjadi otak serangan gas beracun yang menewaskan 86 warga Suriah, termasuk anak-anak. Namun, pengakuannya itu bertolak belakang dengan sikapnya terhadap pengungsi Suriah secara umum.

Seperti diketahui sebelumnya, Trump mengeluarkan kebijakan di mana ia melarang masuknya imigran dan pengungsi dari tujuh negara, termasuk Suriah. Usai serangan militer yang kemudian menuai pujian dari sejumlah pemimpin dunia, Trump nampaknya belum berubah pikiran terkait kebijakannya tersebut.

Nikki Haley, Duta Besar AS untuk PBB, juga kesulitan menjustfikasi langkah Trump yang menyerang Suriah. Haley menyatakan bahwa Trump bertindak sebagai pemimpin yang memiliki rasa kemanusiaan, dan oleh karena itu menggunakan persenjataan untuk membuktikannya. Namun, ia tak bisa menjawab mengapa rasa kemanusiaan itu tak diterapkan juga kepada pengungsi.

Haley justru menyalahkan proses seleksi pengungsi.

Tak Menerima Pengungsi Suriah, Trump Disebut MunafikStephanie Keith/File Photo TPX IMAGES OF THE DAY/Reuters

Saat tampil di program Meet The Press NBC, Haley berkata pemerintah AS "siap melakukan lebih" untuk Suriah. Namun, ini lebih merujuk pada aksi bombardir daripada penerimaan pengungsi sebagai konsekuensi tak terhindarkan dari sebuah perang. Haley pun menyalahkan sistem seleksi pengungsi AS yang menurutnya lemah sehingga tetap meloloskan para teroris.

"Apa yang presiden ini (Trump) katakan adalah,'Buktikan padaku bahwa Anda menyeleksi orang-orang ini dengan benar. Dan jika Anda melakukannya dengan benar, maka kami (pemerintah AS) akan melanjutkan penerimaan terhadap pengungsi. Tapi, sampai itu belum terjadi, Anda harus membuktikan pada saya bahwa orang-orang ini diseleksi dengan cara yang tak mengancam keselamatan warga AS,'" ujar Haley.

Hillary Clinton menyebut Trump munafik karena sikapnya itu.

Tak Menerima Pengungsi Suriah, Trump Disebut MunafikShannon Stapleton/Reuters

Sejauh ini investigasi mandiri oleh PBB belum juga dilaksanakan. Hanya Kementerian Kesehatan Turki dan organisasi kesehatan dunia WHO yang menyatakan hasil investigasinya menunjukkan gas beracun tersebut adalah sarin -- gas yang sama yang digunakan Assad pada Agustus 2013 lalu.

Turki adalah satu dari 12 negara yang mendukung serangan militer AS terhadap Suriah pada 6 April lalu. Hasil investigasi yang diklaim Turki tersebut menguatkan tudingan negara-negara Barat bahwa Assad lah yang menjadi dalang serangan gas beracun.

Meski demikian, Hillary Clinton mengkritik Trump atas sikapnya yang terang-terangan menyalahkan Assad dan mengaku ia tengah melakukan intervensi kemanusiaan, tapi di saat bersamaan tak mau menerima pengungsi Suriah di AS. Menurut Clinton, itu adalah sikap munafik.

Clinton meyakini bahwa serangan militer harus diikuti dengan sebuah rencana untuk mengakhiri konflik di Suriah yang sudah berlangsung selama enam tahun. Mantan Menteri Luar Negeri AS itu juga menambahkan bahwa,"Saya berharap mereka (pemerintah) akan menyadari bahwa kita tak bisa berbicara tentang perlindungan terhadap bayi-bayi Suriah di satu titik dan berikutnya menutup pintu untuk mereka."

Baca Juga: Indonesia Perlu Belajar dari Kejamnya Kebijakan Anti-Islam Trump

Topik:

Berita Terkini Lainnya