Setelah Tikus, Dokter Ini Ingin Transplantasi Kepala Manusia

Buat apa coba?

Ilmuwan selalu memiliki hasrat untuk mendobrak batasan-batasan yang selama ini diyakini umat manusia sebagai sesuatu yang mustahil ditembus. Salah satunya dengan mengubah suatu binatang yang secara alami berkepala satu, menjadi kepala dua. Setelah berhasil, mereka ingin menerapkannya kepada manusia.

Kelompok ilmuwan dan dokter bedah saraf ini melakukan transplantasi kepala ke tubuh seekor tikus.

Setelah Tikus, Dokter Ini Ingin Transplantasi Kepala ManusiaCNS NEUROSCIENCE AND THERAPEUTICS via Mashable

Disadur dari Mashable, yang mengumpulkan sejumlah artikel terkait, kelompok ilmuwan Tiongkok dan dokter bedah saraf asal Italia bernama Sergio Canavero melakukan eksperimen transplantasi kepala ke seekor tikus sehingga tikus tersebut memiliki dua kepala.

Ada tiga ekor tikus yang digunakan oleh kelompok ilmuwan dan dokter bedah saraf tersebut. Tikus pertama berukuran besar dijadikan penerima transplantasi. Tikus kedua yang berukuran lebih kecil bertindak sebagai donor yang akan memberikan kepalanya.

Sementara tikus ketiga yang berukuran besar menjadi penyedia darah untuk tisu otak di kepala donor. Setelah kepala tikus pendonor berhasil dicangkok ke badan tikus penerima, menurut laporan, mata dari kepala yang dicangkok masih bisa berkedip. Tikus hasil transplantasi itu hanya mampu bertahan hidup selama 36 jam.

Baca Juga: 6 Hal Tak Biasa yang Ternyata Bisa Memicu Halusinasi Pada Manusia

Target berikutnya adalah manusia. Namun, ada kendala etika.

Setelah Tikus, Dokter Ini Ingin Transplantasi Kepala ManusiaCNS NEUROSCIENCE AND THERAPEUTICS via Mashable

Pada 2013, Canavero sempat mengungkapkan bahwa dirinya ingin melakukan transplantasi kepala juga di tubuh manusia. Ia menyebut pada 2017 prosedur operasinya semestinya sudah siap. Ide itu diawali setelah kepala seekor monyet berhasil dicangkok ke badan hewan lain dan bisa hidup selama 20 jam. Namun, ide itu bukannya tanpa melahirkan kontroversi sama sekali. Salah satunya adalah persoalan etika.

Sama seperti dalam pengembangan artificial intelligence atau kecerdasan buatan yang juga masih menjadi perdebatan, transplantasi kepala ke badan manusia juga memiliki kendala yang sama, yakni, etika. "Hambatan nyatanya adalah etika. Haruskah operasi ini dilakukan? Pasti akan ada banyak sekali orang yang tak setuju," kata Harry Goldsmith, profesor saraf dari University of California.

Baca Juga: 5 Fakta Racun VX: Zat Pencabut Nyawa Kim Jong Nam!

 

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya