Robert Mugabe, Diktator Berusia Hampir Seabad yang Akhirnya Lengser
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Harare, IDN Times - Robert Mugabe, diktator Zimbabwe berusia 93 tahun, akhirnya memutuskan mengundurkan diri pada Selasa (21/11). Ia merupakan pemimpin tertua di dunia yang telah berkuasa selama 37 tahun.
Sebelumnya, Mugabe menolak mengundurkan diri.
Proses pengunduran diri Mugabe terbilang sangat rumit. Seperti dilaporkan The Guardian, ia sempat menolak untuk meninggalkan posisinya ketika Zimbabwe mengalami krisis kepemimpinan selama delapan hari pada minggu lalu.
Saat itu, pihak militer memutuskan untuk mengambil alih pemerintahan. Sikap keras kepala Mugabe disebut-sebut karena ia merasa masih memiliki kontrol terhadap partai dan negaranya. Rupanya, baik parlemen, militer, dan masyarakat tak lagi menginginkannya.
Pengunduran diri Mugabe disampaikan oleh ketua parlemen Zimbabwe, Jacob Mudenda, yang membacakan surat Mugabe melalui siaran langsung di televisi. Dikutip dari BBC, Mugabe mengaku memutuskan mundur demi kelancaran tranfer kekuasaan yang damai, dan bahwa keputusannya bersifat sukarela.
Selama ini, Mugabe berhasil mengalahkan semua lawan-lawan politiknya. Bahkan, ia pernah berkata bahwa "hanya Tuhan yang memberinya kekuasaan yang bisa membuatnya mundur dari jabatan" sebagai pemimpin Zimbabwe. Usia tua juga tak membuatnya gentar untuk mempertahankan kekuasaan.
Mugabe pernah dikabarkan meninggal pada 2012. Ia pun merespon dengan arogan dan berkata,"Aku telah mati berulang kali. Itulah ketika aku mengalahkan Kristus. Kristus mati sekali dan bangkit sekali. Aku telah mati dan bangkit dan tak tahu berapa kali lagi aku akan mati dan bangkit."
Editor’s picks
Baca juga: Dikepung Militer, Presiden Zimbabwe Tetap Tolak Mundur
Sesuatu yang awalnya tampak murni seperti kudeta ternyata mendapat dukungan dari hampir semua warga.
Banyak yang meyakini bahwa Mugabe mulai kehilangan kontrol ketika faksi-faksi di partainya mulai memperebutkan kekuasaan. Momentum ini juga dimanfaatkan oleh Emmerson Mnangagwa. Ia dipecat Mugabe dari posisi wakil presiden pada awal November.
Militer pun mulai bergerak dan mengambil alih pemerintahan ketika Mugabe meminta Grace, istrinya, untuk menggantikan posisinya. Dukungan Mnangagwa—yang kini ditunjuk jadi pemimpin partai untuk menggantikan Mugabe— dan pihak-pihak oposisi pun berpengaruh terhadap perubahan konstelasi politik Zimbabwe.
Bahkan, untuk mengesankan ini adalah sesuatu yang konstitusional, parlemen mengadakan sidang untuk pemakzulan Mugabe. Namun, ia memutuskan untuk berhenti melawan. Menyusul pengunduran dirinya, masyarakat Zimbabwe pun bersorak-sorai dan merayakannya dengan turun ke jalan.
Belum diketahui apa yang akan terjadi pada Mugabe dan keluarganya setelah tak lagi berkuasa. Nasib Zimbabwe sebagai sebuah negara juga belum pasti. Mnangagwa disebut akan segera ditunjuk sebagai pengganti Mugabe.
Namun, mengingat ia pernah menjadi tangan kanan Mugabe selama bertahun-tahun, tak jelas apakah ia mampu membawa perubahan atau justru akan bersikap sama seperti pendahulunya.
Baca juga: Pasca 'Kudeta', Turki Tutup 130 Media yang Dianggap Pembangkang!