Rela Tak Jadi Pengacara, Perempuan Ini Pilih Main Film Porno

Ia membandingkan gaji dan jaminan kerja antara kedua profesi.

Seorang perempuan muda bernama Ella Hughes punya kisah yang tak biasa di usianya yang masih 22 tahun. Ia menulis di BBC tentang kisah tersebut. "Aku berusia 22 tahun dan sudah bekerja di industri pornografi selama tiga tahun," tulisnya.

Semua berawal dari kebutuhan terhadap keamanan finansial.

Rela Tak Jadi Pengacara, Perempuan Ini Pilih Main Film PornoInstagram Ella Hughes

Kesulitan keuangan hampir pasti dialami oleh mahasiswa Amerika Serikat yang harus berjuang mengikuti perkuliahan dan bekerja paruh waktu. Mereka memang kuliah dengan uang pinjaman, tapi untuk kehidupan sehari-hari mereka harus menanggung sendiri.

Belum lagi ketika mereka sudah lulus, ada kewajiban untuk membayar "utang" tersebut. Dilema seperti ini yang dirasakan oleh Hughes saat masih menjadi mahasiswa. "Aku selalu berpikir aku akan menjadi pengacara, tapi ketika aku kuliah Ilmu Hukum di tahun pertama, situasinya berubah," tulis Hughes.

"Aku bekerja sangat keras - mengikuti perkuliahan dari jam 9 pagi hingga 7 malam setiap hari - sampai aku tak bisa menemukan cara untuk mendapatkan uang. Aku tak terlalu butuh uang - aku punya uang pinjaman mahasiswa - tapi aku benci bergantung kepada orang lain dan selalu ingin punya uang sendiri," tambahnya.

Ia pun memulai karir sebagai fotomodel di mana awalnya ia masih memakai pakaian tertutup. Kemudian, ia menjadi model lingerie untuk majalah dewasa. Beberapa lama berselang, perusahaan film porno mengajaknya bergabung. "Aku mempertimbangkannya selama tiga atau empat bulan, semakin aku memperhatikan pekerjaan itu, semakin aku ingin melakukannya. Itu terlihat mudah."

Baca juga: Kena Sensor, Video Anti-Putin Diunggah ke Situs Porno

Hughes melepaskan cita-cita menjadi pengacara dan memilih bermain dalam film porno.

Rela Tak Jadi Pengacara, Perempuan Ini Pilih Main Film PornoBBC Three

Ia memiliki kekhawatiran sendiri sebab kelihatannya sulit untuk hidup dalam dua dunia: menjadi mahasiswa Ilmu Hukum dan bintang porno. Pada akhirnya, Hughes memilih melakoni keduanya. Film pertamanya ditonton empat juta kali.

"Aku mencintai keseluruhan proses pembuatan video. Aku tak terganggu meski banyak orang melihatku berhubungan seksual karena aku terbiasa melakukannya saat datang ke pesta seks." Hanya butuh waktu 20 menit untuk melakukannya dan Hughes pun mendapat apa yang ia mau: uang.

Namun, ia kemudian harus memilih apakah akan terus menjadi bintang porno atau mengejar cita-citanya sebagai pengacara. Ini karena beberapa profesornya di universitas akhirnya mengetahui bahwa Hughes juga berakting di film porno.

"Mereka berkata padaku bahwa Ilmu Hukum dan pornografi tak bisa digabungkan - bahwa Ilmu Hukum adalah jurusan untuk orang-orang terhormat dan aku mungkin tak akan dilihat begitu dengan profil online sebagai seorang bintang porno," tulisnya.

Hughes memutuskan untuk memilih industri pornografi. Salah satu yang menjadi pertimbangannya adalah persoalan penghasilan dan jaminan kerja.

"Tergantung kepada profilmu, kamu bisa mendapatkan antara Rp 9 juta hingga Rp 18 juta untuk sekali syuting - dan sampai Rp 36 juta di Amerika. Aku sadar saat aku menyelesaikan ujian akhirku, aku bisa membeli sebuah rumah dan mobil dari pornografi."

"Aku tahu pengacara bisa mendapatkan ratusan miliar per tahun, tapi sulit juga untuk melalui tantangannya dan tak ada jaminan kamu bisa mendapatkan pekerjaan setelah lulus, jadi aku putuskan bahwa menyelesaikan kuliah bukanlah jalanku," ungkapnya.

Bagi Hughes, pornografi tidak selalu berseberangan dengan semangat feminisme.

Rela Tak Jadi Pengacara, Perempuan Ini Pilih Main Film PornoInstagram Ella Hughes

Keluarga Hughes mengetahui bahwa ia menjadi bintang porno. Ia mengaku mereka mendukung keputusannya selama ia aman dan bahagia. Terkait stigma yang melekat pada bintang porno, Hughes punya pendapatnya sendiri.

Ia menyebut pernah menolak permintaan sutradara agar ia mau dipukul oleh lawan mainnya saat adegan seks berlangsung. "Tak semua perempuan mau melakukannya, tapi aku tahu batas-batasku dan aku takkan melewatinya."

"Aku seorang feminis dan aku pikir pornografi membantu seksualitasku untuk unggul. Aku tak menganggapnya merendahkan sama sekali - aku memanfaatkannya untuk kepentinganku sendiri agar bisa melalui hidup."

Hughes pun meyakinkan bahwa ia takkan berhenti berkarir di industri tersebut. "Aku ingin meneruskannya sampai aku stabil secara finansial," tegasnya.

Cerita Hughes hampir mirip dengan bintang porno Miriam Weeks atau yang dikenal sebagai Belle Knox.

Rela Tak Jadi Pengacara, Perempuan Ini Pilih Main Film PornoRolling Stone

Pada Juni 2014, Time mempublikasikan tulisan Weeks yang dengan gamblang menceritakan keputusannya untuk terjun sebagai artis porno. Kisahnya hampir sama dengan Hughes - ia berakting di film porno di saat yang bersamaan juga menjadi mahasiswa.

Bedanya, Weeks melakoni profesi yang cukup berisiko itu karena ia butuh biaya untuk kuliah di Duke University. Weeks mengaku di tahun tersebut dia memiliki hutang sebesar Rp 629 juta yang harus dilunasi karena biaya kuliahnya sangat tinggi, bahkan setelah mendapatkan bantuan dana.

Berakting di film porno adalah caranya untuk menutup hutang itu. Sebelum menjadi bintang porno, pendapatannya tak mencukupi untuk dijadikan jaminan agar terus mendapat bantuan. Hutangnya juga terus menumpuk.

Menurut Weeks, setiap orang yang ia temui fokus pada keputusannya untuk terlibat dalam industri pornografi dan bukan alasan mengapa ia harus melakukan itu.

"Aku pernah mempertimbangkan untuk keluar dari Duke. Aku mengorbankan lebih dari reputasi bersihku untuk membiayai pendidikanku. Terbang untuk syuting selama liburan berarti aku jarang bertemu keluargaku. Dan, tentu saja, pilihanku untuk mendanai sekolah melalui pornografi menyebabkan olokan dan hinaan yang dalam."

Baca juga: Pelanggaran HAM di Balik Laris Manis JAV

Topik:

Berita Terkini Lainnya