Salah Prediksi Pemilu, Profesor Ini Makan Bukunya Sendiri

Itu adalah janjinya kalau prediksinya meleset.

Seorang profesor Ilmu Politik dari University of Kent, Matthew Goodwin, terpaksa memakan beberapa lembar halaman dari bukunya sendiri. Ia harus melakukannya di televisi nasional secara langsung. Ini karena Goodwin salah memprediksi hasil pemilu Inggris.

Goodwin sebelumnya memprediksi bahwa Partai Buruh takkan dapat hasil dari 38 persen.

Salah Prediksi Pemilu, Profesor Ini Makan Bukunya Sendiritwitter.com/GoodwinMJ

Profesor itu sempat mengirimkan cuitan pada 28 Mei 2017 yang berisi janji berikut ini:

"Saya mengatakan ini dengan lantang. Saya tak percaya Partai Buruh, di bawah Jeremy Corbyn, akan mendapatkan suara di atas 38 persen. Saya akan dengan senang hati memakan buku terbaru saya tentang Brexit jika saya salah."

Baca Juga: Emmanuel Macron, "Anak Baru" yang Terpilih sebagai Presiden Prancis​

Ia pun memenuhi janjinya ketika terbukti keliru.

Salah Prediksi Pemilu, Profesor Ini Makan Bukunya Sendiritwitter.com/GoodwinMJ

Setelah hasil pemilu Inggris keluar pada 9 Juni 2017 dan Partai Buruh mendapatkan hasil tak terduga, yaitu 40 persen suara, Goodwin kembali mengirimkan cuitan:

"Ok. Kalian menang. Saya akan memakan buku saya dalam siarang langsung di Sky News pada pukul 16.30."

Salah Prediksi Pemilu, Profesor Ini Makan Bukunya Sendiritwitter.com/GoodwinMJ

Setelah melakukannya, ia pamer di akun Twitternya dengan mengunggah sebuah foto. Goodwin pun menuliskan caption:

"Jangan sebut aku tak pria yang tak menepati janji."

Partai Buruh sendiri mampu meningkatkan perolehan suara yang membuat panik Partai Konservatif.

Salah Prediksi Pemilu, Profesor Ini Makan Bukunya Sendiritwitter.com/stforeigndesk

Pemilu Inggris yang diadakan pada 8 Juni 2017 lalu terbilang sangat sengit. Kandidat dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn, dan Perdana Menteri Inggris saat ini, Theresa May dari Partai Konservatif, memiliki sejumlah pandangan yang saling bertolak belakang.

Awalnya, Partai Konservatif diprediksi akan menang mudah. Rupanya, fakta berkata lain. Partai Konservatif tak bisa mendapatkan 326 kursi yang dibutuhkan untuk memastikan mereka adalah pemegang kekuasaan.

Partai pimpinan May hanya memperoleh 318 kursi. Sementara yang dipimpin Corbyn sukses mengantongi 262 kursi. Konsekuensinya, Partai Konservatif bisa membentuk kabinet minoritas, tapi ini sangat rentan.

May juga bisa berkoalisi dengan partai lain untuk membentuk pemerintahan. Bila kedua opsi gagal, maka ia harus mengundurkan diri. Corbyn kemudian diberi kesempatan untuk membentuk pemerintahan, baik minoritas atau koalisi. Jika ini juga gagal, maka harus diadakan pemilu lagi.

Baca Juga: [OPINI] Apa Dampak Kemenangan Donald Trump Terhadap Indonesia?

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya