Kamus Oxford Nobatkan 'Post-Truth' sebagai Istilah Tahun Ini, Ini Artinya!

Istilah penting di dunia politik tahun ini

Oxford Dictionaries, salah satu kamus online terkemuka di dunia yang dibuat oleh Universitas Oxford, telah memilih 'post-truth' sebagai 'Word of the Year' atau 'Istilah Tahun Ini'. Apa itu 'post-truth'?

'Post-truth' adalah istilah penting di dunia politik pada tahun 2016.

Kamus Oxford Nobatkan 'Post-Truth' sebagai Istilah Tahun Ini, Ini Artinya!Brian Snyder/REUTERS

Jika kamu adalah tipe orang yang suka mengikuti politik luar negeri, barangkali kamu sudah cukup akrab dengan istilah 'post-truth'. Setelah fenomena Brexit (keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa), 'post-truth' kembali digunakan oleh berbagai media internasional, salah satunya The Economist, dan pengamat politik di Amerika Serikat untuk mendeskripsikan peningkatan popularitas Donald Trump hingga akhirnya menjadi presiden-terpilih di negara tersebut

Istilah ini mewakili situasi di mana fakta tak lagi relevan.

Kamus Oxford Nobatkan 'Post-Truth' sebagai Istilah Tahun Ini, Ini Artinya!Andrew Yates/REUTERS via theatlantic.com

Menurut Oxford Dictionaries, 'post-truth' diartikan sebagai istilah yang berhubungan dengan atau mewakili situasi-situasi dimana keyakinan dan perasaan pribadi lebih berpengaruh dalam pembentukan opini publik dibanding fakta-fakta yang obyektif. Dikutip dari yahoo.com, Oxford Dictionaries melacak asal muasal istilah 'post-truth' dan menemukan fakta bahwa seorang penulis keturunan Serbia bernama Steve Tesich memakainya pertama kali dalam sebuah esai di tahun 1992 tentang skandal Iran-Contra dan Perang Teluk. Secara sederhana, 'post-truth' digunakan ketika fakta-fakta tidak lagi relevan dalam politik.

Baca Juga: Jadikan Ahok Tersangka, Dunia Menganggap Indonesia Alami Kemunduran

'Post-truth' mendeskripsikan dengan baik kecenderungan politik tahun 2016.

Kamus Oxford Nobatkan 'Post-Truth' sebagai Istilah Tahun Ini, Ini Artinya! Beck Diefenback/REUTERS/ANTARA FOTO

Sentimen politik tahun 2016 menunjukkan jarum yang cenderung mengarah ke tidak pentingnya fakta-fakta yang obyektif. Misalnya, dalam kasus pemilu Amerika Serikat, banyak sekali masyarakat yang merasa berbagai kebohongan-kebohongan dan sikap rasis Donald Trump tidak lagi dianggap sebagai persoalan. Mereka tetap menilai Trump adalah kandidat presiden terbaik. Trump bisa melenggang ke Gedung Putih karena mampu mengeksploitasi rasa takut penduduk Amerika Serikat, bahkan dengan menggunakan sejumlah kebohongan.

Oxford Dictionaries juga menjelaskan bahwa terpilihnya 'post-truth' sebagai 'Istilah Tahun Ini' karena dipengaruhi oleh cara kebanyakan orang masa kini untuk mendapatkan informasi. Mereka memilih menjadikan media sosial sebagai sumber berita. Padahal, tidak semua hal yang ada di platform tersebut merupakan kebenaran. Contohnya, Facebook saat ini sedang menghadapi tuduhan berkontribusi terhadap kemenangan Trump karena tidak membiarkan adanya akun-akun yang menyebarkan berita palsu.

Jangan sampai masyarakat Indonesia ikut terjebak dalam lubang 'post-truth'.

Kamus Oxford Nobatkan 'Post-Truth' sebagai Istilah Tahun Ini, Ini Artinya!AP via asiancorrespondent.com

Dalam perpolitikan Amerika Serikat dan Uni Eropa memang fenomena 'post-truth' marak terjadi sepanjang tahun 2016 ini. Namun, akan sangat disayangkan bila virus 'post-truth' turut menjalar ke dalam negeri dimana masyarakat Indonesia tak lagi bisa berpikir kritis dan menelan mentah-mentah semua informasi yang didapat dari media sosial -- terutama informasi yang dianggap sesuai dengan perasaan dan keyakinan pribadi.

Baca Juga: [OPINI] Kepada Rakyat Indonesia yang Terhormat, Toleransi Itu Ada Batasnya

Topik:

Berita Terkini Lainnya