Polisi Tiongkok Pakai Kacamata Sakti Untuk Kenali Penjahat

Ini bukan sebuah adegan dalam film Mission Impossible.

Beijing, IDN Times - Anggota kepolisian Tiongkok kini dibekali dengan sebuah kacamata yang bisa mendeteksi wajah. Ya, ini bukan sejenis teknologi fiksi dalam film Mission Impossible 4: Ghost Protocol, melainkan suatu realita yang membuat pihak berwajib semakin mudah mengawasi warganya.

1. Semakin sering dipakai menjelang Imlek

Polisi Tiongkok Pakai Kacamata Sakti Untuk Kenali PenjahatWall Street Journal

South China Morning Post melaporkan bahwa kepolisian di Henan sudah tampak menggunakan kacamata sakti dengan kemampuan mengenali wajah itu menjelang Imlek. Mereka terlihat berjaga-jaga di sejumlah stasiun kereta api di mana warga berlalu-lalang untuk mudik.

Kacamata tersebut tak bisa berfungsi sendiri, melainkan harus dihubungkan dengan sebuah tablet elektronik. Polisi hanya perlu melihat ke wajah penumpang, kemudian tablet itu akan mengaktifkan perangkat lunak yang mencari database wajah yang sudah dikumpulkan. 

Baca juga: Tiongkok Berencana Beri Rating pada 1,4 Miliar Warganya

2. Ada sejumlah orang mencurigakan yang tertangkap

Polisi Tiongkok Pakai Kacamata Sakti Untuk Kenali PenjahatWall Street Journal

Hingga Selasa (6/2), para polisi yang memanfaatkan teknologi tersebut telah mengidentifikasi tujuh buron yang terlibat kecelakaan tabrak-lari dan perdagangan manusia. Mereka juga mengenali 26 calon penumpang kereta api yang menggunakan identitas palsu.

"Informasi wajah yang didapat oleh kacamata tersebut akan dikirimkan ke database untuk perbandingan dengan informasi para tersangka dalam daftar pencarian," kata Zhang Xiaolei, seorang polisi, kepada Global Times. Semua terjadi dalam hitungan detik.

3. Kacamata sakti itu bisa disalahgunakan

Polisi Tiongkok Pakai Kacamata Sakti Untuk Kenali Penjahatunsplash.com/Rob Sarmiento

Sistem mata-mata terhadap pergerakan warga sudah terjadi di Xinjiang. Wilayah ini dipadati oleh kelompok Muslim. Pada Januari 2018 lalu Bloomberg merilis artikel yang memberitakan "sistem pengenalan wajah itu akan memberitahu pihak berwajib ketika orang-orang yang ditargetkan berjalan lebih dari 300 meter dari area yang dianggap aman".

Xinjiang sendiri disebut sebagai kawasan yang cocok untuk menguji sistem tersebut karena Xi Jinping pernah menginstruksikan aparat untuk "menyerang terlebih dulu" jika para ekstremis mulai beraksi seperti yang terjadi selama pertempuran berdarah pada 2013 dan 2014 lalu.

Muslim Uighur di Xinjiang sudah menjadi kelompok minoritas yang didiskriminasi oleh pemerintah di Beijing. Mereka dilarang mengikuti kegiatan keagamaan. Ini disebabkan oleh adanya 114 Muslim Uighur yang bergabung bersama ISIS. Kemudian, semua terkena getahnya.

Seorang pakar bernama Dru Gladney sempat berkata kepada Foreign Policy bahwa cara pemerintah mengatasi masalah ini tidak tepat. Menurutnya, taktik mobilisasi militer, kekerasan dan aksi mamata-matai bisa berbalik arah dan meningkatkan ekstremisme. 

Baca juga: Tiongkok Larang Orangtua Beri Nama Islam kepada Anak

Topik:

Berita Terkini Lainnya