Perempuan Masih Jadi Minoritas di Partai Komunis Tiongkok

Patriarki masih mendominasi di beberapa negara

Kongres Partai Komunis yang digelar di Beijing sejak Rabu lalu mengungkapkan sesuatu yang lain. Dari 2.280 delegasi yang hadir, perempuan hanya menjadi bagian kecil di dalamnya. Menurut laporan BBC, persoalan ini bukan hanya dimiliki oleh Tiongkok, melainkan beberapa negara lain di dunia.

Sedikit sekali perempuan yang berhasil menduduki posisi penting di partai.

Perempuan Masih Jadi Minoritas di Partai Komunis TiongkokANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee

Sejak Partai Komunis berkuasa pada 1949, belum ada satu perempuan pun yang menjadi anggota badan pembuat keputusan tertinggi dalam sistem komunisme, yakni, Komite Tinggi Politburo yang beranggotakan tujuh orang.

Sementara itu, dari 25 anggota Politburo, hanya ada dua perempuan yang berada di dalamnya. Itu juga karena karena keduanya adalah para istri dari Mao Zedong dan Lin Biao. 

Menurut Cheng Li, petinggi John L. Thornton China Center di Brookings Institution mengatakan butuh sebuah keajaiban bagi seorang perempuan agar bisa menjadi pemimpin di Tiongkok. Pernyataan ini juga didukung oleh laporan The New York Times

Media itu menyebut persentase keberadaan perempuan dalam keanggotaan penuh Komite Partai Komunis Tiongkok anjlok dalam beberapa tahun terakhir. Angkanya turun dari 6,4 persen pada 2012 menjadi 4,9 persen pada 2017.

Baca juga: Partai Komunis Bikin Kongres Terbesar, Xi Jinping Siap Nyapres Lagi

Perempuan perlu sebuah koneksi dengan penguasa jika ingin berada di posisi puncak.

Perempuan Masih Jadi Minoritas di Partai Komunis TiongkokANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee

Mao Zedong pernah berkata,"Perempuan menyangga setengah langit." Namun, faktanya, para perempuan Tiongkok butuh usaha berlipat-lipat lebih keras jika ingin mewujudkannya. Dari 89,4 juta anggota Partai Komunis, hanya 23 juta di antaranya (26 persen) yang merupakan perempuan.

Profesor Lynette H. Ong, seorang pakar Ilmu Politik dari University of Toronto, berkata kepada BBC. "Persepsi yang mengakar lama bahwa tempat perempuan adalah di rumah dan di dapur berarti mereka dipandang tidak ambisius."

Meski ada beberapa perempuan yang menduduki posisi menengah, tapi jumlah yang berada di posisi puncak sangat sedikit. "Perempuan perlu membangun koneksi yang baik dengan orang-orang yang punya kekuatan untuk memutuskan dan hampir semuanya adalah laki-laki," ujar Dr Ling Li dari Institute for Human Sciences di Vienna.

Persoalan lainnya adalah waktu pensiun yang 10 tahun lebih cepat daripada laki-laki. Ini sangat membatasi perempuan yang ingin berkiprah dengan serius di ranah politik. Usia pensiun nasional Tiongkok adalah 60 tahun untuk perempuan, 55 tahun untuk pelayan publik perempuan, dan 55 untuk pekerja perempuan lainnya.

Beberapa negara mengalami hal serupa.

Perempuan Masih Jadi Minoritas di Partai Komunis TiongkokANTARA FOTO/REUTERS/Wu Hong

Berdasarkan analisis BBC, Tiongkok tidak sendiri dalam menghadapi masalah kurangnya representasi perempuan dalam politik. Dalam daftar negara yang punya representasi perempuan di politik yang baik, peringkat pertama diduduki oleh Rwanda dengan lebih dari 61 persen perempuan yang menjadi politisi. Kuba, Inggris dan Jerman menyusul secara berurutan di belakangnya. Baru kemudian Tiongkok yang berada di posisi lima.

Baca juga: Caleg Ini Dipermasalahkan karena Pernah Jadi Model Majalah Dewasa

Topik:

Berita Terkini Lainnya