Penelitian Menunjukkan, Kondom Membuat Penganut Ateisme Berkurang

Ada-ada saja...

Ada kabar buruk bagi para penganut Ateisme atau atau pandangan yang tak mempercayai keberadaan Tuhan maupun dewa dan dewi. Menurut penelitian, jumlah populasi penganut Ateisme terancam. Hal ini berkaitan dengan alat kontrasepsi atau kondom.

Penganut Ateisme memilih membatasi reproduksi.

Penelitian Menunjukkan, Kondom Membuat Penganut Ateisme Berkurangmariarastgoo.com

Berdasarkan penelitian berjudul The Future of Secularism: a Biologically Informed Theory Supplemented with Cross-Cultural Evidence ada hubungan antara agama dengan tingkat kesuburan seseorang. Penelitian tersebut dilakukan di Malaysia dan Amerika Serikat dengan melibatkan lebih dari 4.000 siswa.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa para penganut Ateisme lebih mampu mengontrol kesuburan dan reproduksi dibandingkan mereka yang relijius. "Ini sangat ironis mengingat pil pengontrol kehamilan yang efektif dikembangkan terutama oleh orang-orang sekuler (tak relijius), dan bahwa metode-metode tersebut bisa secara pelan-pelan mengurangi representasi proporsional dari orang-orang sekuler itu sendiri untuk beberapa generasi ke depan," ujar para peneliti.

Baca Juga: Masjid Terbakar, Komunitas Yahudi dan Kristen Tawarkan Muslim Tempat Ibadah

Mereka yang relijius tak percaya alat kontrasepsi atau kondom sehingga bisa tetap subur.

Penelitian Menunjukkan, Kondom Membuat Penganut Ateisme BerkurangRay Yeh/Channel News Asia

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa orang-orang relijius memiliki lebih banyak anak daripada mereka yang menganut Ateisme. Para peneliti menyimpulkan di antara tiga agama, Islam, Yahudi, dan Buddha, Muslim adalah yang paling relijius dan paling subur. Sedangkan pemeluk Yahudi dan Buddha paling tak subur. Ini dipengaruhi oleh ketidakpercayaan mereka terhadap alat kontrasepsi atau kondom.

Akibatnya, jumlah populasi penganut Ateisme semakin menurun.

Penelitian Menunjukkan, Kondom Membuat Penganut Ateisme BerkurangJeff FItlow via news.rice.edu

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa mereka yang berhasil membatasi kesuburan adalah yang orang-orang berpendidikan dan paling tidak relijius. Secara tak langsung, para Ateis mulai mengurangi populasi mereka sendiri di mana yang sebaliknya justru terjadi dalam komunitas yang relijius.

Baca Juga: [OPINI] Demokrasi Takkan Membiarkan Satu Agama Berkuasa Atas Agama Lain

Topik:

Berita Terkini Lainnya