Presiden Perempuan Pertama, Begini Proses Terpilihnya Halimah Yacob

Memunculkan pro dan kontra

Warga Singapura dipastikan mendapat seorang presiden baru. Ia adalah mantan Ketua DPR Singapura bernama Halimah Yacob. Terpilihnya perempuan berusia 62 tahun tersebut melahirkan kontroversi tersendiri. Pasalnya, ia tak terpilih melalui voting yang dilakukan oleh masyarakat.

Sistem pemilihan Presiden Singapura berdasarkan ras dan syarat lain yang tak biasa.

Presiden Perempuan Pertama, Begini Proses Terpilihnya Halimah Yacob Nuria Ling/Today Online

Sebagai sebuah negara demokrasi, warga Singapura seharusnya memilih presiden mereka secara langsung pada 23 September mendatang. Namun, kesempatan itu ditiadakan sebab Halimah Yacob adalah satu-satunya kandidat yang tersisa dan memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Komite Pemilihan Presiden.

Semua karena untuk pertama kalinya satu-satunya kelompok ras yang boleh menjadi presiden adalah Melayu. Mengapa? Singapura memutuskan melakukan amandemen sistem pemilihan presiden. Pemilihan presiden akan berdasarkan ras, jika dalam waktu lima periode tidak ada presiden dari ras tersebut.

Dua calon lainnya, Salleh Marican dan Farid Khan, berasal dari sektor bisnis. Hanya saja, Komite Pemilihan Presiden Singapura menggagalkan langkah mereka karena jumlah kekayaan yang mereka miliki masih di bawah jumlah yang ditentukan.

Misalnya, kekayaan minimum  yang harus dikantongi seorang kandidat untuk dari sektor bisnis  untuk lolos adalah S$500 juta, tapi baik Salleh dan Farid memiliki jumlah di bawah itu. Alhasil, keduanya harus didiskualifikasi.

Jalan Halimah jauh lebih mulus karena ia memenuhi persyaratan yang diajukan untuk kandidat yang berlatar belakang sektor publik, yakni, harus memiliki pengalaman selama tiga tahun. Belum lagi ia adalah mantan ketua parlemen yang semakin menguatkan posisinya.

Baca juga: Halimah Yacob, Capres Perempuan Melayu Pertama di Singapura

Sistem ini memunculkan pertanyaan terkait bagaimana menentukan ras seseorang.

Presiden Perempuan Pertama, Begini Proses Terpilihnya Halimah Yacob Ng Sor Luan/Straits Times

Halimah sendiri mendukung sistem pemilihan presiden ini. Menurutnya, ini adalah bentuk penghargaan terhadap keberagaman di Singapura. Hanya saja, muncul kritikan pedas terkait cara menentukan ras. Dikutip dari CNN, sistem yang dianggap akan memecah belah di negara lain itu justru dikatakan mampu menjamin keberagaman di negara tersebut.

Namun, salah satu pertanyaan yang terus dilontarkan oposisi adalah bagaimana menentukan ras individu. Halimah dan Salleh dikabarkan merupakan keturunan India, sedangkan kartu identitas Khan menyebutkan dirinya punya darah Pakistan.

Lalu, kritikan lainnya adalah sistem itu tetap tak bisa menyelesaikan persoalan diskriminasi yang dialami oleh komunitas Melayu. Contohnya, posisi perdana menteri yang punya kekuatan mengambil keputusan lebih besar hanya diisi oleh orang-orang keturunan Tionghoa.

"Mengkhususkan pemilihan presiden untuk ras Melayu saja adalah sikap simbolik semata, ada hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan isu sesungguhnya yang dihadapi komunitas Melayu seperti diskriminasi, kurangnya mobilitas sosial dan kemiskinan," ujar seorang pengacara kepada CNN.

"Aku pikir lebih penting untuk fokus menghapus batasan dan meningkatkan kemampuan orang-orang di jalanan daripada memperuntukkan beberapa tempat untuk satu atau dua individu saja," tambahnya. 

Meski ada pro dan kontra, Halimah tetap percaya diri mengatakan,"Aku hanya bisa berjanji akan melakukan yang terbaik untuk melayani masyarakat Singapura dan itu tak berubah walau ada pemilihan umum atau tidak."

Baca Juga: Nekat, WNI Ini Terobos Perbatasan Singapura Lewat Selokan

Topik:

Berita Terkini Lainnya