Pemerintah Jepang Bantu Lansia Tak Menikah Urus Pemakaman

Kalau tak ada keluarga, mereka takut tak ada yang peduli saat meninggal.

Tokyo, IDN Times - Salah satu ketakutan lansia yang tak menikah dan tak punya keluarga adalah tak ada yang mengurus pemakaman ketika sudah meninggal. Ketakutan tersebut dijawab sejumlah pemerintah lokal di Jepang dengan memberikan bantuan.

1. Pemerintah lokal sediakan biaya hingga Rp 26 juta

Pemerintah Jepang Bantu Lansia Tak Menikah Urus Pemakamanunsplash.com/Mitchell Ng Liang An

Para lansia di atas 60 tahun bisa sedikit bernafas lega karena pemerintah bersedia menjamin akan mengurus pemakaman mereka. Lansia yang tak menikah, tinggal di panti jompo, bahkan yang sebenarnya masih ada sanak keluarga bisa mengikuti program ini setelah menandatangani kontrak.

"Aku berpikir untuk mempersiapkan akhir hidupku sebaik mungkin," kata seorang pria lansia di Yamato, seperti dilansir dari Japan Today. Biaya yang disediakan oleh pemerintah untuk urusan pemakaman bisa mencapai Rp 26 juta per orang.

Baca juga: Lewat Drive-thru, Begini Cara Jepang Mudahkan Pemakaman

2. Lansia miskin juga berhak mengikuti program ini

Pemerintah Jepang Bantu Lansia Tak Menikah Urus PemakamanUnsplash.com/Elena Saharova

Pemerintah Kota Yamato sudah menjalankan program itu sejak April 2016. Targetnya bukan hanya lansia yang tak menikah, tapi juga mereka yang miskin walau masih memiliki keluarga. Ini karena masih banyak lansia yang tak mau merepotkan siapapun ketika sudah wafat.

Lansia yang sudah tercatat namanya akan menerima sebuah kartu dengan detil informasi terkait nama rumah pemakaman dan lokasinya. Karena banyak lansia yang sendirian, petugas dari pemerintah setempat juga menjadwalkan untuk mengunjungi mereka secara rutin.

3. Layanan publik tidak berhenti ketika warga meninggal

Pemerintah Jepang Bantu Lansia Tak Menikah Urus Pemakamanunsplash.com/Cristian Newman

Biaya pemakaman di Jepang tergolong tidak murah. Ini membuat lansia yang tak memiliki orang untuk bergantung khawatir tentang jasad mereka setelah meninggal. "Layanan kesejahteraan publik di Jepang berakhir begitu orang itu meninggal. Kini waktunya mempertimbangkan bantuan publik untuk orang yang meninggal," kata Midori Kotani, seorang peneliti Jepang yang akrab dengan isu ini.

Kemudian, mayoritas jasad harus dikremasi. Sebelum ada program dari pemerintah, banyak kasus di mana keluarga tidak mengambil abu kremasi dan meninggalkannya begitu saja di rumah pemakaman. Bagi yang memiliki tabungan di atas Rp 13 juta, pemerintah bersedia membantu menyiapkan pemakaman sesuai permintaan ketika masih hidup. 

Baca juga: Lansia Jepang Anggap Kehidupan di Penjara Lebih Baik

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya