Pejabat Tinggi Jepang Mundur Usai Diduga Lakukan Pelecehan Seksual

Ia dituduh melecehkan sejumlah jurnalis perempuan.

Tokyo, IDN Times - Junichi Fukuda, seorang pejabat tinggi di Kementerian Keuangan Jepang, memutuskan untuk mengundurkan diri pada Rabu (18/4). Ia dituding telah melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa jurnalis perempuan.

1. Fukuda membantah telah melecehkan mereka

Pejabat Tinggi Jepang Mundur Usai Diduga Lakukan Pelecehan SeksualREUTERS via The Malay Online

Keputusan Fukuda untuk mundur rupanya bukan dilatar belakangi oleh tuduhan pelecehan seksual tersebut, sebab ia membantahnya. Fukuda mengaku bahwa ia hengkang dari Kementerian Keuangan karena tak ingin semakin membuat kehebohan dengan pemberitaan media.

Kementerian, kata Fukuda, sedang "menghadapi situasi buruk" oleh karena itu ia mengaku lebih baik mundur. "Aku yang harus disalahkan atas pemberitaan tersebut," kata Fukuda, seperti dilansir dari Japan Times.

Baca juga: Jurnalis Olahraga Perempuan Brasil Protes Pelecehan Seksual

2. Fukuda menggugat media yang membuat laporan tentangnya

Pejabat Tinggi Jepang Mundur Usai Diduga Lakukan Pelecehan SeksualJapan Times

Dugaan pelecehan seksual oleh Fukuda terhadap para jurnalis perempuan pertama kali dilaporkan oleh sebuah majalah bernama Shinco. Menurut laporan itu, Fukuda mengeluarkan beberapa komentar seksual kepada awak media perempuan.

Salah satu yang menggemparkan adalah saat Shinco merilis sebuah rekaman suara yang diduga Fukuda sedang berkata "Boleh kah aku memelukmu?" dan "Boleh kah aku menyentuh payudaramu?". Ia sendiri menegaskan bahwa tudingan itu tidak benar dan berniat menggugat Shinco.

3. Wartawan perempuan di Jepang merasa tidak aman

Pejabat Tinggi Jepang Mundur Usai Diduga Lakukan Pelecehan Seksualunsplash.com/Sam McGhee

BBC melaporkan bahwa sebenarnya sebelum Fukuda mengundurkan diri, serikat pekerja di sebuah koran Jepang mengeluarkan pernyataan terkait lingkungan kerja mereka yang tak aman bagi perempuan.

Serikat pekerja itu menyatakan,"Para reporter perempuan harus menderita secara diam-diam padahal menjadi subyek perlakuan memalukan dan merendahkan." Lebih lanjut, mereka mengatakan wartawan perempuan tak berani buka mulut karena merasa takut.

"Banyak reporter perempuan yang harus bertahan menerima bahasa melanggar secara seksual, ada tangan-tangan yang melingkar di pinggang dan bahu mereka, tapi hanya bisa meletakkan tangan-tangan itu kembali ke lutut pemiliknya karena takut mengancam hubungan antara yang mereka liput dan perusahaan tempat mereka bekerja."

Baca juga: Pria Paruh Baya Jepang Terobsesi Idol Perempuan Berusia Muda

Topik:

Berita Terkini Lainnya