Mulai Tergeser Robot, Pekerja di Filipina Galau

Khayalan di film-film itu mulai jadi kenyataan

Manila, IDN Times - Para pekerja alih daya atau outsourcing di Filipina menyatakan kekhawatiran terkait meningkatnya penetrasi kecerdasan bantuan (AI). Mereka mengaku risau bila robot akan menggantikan keberadaan mereka.

Filipina sangat bergantung kepada pekerja di pusat informasi yang semuanya adalah hasil outsourcing.

Mulai Tergeser Robot, Pekerja di Filipina GalauAlex Knight via Unsplash

Dikutip dari Reuters, Filipina saat ini sudah mengalahkan India sebagai negara dengan jumlah pekerja di sektor pusat informasi (call centers) terbesar di dunia. Mereka semua merupakan pekerja outsourcing. Maka, tak mengherankan ketika mereka menyuarakan kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan akan melahap industri yang bernilai Rp 311 triliun tersebut.

Salah satu yang selama ini jadi aset terbesar Filipina adalah kemampuan berbahasa Inggris mereka. Banyak korporasi multinasional yang memanfaatkan kemampuan mereka itu untuk mengisi posisi di pusat informasi mereka. Keberadaan mesin penerjemah yang dibuat dengan konsep kecerdasan buatan berpotensi menyaingi para pekerja itu.

Bahkan, perusahaan penyedia layanan manajemen IT asal Amerika Serikat, Sutherland Global Service, juga menyuarakan hal yang sama. "Aku tak berpikir bahwa kemampuan Bahasa Inggris kami yang sangat baik akan menjadi jaminan lima, 10 tahun dari sekarang. Itu takkan penting lagi," ujar Rahneesh Tiwary, salah satu pejabat senior Sutherland.

Baca juga: Agar Robot Tak Ancam Manusia, Kecerdasan Buatan Perlu Diatur

Puluhan ribu lapangan pekerjaan diprediksi terancam hilang karena kecerdasan buatan.

Mulai Tergeser Robot, Pekerja di Filipina GalauAndy Kelly via Unsplash

Selain devisa dari tenaga kerja mereka yang berada di luar negeri, industri Business Process Outsourcing (BPO) juga merupakan jangkar ekonomi untuk Filipina. Ada sekitar 1,15 juta orang yang bekerja di industri tersebut.

Menurut estimasi, 4/5 pekerja industri itu adalah mereka yang berada di balik pusat informasi. Industri BPO Filipina pun diprediksi akan mencapai nilai sebesar Rp 3.400 triliun pada 2022.

Korporasi yang menggunakan jasa mereka pun tergolong raksasa dunia, seperti, Citibank, JP Morgan dan Convergys. Lalu, tak hanya Amerika Serikat, sejumlah korporasi di Eropa dan Selandia baru pun kini semakin banyak memanfaatkan pekerja outsourcing di sektor itu.

Berdasarkan prediksi presiden sekaligus CEO IT & Business Process Association of the Philippines (IBPAP), ada 40.000 hingga 50.000 lapangan kerja berkemampuan rendah atau BPO yang akan digantikan oleh kecerdasan buatan.

"Kamu akan lihat dalam beberapa tahun lagi semakin banyak automasi yang melakukan apa yang kita lakukan di industri IT dan BPO, pemrosesan robotik, penggunaan bot percakapan. Jika kita lebih maju dari situasi yang ada, kita akan dapat keuntungan di mana orang memberi lebih banyak pekerjaan, karena kita lebih murah dan produktif," kata Presiden IBM Filipina, Luis Pined.

Baca Juga: Hanya dengan Foto, Teknologi Ini Bisa Deteksi Seorang Gay

Topik:

Berita Terkini Lainnya