Minta Warga Palestina Pasrah, PM Israel Bawa-bawa Kitab Suci

Di Indonesia mungkin sudah jadi tersangka penistaan agama

Paris, IDN Times - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta warga Palestina menerima kenyataan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Dikutip dari BBC, Netanyahu menyebut hal itu penting untuk proses perdamaian.

Netanyahu mengklaim Injil bisa jadi bukti.

Minta Warga Palestina Pasrah, PM Israel Bawa-bawa Kitab SuciANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad

Perdana menteri berusia 68 tahun tersebut mengeluarkan pernyataan itu usai bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris pada Minggu (10/12). Menurutnya, segala upaya untuk menolak Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah tindakan sia-sia.

Ia berujar,"Kamu bisa baca di sebuah buku yang sangat bagus—namanya Injil. Kamu bisa membacanya di Injil. Kamu bisa mendengarnya dalam sejarah komunitas Yahudi sepanjang persebaran diaspora kami... Di mana lagi ibu kota Israel kalau bukan di Yerusalem?"

Netanyahu juga menilai bahwa warga Palestina perlu untuk segera menerima kenyataan tersebut agar perdamaian bisa tercapai. "Semakin cepat warga Palestina menerima realita ini, semakin cepat pula kita berjalan maju menuju perdamaian," tambahnya.

Baca juga: Mengenal Yerusalem, Kota Suci yang Diperebutkan Israel dan Palestina

Protes terus berlangsung untuk menolak pengakuan Trump terkait Yerusalem.

Minta Warga Palestina Pasrah, PM Israel Bawa-bawa Kitab SuciANTARA FOTO/REUTERS/Mussa Qawasma

Pernyataan Trump bahwa Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel menguntungkan pemerintahan Netanyahu itu sendiri. Peter Beinart dari The Atlantic menulis bahwa pengakuan tersebut bukannya memudahkan proses perdamaian, tapi sebaliknya.

"Dalam konteks ini, pengumuman Trump hanya akan semakin meyakinkan warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat—yang sebagian besar tak punya kewarganegaraan di negara yang mengontrol mereka—bahwa Israel dan Amerika Serikat berdedikasi untuk terus tak memenuhi hak-hak dasar mereka," tulis Beinart.

Implikasinya tak hanya di level politik di mana negara Palestina akan semakin sulit berdiri, tapi juga memuluskan upaya Israel untuk menindas warga Palestina yang selama ini telah merasakan diskriminasi. Maka, tak heran bila protes dari pihak sipil terus berlangsung menyusul pengakuan itu.

Demonstrasi tak hanya terjadi di teritori yang dikontrol Palestina, tapi juga sejumlah wilayah di negara lain. Misalnya, di Beirut, Lebanon, ratusan demonstran berusaha berjalan menuju Kedutaan Besar Amerika Serikat yang kemudian dibubarkan oleh polisi huru-hara. Kemudian, ribuan warga juga berdemonstrasi di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.

Minta Warga Palestina Pasrah, PM Israel Bawa-bawa Kitab SuciANTARA FOTO/REUTERS/Mohamad Torokman

Sejumlah pemimpin dunia mulai dari Presiden Indonesia Joko Widodo hingga Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak pengakuan Trump tentang Yerusalem. Namun, Netanyahu dengan tegas membela keputusan unilateral Trump itu.

Ia membalas Macron dengan berkata,"Paris adalah ibu kota Prancis, Yerusalem adalah ibu kota Israel." Kemudian, ia juga mengkritik Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang turut memprotes langkah Trump itu.

"Aku tak terbiasa menerima ceramah tentang moral dari seorang pemimpin yang mengebom desa-desa Kurdi di Turki, menahan para jurnalis, membantu Iran kabur dari sanksi dan menolong teroris, termasuk di Gaza, untuk membunuh orang-orang tak berdosa," ucap Netanyahu.

Baca juga: Memahami "Two-State Solution", Solusi Israel-Palestina yang Dilanggar Trump

Topik:

Berita Terkini Lainnya