Millennial Berbeda Pendapat Soal Definisi Pelecehan Seksual

Apakah memuji penampilan perempuan tergolong pelecehan?

London, IDN Times - Warganet di Amerika Serikat saat ini tengah memperdebatkan cerita seorang perempuan yang mengaku dilecehkan secara seksual oleh Aziz Ansari, salah satu komedian dan aktor yang baru saja menerima penghargaan Golden Globes.

Perempuan yang tak mau menyebutkan nama aslinya—ia meminta dipanggil Grace—tersebut menceritakan "pengalaman buruk" itu kepada wartawan dari situs Babe. Grace berkata bahwa ia berkenalan dengan Ansari di sebuah pesta pada 2017.

Setelah bertukar nomor, keduanya berkencan dan, di suatu malam, pulang ke apartemen Ansari di Manhattan. Grace merasa terpaksa untuk melakukan hubungan seksual.

Sayangnya, meski Ansari tidak mengancamnya dalam bentuk apapun, tapi Grace tidak menunjukkan bahwa ia tak mau melakukan seks dengan tegas. Ia mengaku memberikan "sinyal non-verbal" saat itu.

Millennial Berbeda Pendapat Soal Definisi Pelecehan SeksualAFP/Frederic J. Brown

Ketika cerita Grace menjadi viral—bertepatan dengan momen saat Ansari menerima pujian terkait penampilannya di serial TV Master of None—sebagian warganet menilainya bersalah. Sementara sisanya hanya menyebut apa yang dialami Grace adalah "seks atau kencan yang buruk".

Dengan kata lain, itu bukan pelecehan seksual. Bari Weiss dari The New York Times bahkan menulis opini yang menyebut satu-satunya kesalahan Ansari adalah ia tak mampu jadi pembaca pikiran perempuan.

Perdebatan tentang Ansari ini mencerminkan tidak adanya konsensus soal perbuatan apa yang tergolong pelecehan seksual.

Baca juga: Para Korban Pelecehan Seksual Digelari "TIME Person of the Year"

1. Generasi millennial dan usia lanjut punya persepsi berbeda tentang pelecehan seksual

Millennial Berbeda Pendapat Soal Definisi Pelecehan SeksualAFP/Mark Rolston

YouGov dari Inggris menyurvei para millennial dan generasi lanjut dari lima negara Barat (Amerika Serikat, Inggris, Swedia, Jerman dan Prancis) untuk mengetahui apa definisi mereka tentang pelecehan seksual.

Pola yang muncul secara konsisten adalah millennial memiliki daftar yang lebih panjang tentang jenis perbuatan apa yang melampaui batas. Sebaliknya, generasi lanjut yang berusia di atas 65 tahun lebih toleran terhadap perilaku yang tak bisa diterima oleh anak-anak muda.

Misalnya, Lebih dari separuh perempuan Inggris di bawah usia 30 tahun merasa dilecehkan ketika ada laki-laki yang bersiul untuk menggoda mereka. Sedangkan kurang dari 1/5 perempuan usia di atas 64 tahun yang merasakan hal serupa.

2. Selain usia, jenis kelamin juga berpengaruh terhadap persepsi mereka

Millennial Berbeda Pendapat Soal Definisi Pelecehan SeksualUnsplash.com/Mihai Surdu

Perempuan dan laki-laki juga memiliki pandangan berbeda tentang jenis perbuatan yang termasuk pelecehan seksual. Contohnya, perempuan cenderung menganggap laki-laki sudah melecehkan mereka jika melihat ke arah payudara. Lebih sedikit kaum adam yang menyetujui persepsi ini.

Meski begitu, baik laki-laki dan perempuan sepakat bahwa komentar laki-laki terhadap penampilan perempuan merupakan bentuk sikap yang tak bisa diterima. Kedua gender juga tergolong sependapat bahwa guyonan seksual yang dilontarkan laki-laki kepada perempuan termasuk hal terlarang.

3. Lebih banyak laki-laki Swedia yang merasa guyonan seksual itu tidak masalah

Millennial Berbeda Pendapat Soal Definisi Pelecehan SeksualAFP/Mark Rolston

Perbedaan definisi soal pelecehan seksual juga terlihat dari kebangsaan seseorang. Bagi 3/4 laki-laki Swedia, guyonan seksual kepada perempuan adalah hal wajar. Sebaliknya, untuk 3/4 laki-laki Amerika Serikat itu merupakan pelecehan. 

Kemudian, perempuan di Prancis, Inggris serta Jerman juga rupanya berbeda pendapat tentang apakah jika laki-laki mengajak minum perempuan adalah pelecehan seksual.

Bagi seperempat perempuan Prancis di bawah 30 tahun, jawabannya adalah iya. Namun, untuk perempuan dalam rentang usia sama di Inggris dan Jerman, jawabannya adalah tidak.

4. Jika perempuan merasa tak nyaman dengan sikap laki-laki, sebaiknya langsung menegaskannya

Millennial Berbeda Pendapat Soal Definisi Pelecehan SeksualUnsplash.com/Omar Lopez

Perbedaan pendapat tentang perbuatan yang masuk ke dalam kategori pelecehan seksual tidak mengurangi pentingnya pemahaman tentang persetujuan (consent). Kejelasan dalam mengomunikasikan persetujuan penting untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual. Ini sering hilang dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, dalam cerita Grace dan Ansari. Seorang pembawa acara talkshow terkenal Amerika Serikat, Whoopi Goldberg, mempertanyakan kejelasan kata-kata dan sikap Grace dalam menolak Ansari ketika keduanya berada di apartemen laki-laki tersebut.

"Jadi, pertanyaannya, bagiku, apa itu sinyal non-verbal? Apakah jika kamu berkencan dan rupanya dia tak sebaik yang kamu kira, dan kamu tak nyaman dan memberi sinyal non-verbal, itu berarti berhenti, menjauhlah? Apa yang terjadi dengan 'Stop atau kupukul kamu!'?" tanya Goldberg.

Dalam esainya di Globe and Mail, novelis veteran sekaligus feminis Margaret Atwood menilai perempuan tidak bisa hanya berharap laki-laki untuk mengetahui sendiri ketika pelecehan sedang terjadi.

Ia menulis bahwa ia tak percaya "perempuan adalah anak-anak, tak mampu berpikir atau membuat keputusan moral". Atwood menegaskan perempuan punya opsi untuk berkata "tidak" atau "cukup" ketika berada dalam situasi tersebut. Begitu juga dengan laki-laki yang wajib memahami bahwa tidak berarti tidak.

Baca juga: Seleb Hollywood Tersandung Pelecehan Seksual, Ribuan Orang Turun ke Jalan

Topik:

Berita Terkini Lainnya