Meski Dinilai Rasis, Trump Ngotot Bangun Tembok di Perbatasan

Dibangun di perbatasan antara Amerika Serikat dan Meksiko

Salah satu janji politik yang konyol dan kerap didengungkan oleh Donald Trump sepanjang kampanye adalah soal pembangunan tembok besar Amerika yang akan didirikan di perbatasan antara Amerika Serikat dan Meksiko. Pembangunan itu bahkan disebut akan menghabiskan biaya paling sedikit mencapai Rp 200 triliun. Presiden Meksiko Enrique Peña Nieto pun dengan tegas menyebut tembok itu menyinggung harga diri rakyat Meksiko.

Trump mengirimkan cuitan di Twitter di mana ia menyinggung soal pembangunan tembok tersebut.

Meski Dinilai Rasis, Trump Ngotot Bangun Tembok di Perbatasan Doug Mills/The New York Times

Dikutip dari The New York Times, Trump akan memerintahkan konstruksi tembok pembatas antara Amerika Serikat dan Meksiko pada hari ini. Perintah ini adalah salah satu dari serangkaian rencana kebijakan nasional yang diusulkan Trump sejak kampanye. Jika benar-benar dijalankan, Amerika Serikat akan tergolong ke dalam kelompok negara minoritas yang punya pandangan rasis -- sesuatu yang sudah banyak ditinggalkan oleh berbagai pemerintahan di dunia.

Trump juga menyebutkan perihal ini dalam cuitan di akun Twitter pribadinya (bukan yang dikelola oleh tim media sosial Gedung Putih). Berikut ini isi cuitan tersebut:

Meski Dinilai Rasis, Trump Ngotot Bangun Tembok di Perbatasan twitter.com/realDonaldTrump
"Besok adalah hari besar untuk merencanakan kebijakan keamanan nasional. Diantara hal-hal lainnya, kita akan membangun tembok [perbatasan]!"

Baca Juga: Trump Terbitkan Dekrit Presiden untuk Haramkan Aborsi 

Tembok besar Amerika Serikat hasil karya Donald Trump dinilai sebagai simbol rasisme dan hilangnya rasa kemanusiaan.

Meski Dinilai Rasis, Trump Ngotot Bangun Tembok di Perbatasan Joe Raedle/Getty Images via Bloomberg

Setelah mengeluarkan dekrit yang melarang LSM penerima dana pemerintah AS untuk memberikan informasi dan pelayanan aborsi, Trump juga rencananya akan menandatangani dekrit baru sehubungan dengan pembangunan tembok perbatasan itu. Argumen yang diyakini Trump adalah bahwa tembok tersebut untuk mengontrol masuknya imigran gelap menuju Amerika Serikat. Mantan presiden Meksiko Vicente Fox menyebut tembok besar yang dicita-citakan Trump itu adalah simbol rasisme. Seorang arsitek pun menilai tembok tersebut berlawanan dengan aksi kemanusiaan.

Sepanjang kampanye Trump mengumbar propaganda bahwa para imigran dari Meksiko merupakan para pengedar narkoba dan pemerkosa. Ia juga menyatakan pengungsi Muslim adalah bagian dari jaringan terorisme. Seluruh pernyataan tak berdasar inilah yang justru berkontribusi terhadap kemenangannya dalam pemilu presiden pada November 2016 lalu. Trump pun bersikeras bahwa pembayar pajak Amerika Serikat akan membiayai konstruksi temboknya dan meyakinkan Meksiko akan mengganti rugi -- pernyataan yang sudah dibantah oleh presiden Meksiko.

Baca Juga: Aksi Rasisme di AS Meningkat Sejak Kemenangan Trump

Topik:

Berita Terkini Lainnya