Sejumlah Produk 'Made in China' Ternyata Dibuat di Korea Utara

Merek asal Australia, Rip Curl, pernah dihujat karena masalah ini.

Sejumlah pebisnis mengaku bahwa semakin banyak pabrik-pabrik tekstil Tiongkok yang menggunakan tenaga kerja di sejumlah pabrik di Korea Utara. Menurut mereka, para buruh di negara paling tertutup di dunia tersebut jauh lebih murah daripada di Tiongkok.

Produk yang dibuat tetap dilabeli 'Made in China'.

Sejumlah Produk 'Made in China' Ternyata Dibuat di Korea UtaraAly Song/REUTERS

Seperti dilaporkan Reuters, puluhan agen pakaian yang berada di Dandong beroperasi sebagai perantara untuk pemasok dari Tiongkok dan konsumen di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Kanada, hingga yang berada di benua Eropa.

Dandong sendiri adalah kota di Tiongkok yang berbatasan langsung dengan Korea Utara. Tak hanya orang Tiongkok di kota itu, warga Korea Utara juga dilaporkan bekerja di bidang wirausaha atau menjadi pegawai restoran.

Di kota tersebut juga semua kain serta material mentah yang dibutuhkan untuk suatu produk dikumpulkan dan kemudian diekspor ke Korea Utara. Tragisnya, produk-produk yang dibuat buruh Korea Utara di negara mereka tetap dilabeli 'Made in China' atau 'Dibuat di Tiongkok'.

"Kami bertanya kepada pemasok Tiongkok yang bekerja sama dengan kami apakah mereka berencana transparan kepada klien mereka - kadang-kadang pembeli terakhir tidak menyadari bahwa baju mereka dibuat di Korea Utara. Ini sangat sensitif," kata salah satu pebisnis.

Baca Juga: Beber Peta Guam Saat Rapat, Ini yang Dibahas Kim Jong-un

Merek asal Australia pernah memproduksi pakaian di Korea Utara.

Sejumlah Produk 'Made in China' Ternyata Dibuat di Korea UtaraAnjaly Thomas via Sydney Morning Herald

Pada 2016 lalu merek terkenal asal Australia, Rip Curl meminta maaf secara terbuka. Permintaan maaf itu dilayangkan usai publik mengetahui bahwa koleksi musim dingin 2015 mereka dibuat oleh pekerja Korea Utara di dekat Pyongyang dalam kondisi yang mirip perbudakan. Tak hanya upah yang hampir 50 persen lebih rendah dari pekerja Tiongkok, mereka pun bekerja dari pukul 7.30 hingga 22.00.

Rip Curl sendiri menyalahkan pemasok mereka yang diam-diam menggunakan tenaga kerja Korea Utara demi mendapatkan harga yang sangat murah. Menurut para pebisnis tekstil di Pyongyang, perusahaan pakaian bisa menghemat hampir 75 persen biaya jika memproduksinya di Korea Utara.

Selain itu, pekerja Korea Utara mampu membuat 30 persen baju lebih banyak dibanding pekerja Tiongkok. Pabrik-pabriknya pun berlokasi di berbagai wilayah. Dari sana, produk yang sudah jadi dikirimkan ke pelabuhan-pelabuhan Tiongkok sebelum berakhir di berbagai toko di negara-negara lain.

Tekstil belum jadi target sanksi PBB.

Sejumlah Produk 'Made in China' Ternyata Dibuat di Korea UtaraDamir Sagolj/REUTERS

Industri tekstil jadi komoditi ekspor terbesar kedua Korea Utara setelah batu bara dan mineral lainnya. Sejauh ini, industri tersebut belum menjadi target sanksi yang diberikan PBB atas program nuklir dan uji coba rudal mereka.

Namun, saat ini pemerintah Amerika Serikat tengah mempertimbangkan meminta PBB agar segera memperketat sanksi terhadap pemerintahan Kim Jong Un dengan menargetkan industri tekstil Korea Utara. 

Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan Jim Mattis juga menegaskan bahwa,"Secara khusus, Amerika Serikat akan terus meminta komitment Tiongkok dan Rusia untuk tak menyediakan bantuan ekonomi kepada rezim Korea Utara dan membujuk Korea Utara untuk meninggalkan jalan berbahaya yang diambil."

Baca Juga: [INFOGRAFIS] Ke Guam, Rudal Kim Jong-un Akan Berlabuh

Topik:

Berita Terkini Lainnya