Banyak Aborsi, Remaja di Negara Ini Diusulkan Dapat Kondom Gratis

Pemerintah setempat menentang rencana itu

Masyarakat Uganda tengah berdebat panas tentang proposal pemberian pendidikan seks kepada anak berusia 10 tahun. Mereka juga berpolemik mengenai wacana pemberian layanan keluarga berencana kepada remaja 15 tahun.

Lebih dari seperempat gadis remaja hamil atau melahirkan dini.

Banyak Aborsi, Remaja di Negara Ini Diusulkan Dapat Kondom GratisUNICEF Uganda

Perdebatan mengenai pendidikan seks maupun distribusi kondom di Uganda adalah topik panas. Pasalnya, kehamilan usia dini di negara tersebut sudah mencapai titik krisis. Lebih dari seperempat gadis berusia 15 hingga 19 tahun mengandung atau terpaksa melahirkan.

Dikutip dari The Guardian, salah satu proposal yang ditawarkan untuk mengatasinya adalah dengan memberikan pendidikan seks sedini mungkin dan distribusi kondom serta memudahkan akses aborsi. 

Rata-rata para perempuan di Uganda memiliki lima anak. Pemerintah sendiri ingin mengurangi angka kelahiran, tapi hanya 24 persen perempuan yang menggunakan kontrasepsi modern. Oleh karena itu, ada wacana bahwa usia yang tepat untuk mendapatkan pendidikan seks adalah antara 10 hingga 14 tahun.

Baca juga: Ada Polisi Anti Pelecehan Seksual, Warga India Malah Merasa Tak Nyaman

Beberapa pihak mengecam rencana itu.

Banyak Aborsi, Remaja di Negara Ini Diusulkan Dapat Kondom GratisUNICEF Uganda

Masyarakat Uganda masih sangat konservatif dalam menanggapi sejumlah isu tertentu. Terkait pendidikan seks ini, menteri kesehatan Uganda menolak mentah-mentah karena dianggap keliru secara moral.

Wacana tersebut juga diyakini akan semakin meningkatkan seks bebas dan aborsi. Ibu Negara Uganda yang merangkap sebagai Menteri Pendidikan, Janet Museveni, menilai distribusi kontrasepsi secara bebas adalah bentuk degradasi moral.

"Kita tak lagi punya kebanggaan untuk berkata tidak. Orang-orang diberikan kontrasepsi gratis untuk digunakan melakukan apapun, berhubungan seks, meminum pil, hamil dan aborsi. Ini bukan kultur kita di Afrika," ujarnya.

Sementara itu, para aktivis menuding pemerintah gagal melaksanakan kepemimpinan yang baik. Mereka menganggap pendidikan seks itu sangat tepat mengingat rata-rata perempuan Uganda berhubungan seks sejak berusia 16 tahun.

Salah satu aktivis dan pekerja kesehatan berkata,"Pemerintah Uganda menolak intervensi berbasis bukti untuk merespons krisis kehamilan dini di negara ini - sebuah krisis yang tak juga membaik sepanjang satu dekade terakhir."

Aktivis lainnya menegaskan hal yang sama. "Aku tahu moral, agama dan norma budaya sangat penting untuk kita. Tapi selama kita terus berpura-pura bahwa remaja tidak berhubungan seksual dan tidak hamil, kita justru merugikan mereka."

Baca juga: Prancis Berencana Hukum Pelaku Pelecehan Seksual di Jalan

Topik:

Berita Terkini Lainnya