Unik, Kampus Ini Tawarkan Mata Kuliah "Beyonce, Gender dan Ras"

Tujuannya untuk memperkenalkan pemikiran feminis kulit hitam.

Penyanyi kulit hitam asal Amerika Serikat, Beyonce, kerap kali dinilai sebagai seorang seniman kontemporer yang mampu menciptakan kultur musik sendiri di industri hiburan. Pengaruhnya tak hanya di ranah budaya pop, tapi di bidang pendidikan juga.

BBC mengutip media lokal Denmark yang melaporkan bahwa University of Copenhagen menawarkan mata kuliah yang membahas kehidupan dan lirik-lirik lagu dari perempuan yang baru saja merayakan ulang tahun ke-36 tersebut.

Nama mata kuliahnya adalah "Beyonce, Gender dan Ras".

Unik, Kampus Ini Tawarkan Mata Kuliah Beyonce, Gender dan Rasbeyonce.com

Salah seorang profesor dari University of Copenhagen, Erik Steinskog, mengatakan kepada media Denmark bahwa ia akan mengajar sebuah mata kuliah baru bernama "Beyonce, Gender dan Ras". Ia mengatakan saat ini kelasnya hampir penuh dengan sekitar 75 mahasiswa yang sudah memutuskan akan mengambil mata kuliah tersebut.

Profesor Steinskog menjelaskan bahwa para mahasiswa jurusan Ilmu Seni dan Budaya bisa mempelajari lirik lagu, video musik dan penampilan-penampilan Beyonce.

"Kami akan mempelajari lagu-lagu dan video-video musiknya," ujarnya. Ia mengatakan bahwa ada keterkaitan antara musik yang diproduksi Beyonce dengan isu sosial. "Nantinya akan ada fokus terhadap gender, seksualitas dan ras," tambahnya.

Baca Juga: Bentuk Tubuhnya Dianggap Tak Mirip Wonder Woman, Gal Gadot Menjawab

Beyonce dilihat sebagai tokoh feminis kulit hitam masa kini.

Profesor Steinskog mengatakan, keputusan universitas untuk membuat mata kuliah baru itu didasari oleh pertimbangan matang. "Salah satu tujuannya adalah untuk memperkenalkan pemikiran feminis kulit hitam yang tidak seberapa dikenal di Skandinavia," ucapnya.

Dalam hal ini, mantan anggota Destiny's Child itu punya peran krusial. "Beyonce sangat penting dalam memahami dunia yang kita tinggali saat ini. Dia adalah salah satu seniman pop terbesar saat ini yang membuatnya penting dalam sebuah analisis masa-masa kontemporer," tegasnya.

Ia pun tak segan mengagumi karya-karya Beyonce. "Dia adalah seorang feminis kontroversial, di mana ini krusial. Dia membuat kita memikirkan apa makna menjadi seorang feminis - atau apa yang bisa dianggap sebagai artinya, tapi feminismenya disampaikan kepada orang-orang dari kalangan non-akademik."

Ini bukan kali pertama Beyonce jadi fokus pembelajaran tentang gender.

Unik, Kampus Ini Tawarkan Mata Kuliah Beyonce, Gender dan RasYoutube

Pada 2014, Rutgers University di New Jersey, Amerika Serikat, meluncurkan sebuah mata kuliah bernama "Mempolitisasi Beyonce" untuk para mahasiswa jurusan Ilmu Perempuan dan Gender. Oleh karena itu, Steinskog masih kaget ketika kelasnya membuat banyak orang terkejut.

"Saya membawa diskusi dari Amerika Serikat ke Eropa. Ini membuat diskusi isu-isu teoretis mungkin terjadi dan kemudian bertanya,"Apakah isu-isu terlihat berbeda dari perspektif Eropa? Apa yang kamu pikirkan ketika kamu memikirkan tentang ras?'"

Ada juga yang mengkritik Beyonce dan jenis feminisme yang dipopulerkannya.

Namun, tak semua orang sepakat dengan posisi Beyonce atas feminisme. Salah satunya adalah penulis novel Chimamanda Ngozi Adichie yang pidatonya di TED Talks menjadi kian viral setelah Beyonce memasukannya ke dalam lagunya yang berjudul Flawless.

Dalam suatu wawancara, Adichie yang juga seorang feminis berkata:

"Tipe feminismenya bukan tipe saya, sebab feminismenya dalam waktu bersamaan memberikan ruang yang cukup besar untuk kebutuhan laki-laki. Saya pikir laki-laki menyenangkan, tapi saya tak berpikir bahwa perempuan harus mengaitkan segala yang mereka lakukan dengan laki-laki.

Apa dia melukaiku? Apa dia memaafkanku? Apa dia memberiku cincin? Kita perempuan sangat dikondisikan untuk menghubungkan semuanya dengan laki-laki. Bentuk sekelompok perempuan bersama dan percakapan yang terjadi pada akhirnya tentang laki-laki.

Bentuk sekelompok laki-laki dan mereka takkan membicarakan perempuan, mereka akan membahas diri mereka sendiri. Kita perempuan harus menghabiskan 20 persen waktu untuk urusan laki-laki, karena menyenangkan, tapi di sisi lain kita juga harus membahas diri kita sendiri."

Baca Juga: Pelajaran Berharga dari Hillary Clinton untuk Semua Wanita di Dunia

Topik:

Berita Terkini Lainnya