Tinggal 6 Bulan, FIFA Malah Kesulitan Dapat Sponsor Piala Dunia

Mungkin menunggu sponsor sosis atau ojek online

Zurich, IDN Times - Tak diragukan lagi bahwa sepak bola adalah olahraga yang digemari sebagian besar umat manusia di dunia. Ajang Piala Dunia juga jadi tontonan yang selalu dinanti. Dengan asumsi itu, seharusnya soal sponsor tak menjadi persoalan karena perhelatan 4 tahun sekali ini pasti disaksikan oleh puluhan juta pasang mata. 

Sayangnya, untuk Piala Dunia 2018 FIFA kesulitan memperoleh sponsor.

Tinggal 6 Bulan, FIFA Malah Kesulitan Dapat Sponsor Piala DuniaANTARA FOTO/REUTERS/Sergei Karpukhin

Sayangnya, realita yang ada saat ini justru kontras sekali. Seperti dilaporkan CNN, badan sepak bola dunia, FIFA, tengah mengalami kendala dalam mendapatkan sponsor yang bersedia mengeluarkan dana miliaran rupiah untuk iklan dan logo. Padahal, Piala Dunia 2018 tinggal menyisakan waktu enam bulan lagi.

Salah satu yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dunia enggan untuk menjadi sponsor Piala Dunia 2018 adalah skandal korupsi yang membelit FIFA yang terungkap pada 2015 lalu. Parahnya, Presiden FIFA saat itu, Sepp Blatter, juga turut terlibat dalam skandal itu. 

"Negosiasi-negosiasi besar masih ada tapi sudah semakin menurun. Perusahaan besar menjauh dan digantikan oleh pemain di dunia politik," ujar Patrick Nally yang merupakan seorang konsultan pemasaran olahraga yang sebelumnya bekerja di bawah FIFA.

FIFA sendiri membagi sponsor ke dalam tiga kategori: "rekan," "sponsor Piala Dunia" dan "sponsor regional." Sejauh ini, perusahaan besar yang sudah menjadi rekan FIFA seperti Coca-Cola, Visa dan Adidas masih bersedia untuk terlibat pada Piala Dunia 2018.

Baca juga: Piala Dunia Rusia 2018: Fans Gay Diingatkan untuk Waspada

Nama FIFA sudah diasosiasikan dengan skandal korupsi.

Tinggal 6 Bulan, FIFA Malah Kesulitan Dapat Sponsor Piala DuniaInstagram FIFA World Cup

Tantangan terbesarnya adalah sponsor regional. Seperti dilaporkan The New York Times, meski FIFA berhasil mengamankan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar Rusia, Qatar dan Tiongkok, tapi hanya satu dari 20 slot yang tersedia untuk sponsor regional yang sudah terisi.

Menurut Nally, kondisi ini mengungkapkan sesuatu. Rusia adalah negara penyelenggara Piala Dunia 2018, Qatar jadi tuan rumah Piala Dunia 2022, lalu Tiongkok tengah berambisi untuk mendapatkan kesempatan berikutnya.

Bahkan, meski korporasi sebesar Gazprom bersedia menjadi sponsor, tetap ada kekhawatiran tersendiri karena industri bisnis Rusia pada umumnya kurang tertarik untuk ikut menggelontorkan uang untuk ajang ini. Situasi ini ditakutkan mempengaruhi suasana Piala Dunia 2018 di mana bisnis lokal itu seharusnya berperan untuk menambah semarak ajang tersebut.

"Tak mengejutkan sama sekali bahwa FIFA menjadi merek beracun. Kecuali kamu berasal dari Tiongkok atau tempat lain di mana fakta bahwa FIFA tengah disidang di New York dan diasosiasikan dengan korupsi tak jadi masalah, tak akan ada korporasi yang mau mempertimbangkan bahwa terlibat dengan FIFA adalah langkah yang aman," ujar Nally yang mengusulkan FIFA mengganti nama saja.

Baca Juga: beIN Media Dituding Lakukan Suap Demi Hak Siar Piala Dunia

Topik:

Berita Terkini Lainnya