Dipakai Komunikasi Taliban, Afghanistan Blokir WhatsApp

Publik menuding pemerintah melanggar kebebasan berpendapat

Pemerintah Afghanistan memutuskan untuk memblokir layanan WhatsApp dan Telegram. Seperti dilaporkan oleh Reuters, regulator telekomunikasi setempat memerintahkan penyedia layanan internet bahwa kedua aplikasi tersebut dilarang beroperasi selama 20 hari.

Meski demikian, belum ada bukti perintah itu sudah dilaksanakan. Pada minggu lalu, sempat ada gangguan pada WhatsApp. Namun, banyak yang skeptis itu dikarenakan oleh keputusan pemerintah, dan lebih disebabkan karena masalah teknis dari WhatsApp.

Keputusan itu dikaitkan dengan aktivitas Taliban.

Dipakai Komunikasi Taliban, Afghanistan Blokir WhatsAppMatam Jaswanth via Unsplash

Sejumlah media melaporkan bahwa keputusan pemerintah Afghanistan untuk memblokir WhatsApp dan Telegram dilatarbelakangi oleh aktivitas Taliban. Mereka yakin Direktorat Keamanan Nasional Afghanistan adalah pihak yang mengeluarkan perintah itu.

Tujuannya dari larangan itu adalah untuk menghalangi Taliban dan kelompok pemberontak lain yang memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi. Selama beberapa tahun terakhir memang terjadi peningkatan penggunaan media sosial dan layanan pesan instan seperti WhatsApp dan Telegram di Afghanistan.

Menteri Telekomunikasi Shahzad Aryobee menulis di akun Facebooknya bahwa regulator telekomunikasi sudah diperintahkan untuk memblokir WhatsApp dan Telegram secara gradual.

Menurut Shahzad, tindakan itu perlu diambil demi mengembalikan fungsi media sosial dan layanan pesan instan untuk kebaikan. "Pemerintah berkomitmen untuk menjamin kebebasan berpendapat dan tahu bahwa itu adalah hak sipil dasar bagi rakyat," tulis Shahzad. 

Baca juga: Dinilai Terlalu Vulgar, Iklan Bra Ini Diblokir Facebook

Publik memprotes pemblokiran sementara itu.

Dipakai Komunikasi Taliban, Afghanistan Blokir WhatsAppMaliha Mannan via Unsplash

Menanggapi perintah pemblokiran itu, sejumlah media, jurnalis dan pengguna media sosial di Afghanistan menuding pemerintah sengaja melakukan penyensoran. Dikutip dari BBC, mereka menilai itu adalah langkah mundur dan pasti akan mendapat perlawanan dari masyarakat.

Editor sebuah media berkata bahwa Afghanistan telah membuat kemajuan menjadi sebuah negara yang terbuka. Jika pemblokiran benar dilakukan, maka itu takkan ditoleransi.

"Reaksi publik - termasuk pada halaman depan kami - adalah untuk menolaknya. Kami tak bisa menoleransi pemblokiran media sosial atau apapun. Jika Taliban dan yang lain memanfaatkan layanan-layanan tersebut, temukan siapa yang menggunakannya, jangan memblokirnya. Hal seperti itu sangat sensitif di titik perkembangan Afghanistan saat ini," ujarnya.

Baca juga: Jadi Bahan Meme, Pemerintah Tiongkok Blokir Winnie The Pooh

Topik:

Berita Terkini Lainnya