Dilarang Trump Masuk Militer, Tentara Transgender Buka Suara

Banyak transgender yang masih aktif sebagai tentara Amerika Serikat.

Pada Rabu (26/7) Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan melalui akun Twitternya bahwa transgender dilarang masuk militer. Keputusan tersebut menuai kritikan karena dianggap sebuah kemunduran. Sebelumnya, Barack Obama menyatakan bahwa transgender berhak menjadi bagian militer seperti orang-orang lainnya.

Seorang tentara transgender buka suara.

Dilarang Trump Masuk Militer, Tentara Transgender Buka SuaraAP

Menanggapi keputusan Trump, seorang tentara transgender bernama Kapten Jennifer Sims mengungkapkan perasaannya. Dikutip dari Associated Press, tentara yang lahir dengan nama Jonathan Sims tersebut mengaku sangat terpukul.

Pada 13 April lalu, Sims memutuskan untuk mempublikasi statusnya sebagai transgender kepada lebih dari 200 tentara melalui sebuah email. Perasaan lega karena tak perlu lagi menyembunyikan lagi jati dirinya harus hancur usai membaca cuitan Trump.

Baca Juga: Trump: Transgender Dilarang Masuk Militer

"Saya membaca cuitan itu ketika sedang bekerja. Itu sangat menyedihkan karena aku masih harus bekerja di sini. Seorang Presiden Amerika Serikat yang juga merupakan komandan militer mengatakan padaku dan transgender lain bahwa kami dipecat," kata Sims.

Ia kembali merasa sangat hancur.

Dilarang Trump Masuk Militer, Tentara Transgender Buka SuaraMichael Reynolds/EPA via USA Today

Bagi Sims, keputusan Trump membuatnya merasakan kembali apa yang ia rasakan sebelum mengaku sebagai transgender. "Setelah membaca cuitan itu, aku menyadari bahwa aku dipaksa kembali ke situasiku sebelum bertransisi," ucapnya.

Sims pun takut larangan itu berdampak langsung pada kondisi fisiknya. Pasalnya, ia tengah menjalani terapi hormon dengan dokter militernya sejak November tahun lalu. Jika ia menghentikannya, tubuhnya akan kembali menjadi laki-laki. Bagi tentara yang ditempatkan di Jerman tersebut hal ini sangat sulit dilalui.

Perempuan berusia 28 tahun itu mengaku mengingat masa di mana Obama memutuskan bahwa transgender boleh masuk militer. "Itu adalah hari terbaik dalam hidupku," kata Sims. Sebab ia selama bertahun-tahun harus berpura-pura menjadi orang lain, dan saat keputusan itu legal, Sims merasa tahu arti kebebasan yang sebenarnya.

Trump mengatakan transgender menjadi beban militer.

Dilarang Trump Masuk Militer, Tentara Transgender Buka SuaraKevin Lamarque/REUTERS

Apa yang dilakukan Trump sangat bertolak belakang dengan janji kampanyenya. Kala itu, Trump menuliskan di Twitter: "Terima kasih komunitas LGBT! Aku akan berjuang untukmu sementara Hillary merekrut lebih banyak orang yang mengancam kebebasan dan kepercayaan kalian."

Kemudian, dalam tiga rangkaian cuitan saja Trump menyatakan bahwa tentara transgender adalah beban untuk militer. Beban yang dimaksud Trump adalah dari segi biaya medis. Padahal, apa yang diklaim oleh Trump tak sepenuhnya benar.

Menurut studi yang dilakukan Rand Research, biaya medis untuk para tentara yang bertransisi sangat kecil bila dibandingkan dengan biaya layanan kesehatan yang dimiliki Pentagon. Anggaran Pentagon adalah 49,3 miliar dolar.

Sementara itu, untuk transgender yang masih aktif di militer antara 2,4 juta dolar hingga 8,4 juta dolar. Studi yang dipublikasikan di The New England Journal mengestimasi ada 12.800 transgender yang aktif bertugas di dalam militer Amerika Serikat.

Seorang dokter transgender menawarkan operasi gratis.

Dilarang Trump Masuk Militer, Tentara Transgender Buka SuaraCNN

Usai keputusan Trump, Christine McGinn, seorang dokter transgender yang pernah bergabung bersama angkatan laut Amerika Serikat, menawarkan operasi transisi gratis untuk tentara transgender. Ia mengaku sangat kecewa sehingga merasa pemerintah menelantarkan rakyatnya sendiri.

Ia menilai Trump justru tak berkata jujur terkait biaya medis sesungguhnya untuk transgender. "Aku rasa persoalan biaya dipelintir untuk membuatnya seakan lebih besar dari yang sebenarnya. Aku pikir biaya untuk menyingkirkan tentara-tentara terlatih jauh lebih besar daripada merawat mereka," ujar McGinn.

Baca Juga: Negara-negara Ini Pilih Perdana Menteri Seorang Gay

Topik:

Berita Terkini Lainnya