Di Arab Saudi, Trump Akan Pidato tentang Islam Radikal

Semoga tak salah bicara, ya...

Donald Trump akan melakukan lawatan pertamanya sebagai Presiden Amerika Serikat ke sejumlah negara. Selain pertemuan G7 di Italia dan NATO di Belgia, Trump juga akan mengunjungi negara aliansi AS di Timur Tengah, yakni Arab Saudi.

Di tengah kekhawatiran bahwa Trump akan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang membahayakan kepentingan AS dan hubungan diplomatik dengan negara lain, pengumuman mengenai pidato yang akan disampaikannya di Arab Saudi juga terbilang meresahkan.

Trump akan berpidato tentang Islam.

Di Arab Saudi, Trump Akan Pidato tentang Islam RadikalCarlos Barria/Reuters

Gedung Putih menyampaikan kepada media bahwa pada lawatan ke Arab Saudi pada Jumat, 19 Mei 2017, Trump akan memberikan pidato mengenai Islam radikal kepada sejumlah pemimpin negara yang mayoritas penduduknya Islam.

Dikutip dari TIME, Penasihat Keamanan Nasional AS H.R. McMaster mengatakan bahwa pidato yang akan disampaikan Trump adalah tentang urgensi untuk melawan ideologi radikal. McMaster menjamin bahwa pidato Trump itu lugas dan menginspirasi.

"Pidato (Trump) ditujukan untuk mempersatukan dunia Muslim secara keseluruhan melawan musuh bersama dari seluruh peradaban dan untuk menunjukkan komitmen AS terhadap rekan-rekan Muslim kami," kata McMaster.

Trump sendiri pernah memberikan pernyataan terkait hubungan AS dan Arab Saudi. Menurutnya, kunjungan ke Riyadh adalah saat untuk membangun fondasi baru untuk kerjasama dan dukungan untuk memerangi ekstremisme, terorisme, dan kekerasan.

Baca Juga: Maskapai Kanada Sindir Kebijakan Anti-Islam Trump dengan Cara Ini

Pidato itu akan disampaikan di hadapan pemimpin negara Muslim.

Di Arab Saudi, Trump Akan Pidato tentang Islam RadikalChris Keane/Reuters

McMaster juga mengumumkan bahwa pidato tentang Islam radikal itu akan diberikan pada waktu makan siang bersama para pemimpin dari puluhan negara Muslim. Sayangnya, Gedung Putih enggan memberikan informasi penting mengenai jadwal kunjungan Trump, termasuk pemimpin mana saja yang akan hadir pada acara itu.

Menurut pernyataan pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri AS yang dikutip CNN, AS menolak duduk bersama Presiden Sudan Omar al-Bashir. "Kami menolak segala undangan, fasilitasi, atau dukungan untuk berkunjung oleh siapapun yang menjadi subyek dari perintah penahanan Mahkamah Pidana Internasional, termasuk Presiden Bashir," katanya.

Sudan sendiri merupakan salah satu negara yang berada dalam daftar hitam Trump. Daftar tersebut berisi negara-negara yang rakyatnya secara sengaja tidak diizinkan masuk ke wilayah AS. Selain Sudan, negara dengan penduduk mayoritas Muslim lainnya yang termasuk dalam daftar itu adalah Suriah, Libya, Yaman, Iran, Irak dan Somalia.

Baca Juga: Indonesia Perlu Belajar dari Kejamnya Kebijakan Anti-Islam Trump

Topik:

Berita Terkini Lainnya