Tak Berhijab, Gadis Malaysia Ini Jadi Korban Bullying
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kasus bullying atau perisakan online adalah masalah yang makin jamak terjadi di tengah makin maraknya penggunaan media sosial. Kebanyakan, aksi bullying ini terjadi karena korban dianggap menimbulkan pro kontra di masyarakat. Fenomena ini pun ternyata terjadi di Malaysia.
Dilansir Free Malaysian Today, (22/8), perlakuan ini menimpa seorang gadis berusia 15 tahun. Perisakan ini terjadi lantaran dia mengungkapkan di media sosial tentang cita-citanya menjadi perdana menteri wanita pertama di Malaysia. Sayangnya, harapan tersebut langsung diberondong cacian di medsos dengan sangat brutal.
Bahkan, para perisak menyerang fisik wanita tersebut. Mereka mencaci sang gadis karena tak mengenakan jilbab. Karena gencarnya serangan cyber-bullying tersebut, si gadis bahkan langsung menghapus akun Twitter-nya dan terpaksa mencari pertolongan.
Perisakan serupa pernah terjadi.
Kasus serupa juga sebelumnya terjadi pada Mrym Lee. Wanita berusia 25 tahun ini pernah mendapat ancaman fisik beberapa hari setelah dia memutuskan untuk berhenti memakai jilbabnya.
Seorang pengguna Twitter bernama Nalisa Alia Amin sebelumnya juga dihujat karena pandangan anti-patriarki dan pro-LGBT-nya. Sayangnya, yang dikritik bukan pendapatnya itu, melainkan penampilan fisik dari Nalisa. Sejumlah orang bahkan menyebarkan foto editan Nalisa dalam bentuk paha yang besar, dan foto lainnya yang berada di samping gambar hewan. Nalisa mengatakan bahwa orang-orang yang menyerangnya berfokus pada tubuhnya yang terlihat gemuk.
Editor’s picks
Baca juga: Ternyata, Cyber-bullying Paling Banyak Terjadi di Instagram
Fisik wanita kerap kali menjadi sasaran bully.
Dyana Sofya, Pengacara dan Sekretaris Politik Malaysia, mengatakan bahwa bentuk tubuh, pakaian dan penampilan wanita kerap kali menjadi sisi sensitif untuk digunjingkan. Meskipun seorang wanita telah menutupi tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki, seseorang tetap masih akan mengeluh bahwa penutupnya tidak cukup longgar atau cukup bagus. Para perisak terkesan mencari-cari kesalahan dan kelemahan dari target mereka.
Alicia Izharuddin, Dosen senior dari Universitas Malaya mengatakan hal semacam itu terjadi di seluruh dunia, tak terkecuali di Malaysia. Hal ini menunjukan adanya interpretasi yang cukup sempit bagi sebagian orang dalam memandang sesuatu yang tak sesuai dengan harapan mereka.
Baca juga: Setelah Kampus, Kini Heboh Bullying di Lingkungan Polisi