Tiongkok Marah Interpol Mencabut Status Buronan Pemimpin Uighur

Kebetulan dirinya sedang dalam pengasingan

Beijing, IDN Times - Tiongkok merasa tidak senang dengan keputusan Interpol yang mencabut status buronan terhadap pemimpin kelompok Uighur yang sedang berada dalam pengasingan di Jerman, pada hari Sabtu (26/02/2018).

Dolkun Isa yang merupakan pemimpin dari Kongres Uighur Dunia dicap oleh Tiongkok sebagai teroris akibat kegiatan yang ia lakukan bertentangan dengan kebijakan Pemerintah Tiongkok. Kelompok Uighur adalah kelompok minoritas di Tiongkok yang mayoritas dari mereka beragama Islam.

Tetapi terus mendapat tekanan yang keras dari Pemerintah Tiongkok karena tuduhan keikutsertaan mereka dalam kelompok separatis militan Islam.

1. Peringatan merah yang dicabut Interpol terhadap Dolkun Isa

Tiongkok Marah Interpol Mencabut Status Buronan Pemimpin UighurSCMP

Berdasarkan pernyataan grup Fair Trials di London, pihak Interpol sudah mencabut "Peringatan Merah" terhadap Dolkun Isa diakibatkan tidak ada bukti yang cukup kuat untuk tetap menetapkan statusnya.

Peringatan merah ini sendiri adalah sebuah status peringatan buronan yang digunakan Interpol untuk mengklasifikasikan target mereka, dan bukanlah sebuah surat ataupun pernyataan penangkapan internasional.

Ketika diwawancarai oleh Reuters, pihak Interpol tidak mau berkomentar apa-apa mengenai kasus yang menjerat Isa. Mereka hanya menyampaikan jika ingin mengetahui lebih dalam, justru dipersilakan menghubungi pihak berwajib dari negara yang meminta mereka di awal untuk menetapkan status peringatan merah tersebut.

Menteri Luar Negeri Tiongkok mengungkapkan kekecewaannya terhadap Interpol karena telah mencabut status buronan Dolkun Isa. "Dolkun Isa adalah seorang teroris seperti yang sudah Pemerintah Tiongkok tetapkan," ujarnya.

2. Tiongkok terus mencoba menangkapnya, tapi tidak dapat memberikan bukti yang kuat

Tiongkok Marah Interpol Mencabut Status Buronan Pemimpin UighurTibetan Review

Pemerintah Tiongkok dari awal menyatakan memiliki bukti berbrankas-brankas mengenai kegiatan kriminalitas Dolkun Isa yang terlibat dalam kasus terorisme. Alhasil Interpol pun percaya dan mulai menetapkannya dalam status buronan.

Komunikasi serta kedekatan yang baik antara Tiongkok bersama Interpol,terjadi setelah Organisasi Kepolisian Internasional ini memilih pejabat keamanan senior Tiongkok, Meng Hongwei, sebagai Presiden Interpol pada tahun 2016.

Banyak aktivis menyatakan bahwa hal ini digunakan Tiongkok demi keuntungannya sendiri. Sehingga mereka tidak segan-segan mengekspolitasi pengaruh di Interpol. Tetapi hal ini disangkal oleh Pemerintah Tiongkok maupun Interpol.

Menurut Juru Bicara Kongres Uighur Dunia, Dilxat Raxit, semua tuduhan yang diberikan oleh Tiongkok bersifat dan berbau politik. Ia menjelaskan bahwa Pemerintah Tiongkok berusaha keras meminta kepada negara-negara Eropa untuk menangkap Isa, walaupun permintaan ini akhirnya ditolak diakibatkan Tiongkok tidak dapat memberikan bukti yang akurat.

Sekarang dengan kurangnya bukti dan tuduhan yang tidak berdasar, Interpol secara terpaksa harus menghapus peringatan merah Dolkun Isa yang telah mereka tetapkan sejak Juli 2017.

3. Penindasan kelompok Uighur akibat perbedaan agama dan budaya

Tiongkok Marah Interpol Mencabut Status Buronan Pemimpin UighurForeign Policy

Tiongkok merupakan negara dengan tingkat "Multikultural" tinggi tentu memiliki banyak perbedaan yang mencolok, terutama kelompok Uighur yang hidup di wilayah Barat Xinjiang, Tiongkok. Sayangnya 10 juta orang Uighur ini harus hidup di bawah tekanan, pengawasan, dan pembatasan yang ketat oleh Pemerintah Tiongkok.

Tiongkok bersikap anti terhadap keberadaan orang-orang Uighur ini diakibatkan perselisihan mereka yang sering terjadi dengan etnis Tiongkok lainnya yaitu Han. Terhitung sudah ada ratusan orang Uighur yang meninggal dunia akibat kerusuhan yang terjadi dengan kepolisian dan orang etnis mayoritas Han.

Selain perselisihan, Uighur juga dituduh ikut serta dalam jaringan terorisme yang mengancam keamanan nasional Tiongkok. Maka dari itu, baik pengawasan dan pembatasan hidup selalu dilakukan Pemerintah Tiongkok untuk memastikan bahwa semua dibawah kendali.

Agama yang dianut maupun kebudayaan Uighur, semua dianggap sebagai sebuah kesalahan besar. Walau di bawah permasalahan yang berat ini, orang-orang Uighur tetap tegar dan berusaha untuk hidup sebagaimana mestinya.

Sudah banyak orang Uighur lari dari Tiongkok untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di negara lain. Mereka pun sekarang mulai membentuk sebuah kelompok dan memprotes setiap kebijakan Pemerintah Tiongkok yang terus mendiskriminasi kelompok mereka.

Karl Gading S. Photo Verified Writer Karl Gading S.

History Lovers and International Conflict Observer....

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya