Demo Anti-Trump Terjadi di Berbagai Wilayah AS, Ini Seruan Pedemo!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-45 kemarin, Rabu pagi (9/10) waktu setempat. Trump dipastikan unggul atas pesaingnya Hillary Clintan dalam electoral vote. Namun, kemenangan Trump ini tidak hanya mendapat respon positif, tapi juga negatif.
Buktinya, malam usai Trump dipastikan jadi Presiden baru Negeri Paman Sam ini protes terjadi di penjuru Amerika Serikat. Para demonstran pun menyerukan ketidaksetujuan mereka atas hasil tersebut. Dikutip dari nytimes.com, para demonstran tidak terima atas kemenangan kontroversial dan tidak terduga dari pengusaha tanpa pengalaman politik ini.
Dari Pennsylvania sampai California, Oregon dan Kota Washington, ratusan demonstran turun ke jalanan untuk melakukan aksi penolakan ini. Bukan hanya itu, berdasarkan laporan kepolisian Oregon, para demonstran pun menghalangi jalanan dan menyebabkan kemacetan di Portland. Mereka pun membuat jadwal kereta jadi kacau. Demonstran diperkirakan mencapai 300 orang ketika kondisi semakin malam.
"(Trump) Bukan Presidenku".
Sementara itu, di Seattle, lebih dari 100 orang memadati kawasan Capitol Hill, memblokade jalanan dan membakar tong sampah sebagai bentuk protes anti-Trump. Bukan hanya itu, para demonstran ini terus meneriakkan bahwa Trump bukanlah Presiden mereka. Mereka bahkan sampai membakar bendera AS.
Mahasiswa dari Universitas Pittsburgh, Pennsylvania pun turun ke jalan dengan terus meneriakkan persatuan. Mereka berpendapat kalau Trump tidak membawa persatuan, tapi perpecahan karena 'superioritas kulit putih' yang diperkenalkannya. Bahkan, pers kampus The Pitt News, membuat sebuah headline, "Emergency Meeting: Let's Unite to Stop President Trump." atau "Pertemuan Darurat: Mari Bersatu untuk Hentikan Presiden Trump."
Demonstrasi juga dilakukan oleh para warga Amerika yang memiliki campuran dengan negara lain. Misalkan seorang mahasiswa yang lahir di Guatemala, tapi besar di Amerika menyebut kecewa. Mahasiwa yang merupakan pemilih muda ini menyebut tidak menyangka bahwa suaranya akan berakhir pada terpilihnya Trump. Selain itu, mahasiswa Afrika-Amerika lainnya dari Sekolah Tinggi Seni California, Oakland menyebut kalau dirinya merasa terancam oleh Trump.
Editor’s picks
Pasalnya, selama kampanye juga Trump memang menunjukkan ketidaksukaannya pada orang non-kulit putih. Menurut mahasiswa tersebut, meski dirinya sudah berstatus warga negara Amerika, tapi Trump berhasil merebut status tersebut selama kampanye. Mahasiswa semester awal ini menyebut kalau Trump justru membuatnya tidak aman.
Baca Juga: Netizen Indonesia Ikut Komentari Terpilihnya Donald Trump Sebagai Presiden AS!
Para mahasiswa sengaja protes dalam bahasa asing.
Sebelumnya, lebih dari 1.500 mahasiswa di Sekolah Tinggi Berkeley atau setengah dari jumlah pelajarnya, turun ke jalanan pada pukul 08.00 waktu setempat. Para mahasiswa, dikutip dari latimes.com, memulai demo dari depan kampus mereka sendiri. Kepolisian Distrik Sekolah Berkeley.
Memulai dari sosial media Twitter, para mahasiswa mengirimkan kicauan "#NotMyPresident" atau "#BukanPresidenKu". Setelah itu, mereka pun terus meneriakkan keadilan dan persatuan bagi warga AS. Setelah turun ke jalan, mereka pun sengaja melakukan protes dengan bahasa Spanyol sembari mengibarkan bendera Meksiko.
Si, se puede (Yes, we can) atau Kita Bisa!
Maksud mereka adalah sebuah pembuktian kalau mahasiswa punya pengaruh terhadap politik di Amerika. Dalam demo tersebut para pegawai sekolah dan fakultas ikut long march para mahasiswa.
Demo Rabu malam berakhir pada pukul 03.00 waktu setempat. Kepolisian pun menjaga beberapa lokasi demo dengan ketat. Bahkan di Oakland, polisi sempat mencoba menghalangi para demonstran. Meski telah bubar, para warga dan mahasiswa masih berujar bahwa mereka akan kembali protes jika tidak ada tindakan lebih lanjut terkait terpilihnya Trump.
Baca Juga: Survei: 90% Orang Indonesia Membenci Donald Trump, Ini Alasannya!