Situasi Palestina Memanas, Demo Berakhir Ricuh di Beberapa Kota

Pernyataan sepihak Trump membuat marah masyarakat Arab dan Muslim...

Palestina, IDN Times - Dua orang Palestina tewas tertembak di Gaza oleh tentara Israel dalam bentrokan pada hari Jumat (8/12/2017) menentang kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Selain itu, pengunjuk rasa Palestina juga terlibat bentrok dengan tentara Israel di Yerusalem dan sejumlah kota wilayah Tepi Barat dalam demonstrasi yang diadakan seusai salat Jumat. Akibatnya seorang pria berada dalam kondisi kritis setelah ditembak di kepala.

Lebih dari 300 orang terluka di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem. 50 di antaranya memerlukan perawatan di rumah sakit. Sebagian besar luka-luka itu disebabkan oleh peluru tajam, peluru karet dan gas air mata.

Militer Israel menyatakan bahwa kericuhan terjadi di sekitar 30 lokasi yang tersebar di Tepi Barat dan Gaza. Keadaan paling parah ada di Hebron, Al-Arroub, Tulkram, Ramallah, Qalqilya dan Nablus.

Dari 3.000 massa yang terlibat dalam kerusuhan di Tepi Barat, sebanyak 28 orang telah ditangkap. Di Gaza, sekitar 4.500 orang Palestina berdemonstrasi di enam lokasi sepanjang tembok perbatasan dengan Israel.

Di kota Bethlehem, Tepi Barat, CNN melaporkan bahwa tentara Israel menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan massa. Sementara demonstran Palestina melempar batu, kelereng dan bom molotov.

Puluhan ban juga ikut dibakar dan menyebarkan asap hitam tebal di kota yang biasanya dipenuhi oleh turis menjelang Natal tersebut.

Bentrokan kecil juga terjadi di Gerbang Damaskus, Kota Tua Yerusalem. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan anti-AS sembari mengibarkan bendera Palestina.

Meski keadaan di sekitarnya memanas, tidak ada laporan insiden yang terjadi di dalam kompleks masjid al-Aqsa saat salat Jumat kemarin. Namun juru bicara Kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, menulis di akun Twitter-nya @MickyRosenfeld bahwa patroli pengamanan terus dilakukan di sekitar wilayah Kota Tua.

Walau ada seruan "hari kemarahan", jumlah demonstran Palestina yang muncul pada hari Jumat kemarin ternyata lebih kecil dibanding massa yang melakukan aksi protes pada hari Kamis (7/12/2017), sesaat setelah Trump berpidato.

Mereka kalah jumlah dari aparat keamanan Israel yang telah bersiaga lebih dulu dan menambah jumlah personel.

Laporan terbaru mengatakan bahwa pada Jumat malam, pesawat-pesawat Israel kembali melakukan pengeboman "markas militan" di Jalur Gaza sebagai balasan roket-roket yang menembaki kota-kota Israel yang terletak di perbatasan.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 25 orang terluka dalam serangan tersebut, termasuk enam anak.

The Guardian melansir bahwa fokus utama para petinggi negara tetap pada bidang diplomatik, seusai anggota Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan untuk menegaskan kembali dukungan mereka kepada solusi dua negara, tanpa memperdulikan keputusan Amerika Serikat.

Nikolay Mladenov, utusan khusus PBB untuk Timur Tengah, mengatakan bahwa keputusan Trump telah merusak kesepakatan bersama yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Francois Delattre, perwakilan Prancis untuk PBB, berujar bahwa keputusan sepihak Trump telah melanggar hukum internasional dan "membawa risiko konflik politik bisa berubah menjadi konflik agama yang tidak dapat diatasi".

Sementara itu pejabat AS masih bersikukuh bahwa tindakan tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhabat proses pembicaraan damai. Rex Tillerson, Menteri Luar Negeri AS, mengatakan bahwa memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem memakan waktu setidaknya tiga tahun.

Dia juga menegaskan bahwa pernyataan Trump tidak akan berpengaruh pada pembicaraan lebih lanjut status Yerusalem.

Nikki Haley, duta besar AS untuk PBB, menegaskan di hadapan Dewan Keamanan : "Amerika Serikat memiliki kredibilitas sebagai mediator kedua belah pihak. Israel tidak akan pernah, dan tidak boleh, diintimidasi oleh PBB, atau oleh sekumpulan negara yang selama ini tidak peduli terhadap keamanan Israel."

Polemik ini akan dimanfaatkan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk melakukan pembicaraan dengan Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki) dan Abdel Fatah al-Sisi (Presiden Mesir) pada akhir pekan ini untuk membahas keamanan regional Timur Tengah.

Mahmoud Abbas, Presiden Palestina, akan mengadakan rapat darurat dengan faksi-faksi Palestina untuk membicarakan langkah pemutusan hubungan dengan AS.

Selain itu, Abbas telah memerintahkan pasukan keamanan Palestina untuk memastikan bahwa situasi tidak meningkat ke tingkat yang lebih berbahaya.

Langkah sepihak Trump tentang Yerusalem telah membuat marah masyarakat Arab dan Muslim. Hal itu dipandang sebagai ungkapan dukungan terhadap Israel secara terang-terangan tanpa mempertimbangkan rumitnya masalah dengan Palestina yang melibatkan aspek politik dan sentimen agama.

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya