Krisis Ghouta, Serangan Udara Diduga Menargetkan Rumah Sakit

Upaya PBB untuk meminta gencatan senjata kembali menemui jalan buntu

Ghouta, IDN Times - Seluruh fasilitas kesehatan di Ghouta Timur hampir musnah setelah serangan udara yang dilakukan Suriah dan Rusia selama lima hari terakhir menghancurkan 22 rumah sakit dan klinik.

Dilansir oleh Al-Jazeera pada hari Kamis (22/2/2018), petugas medis di Ghouta mengklaim hanya ada tiga fasilitas medis yang tetap beroperasi dan semuanya dipenuhi korban serangan jet. Médecins Sans Frontières mengatakan 13 rumah sakit yang mereka sokong hancur atau rusak dalam tempo tiga hari terakhir saja.

Karena kerusakan dan korban tewas akibat serangan terus meningkat, organisasi internasional yang memantau krisis Suriah menuduh rumah sakit memang sengaja menjadi target serangan udara.

"Penderitaan luar biasa yang kita saksikan itu sengaja direncanakan dan dilakukan dengan cermat dari waktu ke waktu," kata Susannah Sirkin, direktur kebijakan internasional dari LSM Physicians for Human Rights.

"Situasi ini jadi hasil mematikan dari strategi penyerangan untuk menghalangi bantuan masuk dan berujung pada penghancuran target sipil secara ilegal dengan bom. Ini adalah taktik yang juga dilakukan oleh pemerintah Suriah dan sekutunya di Aleppo. Sekarang mereka hendak mengulangi kebrutalan itu di Ghouta Timur."

1. Keadaan sudut rumah sakit di Ghouta Timur setelah diserang. Jumlah rumah sakit dan klinik kesehatan yang kian berkurang akibat serangan udara jelas menambah penderitaan warga Ghouta

Krisis Ghouta, Serangan Udara Diduga Menargetkan Rumah SakitThe Guardian

Kelompok advokasi Violations Documentation Centre, yang mengumpulkan data tentang serangan di seantero Suriah, mengatakan bahwa rumah sakit diserang menggunakan berbagai jenis amunisi.

"Kami telah mengamati dan mendokumentasikan bahwa pemerintah Suriah menargetkan titik-titik medis dengan roket terarah," kata Mona Zeineddine selaku direktur komunikasi.

"Ini penting untuk dicatat karena rezim Suriah pada umumnya menggunakan bom yang tak terarah dan berjenis improvisasi. Namun untuk yang menyasar rumah sakit dan fasilitas medis, mereka menggunakan roket yang dipandu atau diarahkan."

Pihak berwenang di Ghouta juga mengaku ada serangan terhadap enam pusat pertahanan sipil, yang biasa digunakan untuk mengatur upaya penyelamatan korban serangan udara. "Kami secara langsung ditargetkan oleh serangan jet tempur," kata Abu Saleh al-Ghoutani, seorang supir ambulans.

“Bahkan saat kami menyelamatkan orang-orang di balik reruntuhan atau mengantar mereka ke rumah sakit, kami diserang langsung tanpa ampun. Mereka menunggu dan melihat ke mana kami mengemudi dan kemudian menyerang.”

2. Selain menyerang sejumlah fasilitas kesehatan, jet-jet tempur Suriah dan Rusia juga menargetkan ambulans yang sedang membawa korban serangan

Krisis Ghouta, Serangan Udara Diduga Menargetkan Rumah SakitMédecins Sans Frontières

Otoritas kesehatan setempat mencatat bahwa hingga hari Rabu (21/2/2018), ada 250 korban tewas dan 1.700 lainnya mengalami luka-luka. Korban tewas diperkirakan akan meningkat karena beberapa mengalami luka parah.

Namun data yang diperoleh Syrian Observatory for Human Rights, LSM pengawas perang Suriah yang berbasis di Inggris, justru lebih banyak. Total ada 403 orang yang tewas dan 2.116 lainnya terluka sejak serangan dimulai pada Minggu (18/2/2018) malam.

Kepada The Guardian, seorang dokter di Ghouta, mengatakan: "Kami jadi target serangan langsung. Ini adalah situasi yang tidak pantas kami terima. Kami tidak siap menghadapi kebrutalan ini. Warga sipil tidak mengharapkan kekejaman semacam itu.”

“Mereka yang tidak bisa mencapai tempat perlindungan tepat waktu sangat rentan untuk tewas. Kami diserang dengan bom dan segala jenis roket. Kami juga kekurangan makanan dan air. Akibatnya kami juga tidak mampu melakukan pekerjaan dengan baik. Kami terjebak. Tidak ada listrik. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa hari ke depan."

Serangan udara secara terus-menerus telah dikritik habis-habisan oleh masyarakat internasional. Namun hanya ada sedikit usaha diplomatik untuk menghentikannya. Meski ada klaim bahwa serangan tersebut adalah bentuk kejahatan perang.

3. Di sisi lain, serangan udara yang tak berhenti membuat jumlah korban sipil terus bertambah dan didominasi oleh anak-anak

Krisis Ghouta, Serangan Udara Diduga Menargetkan Rumah SakitThe National

"Bahkan perang sekalipun punya peraturan, dan tindakan mereka jelas melanggar banyak resolusi PBB. Dalam pertempuran militer, korban tewas dan yang terluka diizinkan untuk dievakuasi. Warga sipil Ghouta tak mengalami hal semacam itu. Rumah sakit, sekolah, dan gudang makanan mereka hancur. Mereka dihukum mati dengan cara yang lambat dan menyakitkan,” kata Dr Ghanem Tayara, ketua Union Of Medical Care And Relief Organisations.

Berdasarkan keterangan penduduk setempat, Ghouta sudah tidak dialiri listrik selama empat tahun. Kondisi tempat perlindungan warga dari serangan pun jauh dari kata layak. Anak-anak mulai kelaparan, namun tidak ada makanan yang tersedia.

Alhasil para orangtua mengakalinya dengan memilih permen dan makanan manis sebagai pengganti asupan karena hanya itu yang tersedia.

Harapan warga Ghouta agar PBB turun tangan untuk menyelesaikan penderitaan mereka tampaknya sulit terwujud. BBC melaporkan bahwa Rusia menolak usulan gencatan senjata yang diajukan dalam rapat Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis (22/2/2018) di New York, Amerika Serikat.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia menekankan perlunya sebuah resolusi yang benar-benar akan berhasil. "Yang kita butuhkan bukan sekedar simbolisme, bukan keputusan demi keputusan, melainkan tindakan yang sepadan dengan kondisi di lapangan," katanya.

Resolusi gencatan senjata yang diajukan oleh Kuwait dan Swedia tersebut bertujuan memberlakukan gencatan senjata selama 30 hari, agar tim evakuasi medis dan pengiriman bantuan bisa memasuki wilayah Ghouta yang mengalami kerusakan parah.

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya