Kapolri: Asal-usul Keberadaan Rutan Brimob Bukan untuk Pelaku Terorisme

Rutan Brimob semula untuk tahanan penegak hukum

Jakarta, IDN Times - Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian mengatakan, rutan Mako Brimob sesungguhnya bukan rumah tahanan untuk tahanan kasus terorisme. Karena itu, pihaknya akan mengkaji ulang fungsi Mako Brimob. 

"Yang menjadi bagian evaluasi dari kami memang rutan Brimob ini sebetulnya tak layak untuk menjadi rutan teroris," ungkap Tito di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Kamis (10/5). 

1. Rutan cabang Salemba di Mako Brimob bukan didesain untuk tahanan terorisme

Kapolri: Asal-usul Keberadaan Rutan Brimob Bukan untuk Pelaku TerorismeIDN Times/Vanny El Rahman

Lantaran tidak seharusnya difungsikan sebagai tempat singgah tahanan terorisme, maka tingkat keamanan rutan cabang Selemba di Mako Brimob itu bukan dalam kapasitas keamanan tertinggi.

"Karenanya (Mako Brimob) ini bukan maximum security. Bukan didesain untuk teroris," kata Tito. 

2. Rutan Mako Brimob adalah tempat bagi penegak hukum yang melakukan tindak pidana

Kapolri: Asal-usul Keberadaan Rutan Brimob Bukan untuk Pelaku TerorismeIDN Times/Vanny El Rahman

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu menyebutkan, rutan cabang Salemba di Mako Brimob seharusnya difungsikan bagi penegak hukum yang terlibat pidana. 

"Rutan ini dulunya adalah tempat bagi anggota Polri yang terlibat pidana. Jadi kami kan kalau namanya penegak hukum ini, kalau terlibat pidana, bukan hanya polisi, temen-temen jaksa dan penegak hukum lainnya," terang dia.

Baca juga: Fakta di Balik Insiden Mako Brimob, Tahanan Teroris Terbagi Dua Kubu

3. Mencegah penegak hukum menjadi korban apabila disatukan dengan napi lain

Kapolri: Asal-usul Keberadaan Rutan Brimob Bukan untuk Pelaku TerorismeIDN Times/Vanny El Rahman

Menurut Tito, berangkat dari rasa kekhawatiran tahanan penegak hukum menjadi korban apabila disatukan dengan pelaku tindak kejahatan lainnya, termasuk terorisme, maka dibuatlah rutan Mako Brimob. 

"Kemudian, mereka melakukan diduga pidana dan dimasukkan ke dalam rutan yang sama dengan kriminal lain, mereka bisa menjadi korban. Oleh karena itu, untuk Polri ini dibuatkanlah rutan ini. Kalau ada anggota Polri terlibat pidana, mereka ditahan di sini, semoga tak menjadi korban kekerasan dari mereka penjahat yang sudah ditangkap," terang Kapolri. 

4. Terpaksa mengurung teroris di Mako Brimob

Kapolri: Asal-usul Keberadaan Rutan Brimob Bukan untuk Pelaku TerorismeIDN Times/Vanny El Rahman

Disebabkan beberapa hal, kata Tito, akhirnya kepolisian terpaksa menggunakan Mako Brimob sebagai tempat sementara untuk menahan tahanan kasus terorisme. 

"Namun, karena ada dinamika, perlu ada tempat dimana bisa melakukan pemeriksaan, tempat yang paling aman adalah Markas Brimob. Namun, Markas Brimob ini terkurung memang. Rutan ini berada di lingkungan markas, jadi memang gak bisa kemana-mana," kata dia.

5. Kapasitas rutan berlebihan 

Kapolri: Asal-usul Keberadaan Rutan Brimob Bukan untuk Pelaku TerorismeIstimewa

Kini, kata Tito, setelah rutan Mako Brimob digunakan untuk napi terorisme, ternyata kelebihan kapasitas. Sehingga, kondisinya tidak memungkinkan di dalamnya.

"Persoalannya adalah over crwoded saya lihat. Ini saya kira cukup untuk idealnya 64 orang, maksimal 90-an. Ini saya lihat, saya juga baru tahu sampai 155 orang di dalam itu. Jadi sangat sumpek sekali. Apalagi di ujung itu ada ruang pemeriksaan yang meng-interview dalam rangka pemberkasan," kata Tito.

Kericuhan hingga berujung penyanderaan anggota kepolisian oleh napi terorisme (napiter) di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, berlangsung sejak Selasa (8/5) pukul 19.30 WIB hingga Kamis (10/5) pukul 07.15 WIB. Akibat insiden berdarah ini, lima polisi tewas setelah disandera oleh narapidana teroris.

Para korban mengalami penyiksaan sadis sebelum dibunuh, karena hasil forensik sebagian besar korban meninggal dengan sejumlah luka di sekujur tubuhnya. Kelima polisi yang gugur dalam tugas itu Bripka Denny Setiadi, Ipda Ros Puji, Briptu Fandi Setyo Nugroho, Bripda Syukron Fadli, Brida Wahyu Catur. 

Sementara, satu polisi yang disandera Bripka Iwan Sarjana, berhasil selamat setelah dibebaskan pada Rabu (9/5) pukul 00.00 WIB. Namun, kondisi Iwan penuh luka memar di tubuhnya dan segera dirawat di Rumah Sakit Polri.

Selain anggota kepolisian, satu napi juga tewas akibat melawan petugas, yakni Abu Ibrahim alias Beny Syamsu asal Pekanbaru. Sebanyak 155 napi teroris yang terlibat kericuhan hari ini telah dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, dan 10 di antaranya sempat menjalani pemeriksaan di Mako Brimob, karena tidak bersedia menyerahkan diri saat detik-detik akhir drama berdarah ini.

Baca juga: Viral Video Polisi Suapi Napi Teroris Pasca Kericuhan Mako Brimob

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya