Ini Komentar Para Santri Tentang Benarkah Islam Mengajarkan Radikalisme

#SantriZamanNow harus gaul dan bisa berbaur supaya bisa menyebarkan paham Islam yang damai

Jakarta, IDN Times- Pasca serangkaian insiden terorisme yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia, sebagian pemeluk ajaran Islam mendapat perhatian lebih. Terkhusus setelah uji coba pembunuhan anggota brimob dan penyerangan di beberapa kantor kepolisian menggunakan atribut Islam, seperti niqab ataupun sorban serta peci.

Meski tindakan radikalisme kerap diidentikkan dengan agama Islam, Presiden Republik Indonesia Joko 'Jokowi' Widodo beserta Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian telah menegaskan bahwa terorisme tidak mengenal agama. Mereka menolak adanya keterkaitan antara terorisme dengan ajaran Islam. 

Menanggapi stigma tersebut, IDN Times meminta pendapat dari kalangan santri. Mengingat santri adalah istilah bagi mereka yang belajar di sebuah sekolah berasrama atau pondok pesantren dan sepanjang 24 jam aktivitas mereka dipenuhi oleh kegiatan Islami.

1. Terorisme adalah tindakan oknum yang tidak bisa dipukul rata

Ini Komentar Para Santri Tentang Benarkah Islam Mengajarkan RadikalismeIDN Times/Vanny El Rahman

Faris Maulana Akbar, santriwan di Pondok Pesantren Darus Sunnah, Ciputat, Tangerang Selatan, menjelaskan bahwa terorisme adalah perbuatan yang dilakukan oleh oknum tertentu. Menurutnya, radikalisme adalah hal yang bertentangan dengan ruh Islam itu sendiri.

"Kesalahpahaman terjadi hanya karena mereka menganggap Islam mengajarkan radikalisme karena mereka hanya melihat dari satu kasus saja. Padahal, Islam itu sendiri berasal dari kata aslama-yuslimu-Islaman yang artinya menyelamatkan. Yang diajarkan adalah kedamaian, jadi itu (radikalisme) bukan ajaran Islam," kata Faris saat kepada IDN Times, Jumat (18/5).

Baca juga: Sambut Ramadan, PLN Beri Diskon 50 Persen untuk Pemasangan Listrik

Makna daripada salam yang diucapkan ketika antara muslim saling bertemu, menurut Faris, memperkuat peran Islam sebagai agama yang menyebarkan kedamaian. "Dalam salam, terkandung esensi perdamaian. Begitupun dengan kata basmalah, terkandung konsep kasih sayang," sambung pria yang juga mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu. 

Faris berpendapat, pesantren bisa menjadi benteng yang membekali generasi muda untuk melawan paham radikalisme. Dia tidak sependapat dengan berbagai stigma yang menilai bahwa pesantren adalah lumbung paham intoleransi. 

"Pesantren adalah salah satu tempat menimba ilmu dengan berbasis budaya lokal. Di pesantren, selain dibekali ilmu ke-Islaman, juga diajari kearifan lokal termasuk cara berpikir masyarakat setempat. Sepengalaman saya, pesantren seperti itu justru anti-pati terhadap paham radikal. Ya kalaupun ada yang radikal itu adalah oknum dan pasti langsung diasuh oleh kiai," beber dia. 

2. Terorisme adalah pembenaran yang salah

Ini Komentar Para Santri Tentang Benarkah Islam Mengajarkan RadikalismeMachfud Ivan Husein. IDN Times/Vanny El Rahman

Di lain tempat, santriwan tahun kelima di Pondok Pesantren Darunnajah I, Ulujami, Jakarta Selatan, Machfud Ivan Husein, menyampaikan bahwa terorisme yang identik dengan kegiatan mengorbankan nyawa hanyalah dalih untuk mencari pembenaran semata.

"Pasti ada oknum yang berpendapat kalau mati syahid adalah mulia, nah hal itu diimplementasikan dengan mati menggunakan bom bunuh diri. Itu salah, karena dia mencari pembenaran atas perbuatan yang salah. Kami di pesantren tidak diajarkan pemahaman seperti itu," terang dia.   

Bagi santri asal Ternate itu, tindakan terorisme menjadi gambaran terkait pihak yang tidak bisa menerima keragaman di Indonesia. Terlebih, Allah SWT melalui Alquran telah menegaskan bahwa keragaman dan perbedaan adalah keniscayaan yang harus dirajut serta dijaga. 

"Hakikatnya kita hidup berbeda-beda. Mengapa demikian? Agar kehidupan indah, ya seperti pelangi, kalau gak ada merah, kuning, hijau, ya gak indah. Begitu pula dengan kehidupan, ada banyak suku, agama, bahasa, tapi kita harus tetap pegang teguh Pancasila, Bhineka Tunggal Ika. Alquran juga jelas mengatakan 'dan Kami jadikan kamu bersuku-suku'," ungkap Husein.

3. Islam itu ajaran yang Rahmatan Lil 'Alamiin

Ini Komentar Para Santri Tentang Benarkah Islam Mengajarkan RadikalismeNajmi Laila Elbasyarah. IDN Times/Vanny El Rahman

Kemudian, Najmi Laila Elbasyarah, santriwati tahun kelima di Pondok Pesantren Darunnajah I, turut menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan paham rahmatan lil 'alamiin atau kasih sayang bagi seluruh alam. Karenanya, dia meyakini jika isu terorisme mencuat dalam pusaran ajaran Islam, pastinya ada oknum yang menungganginya demi kepentingan pribadi semata. 

"Coba kalau kita berpikir positif, Islam itu rahmatan lil 'alamiin, makanya gak mungkin ngajarin berbuat jahat, menipu. Kita juga gak bisa melihat segalanya dari satu sisi, semuanya bisa jadi ada yang ngatur di balik layar," ungkap Najmi. 

Sebagai santri di era milenial, gadis asal Jakarta ini yakin apabila santriwan dan santriwati mampu menjadi pihak yang menyebarkan ajaran Islam ke kalangan remaja dengan cara yang kekinian. 

"Santri itukan dikenalnya gak gaul, nah ini salah satu tantangannya. Jadi bagaimana caranya kita nunjukkin kalau kita bisa gaul juga. Nah nanti barulah semua pemuda bersatu. Dan kita harus nunjukkin kalau kita pemuda bisa menjadikan Indonesia lebih baik lagi," kata dia. 

Baca juga: Banyak Teror, PBNU Yakin Kiai Aman di Tangan Santri

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya