Fakta di Balik Insiden Mako Brimob, Tahanan Teroris Terbagi Dua Kubu

Ada kubu yang tidak melawan

Jakarta, IDN Times - Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian membeberkan fakta detik-detik penanganan insiden di rutan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, yang terjadi sejak Selasa (8/5) hingga Kamis (10/5) pagi. 

"Saya sudah mendapat instruksi juga melaporkan kepada Bapak Presiden. Dan instruksi Beliau sangat tegas bahwa kita gak boleh kalah dengan terorisme, dan Kapolri mengambil tindakan tegas yang diperlukan. Saat itu kita memang memiliki opsi. Kalau seandainya tidak ada opsi lain tegas saja Bapak Kapolri, dan saya sampaikan saya siap," ungkap Tito saat berkunjung ke Mako Brimob, Depok, Kamis (10/5). 

1. Polisi memperhatikan faktor kemanusiaan

Fakta di Balik Insiden Mako Brimob, Tahanan Teroris Terbagi Dua KubuIDN Times/Vanny El Rahman

Meski kerusuhan sudah terjadi sejak Selasa malam, Polri tidak serta-merta menyerbu tahanan terorisme yang menyandera anggota Brimob. 

"Opsi kita langsung masuk atau memberi warning dulu beberapa waktu. Kenapa? Karena ada pro-kontra. Ada (kubu tahanan) yang dukung kekerasan," terang Kapolri. 

Baca juga: Tiba dari Yordania, Kapolri Tito Langsung Kunjungi Mako Brimob

2. Ada tahanan yang ingin menyerahkan diri

Fakta di Balik Insiden Mako Brimob, Tahanan Teroris Terbagi Dua KubuIDN Times/Vanny El Rahman

Sementara, menurut Tito, kubu tahanan terorisme yang kedua lebih memilih pasrah dan terlibat dalam kerusuhan yang dilakukan oleh kelompok lainnya. 

"Kita tahu di dalam kelompok, semua ada pro-kontra. Itu yang menjadi opsi kita agar jangan sampai ada korban yang banyak, padahal ada yang tidak ingin lakukan kekerasan," kata dia. 

Setelah memahami kondisi di dalam rutan, mantan Kapolda Metro Jaya itu segera mengabarkan situasi terbaru kepada Presiden Joko 'Jokowi' Widodo. Alhasil, Polri memberi tenggat kepada para tahanan terorisme untuk segera menyerahkan diri. 

3. Para tahanan akhirnya menyerah Kamis pagi

Fakta di Balik Insiden Mako Brimob, Tahanan Teroris Terbagi Dua KubuIDN Times/Vanny El Rahman

Ultimatum dari personel kepolisian pada napi terorisme akhirnya berbuah manis pada Kamis (10/5) pagi. Kendati, insiden yang berlangsung selama 36 jam dan memakan enam korban jiwa itu, seluruh tahanan akhirnya menyerahkan diri ke kepolisian. 

"Kami berikan warning kepada mereka sampai dengan pagi ini. Jadi sepanjang malam warning sudah disampaikan, dan kemudian alhamudlillah satu sandera anggota Polri Brigadir Iwan Sarjana jam 12 malam itu dilepas oleh mereka, dan besok paginya mereka kemudian keluar menyerahkan diri," tutup Tito.

Kericuhan hingga berujung penyanderaan anggota kepolisian oleh napi teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, berlangsung sejak Selasa (8/5) pukul 19.30 WIB hingga Kamis (10/5) pukul 07.15 WIB. Akibat insiden ini, lima polisi tewas setelah disandera terlebih dahulu oleh narapidana teroris.

Para korban mengalami penyiksaan sadis, karena hasil forensik sebagian besar korban tewas dengan sejumlah luka di sekujur tubuhnya. Kelima polisi yang gugur dalam tugas itu Bripka Denny Setiadi, Ipda Ros Puji, Briptu Fandi Setyo Nugroho, Bripda Syukron Fadli, Brida Wahyu Catur. 

Sementara satu polisi yang disandera Bripka Iwan Sarjana, berhasil selamat setelah dibebaskan pada Rabu (9/5) pukul 00.00 WIB. Namun, kondisi Iwan penuh luka memar di tubuhnya dan segera dirawat di Rumah Sakit Polri.

Selain anggota kepolisian, satu napi juga tewas akibat melawan petugas, yakni Abu Ibrahim alias Beny Syamsu asal Pekanbaru. Sebanyak 145 napi teroris yang terlibat kericuhan hari ini langsung dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, dan 10 napi lainnya masih ditahan di Mako Brimob guna pemeriksaan lebih lanjut, karena tidak bersedia menyerahkan diri saat detik-detik akhir drama berdarah ini.

Baca juga: Polwan Ikut Jadi Korban Kericuhan Mako Brimob, Warganet Geram

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya