Benarkah Narkoba Bisa Menenangkan Jiwa?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Narkoba tengah marak di dunia selebriti. Sepanjang 2018 ini saja, misalnya, sudah tiga artis terjerat operasi tangkap tangan atas dugaan penyalahgunaan obat.
Ketika ditanya kenapa menggunakan narkoba, sebagian besar menjawab untuk menenangkan jiwa dan menghilangkan lelah.
Hal senada disampaikan Sunan Kalijaga, pengacara yang kerap menangani jeratan hukum para artis, mengatakan banyaknya publik figur yang mengonsumsi narkoba karena dampak tuntutan kerja yang kelewat tinggi.
"Saya juga perlu imbau, kepada para produser dan pekerja seni, artis juga manusia yang punya keterbatasan fisik. Jangan karena ingin tekan biaya produksi mereka jadi dipaksa shooting kejar tayang," katanya kepada awak media baru-baru ini.
Pertanyaan berikutnya adalah: Apakah benar narkoba memiliki efek menangkan jiwa hingga memperkuat stamina? Yuk simak penjelasannya.
1. Memang ada narkoba yang digunakan menjadi obat
Dokter di Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan Indonesia (PDSKJI) Fidiansjah menjelaskan, dari sekian banyak narkoba yang beredar, ada yang digunakan dalam dunia kedokteran sebagai instrumen pengobatan.
"Narkoba dibagi beberapa golongan sebagaimana lampiran UU Narkotika. Beberapa narkoba yang memang digolongkan sebagai obat yang dipakai untuk terapi suatu penyakit. Efeknya terbagi menjadi stimulans atau meningkatkan stamina dan depresan menghilangkan kesedihan," katanya kepada IDN Times Senin, (19/2).
Baca juga: Anak dan Menantu Pedangdut Elvi Sukaesih Ditangkap Dugaan Narkoba
2. Harus dikonsumsi sesuai resep dokter
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza di Kementerian Kesehatan ini mengatakan penggunaan narkoba harus sesuai dengan resep dokter.
"Jika diminum demikian, manfaat narkoba bisa didapat. Namun jika diminum dan didapat secara ilegal, akan terjadi penyalahgunaan obat," tambahnya.
Editor’s picks
3. Narkoba berpotensi merusak kerja otak
Selanjutnya, pria yang menuntaskan studi doktoralnya di Universitas Indonesia pada 2010 ini membeberkan bahaya narkoba apabila dikonsumsi tanpa resep dokter.
"Memang kalau sesuai dengan resep dokter efek jangka pendek, menengah, dan jangka panjangnya bisa untuk terapi. Tapi kalau tidak, efeknya adalah adikasi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) yang merusak neurotransmitter di otak," sambung dia.
4. Tidak semua kasus narkoba bisa dilihat dari sudut pandang yang sama
Menggarisbawahi pernyataan Fachri Albar yang mengatakan bahwa Dumolid yang dikonsumsinya merupakan anjuran dokter untuk memberikan ketenangan jiwa, Fidiansjah enggen berkomentar lebih jauh. Pasalnya, setiap kasus memiliki diagnosisnya masing-masing.
"Bicara tentang kasus yang dialami seseorang, maka hanya bisa dianalisis jika dokter langsung memeriksa yang bersangkutan. Karena setiap kasus bersifat individual," beber pria kelahiran Jakarta 27 Juni 1963 ini.
5. Tanpa narkoba, tubuh manusia merupakan sistem yang sudah sempurna
Fidiansjah amat menyayangkan penggunaan narkoba untuk pelepas lelah. Sebab, menurutnya, tubuh manusia sudah memiliki mekanisme untuk menghilangkan lelahnya sendiri.
"InsyaAllah dalam tubuh manusia sudah diciptakan sistem yang sangat sempurna. Sehingga tidak selalu diperlukan obat tambahan untuk bekerja dengan optimal. Namun ada catatan agar membiasakan pola hidup sehat," tuturnya.
Baca juga: Terancam 12 Tahun Penjara, Fachri Albar Ajukan Rehabilitasi