Begini Cara Memperbaiki Salat Agar Kita Bisa Merasakan Nikmatnya

Katanya salat mencegah perbuatan keji dan mungkar

Jakarta, IDN Times - Salat, yang merupakan rukun Islam kedua, adalah ibadah yang wajib dilakukan setiap Muslim. Saking utamanya salat, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda salat adalah ibadah yang pertama kali akan diperhitungkan di akhirat.

Beliau berkata, "Apabila salatnya baik maka seluruh amalnya pun baik. Apabila salatnya buruk maka seluruh amalnya pun akan buruk."

Allah SWT juga berfirman soal keutamaan salat dalam surat Al-Ankabut ayat 45 yang berbunyi, "... dirikan lah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah perbuatan keji dan munkar."

Alih-alih mencegah perbuatan keji dan mungkar, realita sebaliknya malah terjadi di Indonesia. Tidak sedikit dari umat Muslim yang rajin menjalankan salat lima waktu, tapi tetap melakukan korupsi dan perbuatan melanggar aturan lainnya.

Lantas, bagaimana seharusnya salat dipahami? Bagaimana agar salat yang kita lakukan setiap hari mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar? Serta, bagaimana salat yang kita lakukan sebanyak lima waktu atau 17 rakaat, bisa diterima Allah SWT? Yuk simak di bawah ini.

1. Salat lebih dari serangkaian doa dan gerakan yang sistematis

Begini Cara Memperbaiki Salat Agar Kita Bisa Merasakan Nikmatnyamusliminc.com

Aktivis Muslim Said Muniruddin mengatakan, agar salat bisa diterima Allah SWT sekaligus menjadi tameng agar Muslim tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar, kita terlebih dahulu harus paham makna salat itu sendiri.

"Secara formal-tradisional, salat didefinisikan sebagai sebuah sistem doa yang dimulai dari niat dan diakhiri dengan salam. Salat menuntut gerakan yang terstruktur dan sistematis. Ada serangkaian syarat sah secara gerakan dan bacaan yang detail dan kaku," ujar Said dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Selasa (22/5).

Di sisi lain, salat tidak bisa dipahami sebagai rangkaian gerakan semata. Sebab, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, ada jenis salat yang kebaikan setelah kita melakukannya, justru diremas hasilnya dan dilemparkan oleh para malaikat kembali ke wajah kita.

"Bukan, itu bukan salat. Itu adalah gerakan mematuk seperti burung gagak," tulis Said, sebagaimana mengutip sabda Nabi.

"Bisa jadi mulut kita komat-kamit, kita memang bergerak tapi kita tidak terkoneksi dengan Allah. Bisa jadi badan kita memang di rumah Allah atau di atas sajadah, tapi pikiran kita ada di mana-mana. Bahkan, bisa jadi tidak jelas siapa yang kita sembah," sambungnya.

Baca juga: Ketahui Nasihat Bulan Ramadan yang Paling Pas Untukmu!

2. Salat akan terus mendapat gangguan dari setan

Begini Cara Memperbaiki Salat Agar Kita Bisa Merasakan Nikmatnyaplus.google.com

Sebagai ibadah vital dalam Islam, tentu setan akan terus menggoda umat Muslim yang tengah melakukannya. Tatkala setan menggoda, pikiran kita saat salat biasanya akan kehilangan fokus alias tidak khusyu.

"Salat seharusnya menjadi proses mikraj-nya (ruh kita dekat dengan Allah) ruhani kita. Tetapi itu tidak benar-benar terjadi. Di luar salat saja kita tidak pernah berpikiran demikian liar. Anehnya, saat salat kita justru kehilangan total akal dan kesadaran. Kelihatannya setan berhasil membawa jiwa kita pergi berkelana bersamanya," kata pria kelahiran Aceh 1979 itu.

Pada kondisi salat seperti itulah ibadah yang dilakukan umat Muslim tidak memberikan efek positif bagi yang melaksanakannya. "Salat jalan terus. Pada saat yang sama; korupsi, menipu, berbicara bohong, memfitnah, mencaci, dan membenci orang juga berlanjut. Mengapa bisa demikian? Ya, karena kita menyembah setan dalam formalitas salat, bukan Allah," kata dia.

Penjelasan di atas juga difirmankan Allah SWT dalam surat Al-Ma'un yang menjelaskan, terdapat orang-orang yang melaksanakan salat tapi mereka dalam kondisi celaka. Bahkan, Allah menyebut mereka sebagai 'pendusta agama'.

3. Memperbaiki ibadah salat kita

Begini Cara Memperbaiki Salat Agar Kita Bisa Merasakan Nikmatnyaabc7chicago.com

Lantas bagaimana agar kita benar-benar dapat mendirikan salat? Said mengatakan, langkah pertama memperbaiki salat adalah belajar dari para ahli fiqh atau ulama, dan bisa juga mempelajarinya dari berbagai kitab-kitab fiqh yang tersedia.

"Kita tidak bisa mengabaikan dimensi syariat terkait syariat (pada tata bacaan dan gerakannya semata). Namun kita tidak boleh mandek pada level syariat. Untuk belajar salat dalam pengertian substantif seperti ini, kita harus menjumpai guru-guru spiritual yang mumpuni. Allah itu substansi spiritual. Maka salat harus melampaui bahasa lisan," terang Said.

"Guru-guru yang arif biasanya masih mewarisi metode-metode praktis dari Rasul SAW dan sahabat, serta wali-wali Allah lainnya yang ahli dalam urusan 'mengingat Allah' melalui kekuatan jiwa," imbuhnya.

Hakikatnya, kata Said, salat merupakan teknik berkomunikasi dengan Allah SWT menggunakan hati. Usaha mengingat Tuhan melalui dimensi ruhiyah akan menghasilkan salat yang benar-benar mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Pada tingkatan paling tinggi, salat akan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Suara azan menjadi alarm bagi setiap Muslim, untuk menghentikan kegiatannya demi melaksanakan kegiatan yang lebih 'menyenangkan', yaitu salat.

"Ingat bagaimana sahabat Ali melakukan salat. Mendengar azan dia sudah bergetar. Bahkan, ketika dia salat, Ali tidak merasakan bahwa ada anak panah yang dicabut dari kakinya. Pada saat itu jiwanya sudah mi'raj," pungkas Said.

Baca juga: [KATA MILLENNIALS] Tradisi Ramadan Masa Kecil, Apa yang Paling Kamu Rindukan?


Topik:

Berita Terkini Lainnya