9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman Now

Sosok Rohana Kudus menginspirasi

Padang, IDN Times – Empat puluh tahun lalu, gagasan Hari Pers Nasional untuk pertama kalinya dicanangkan di Padang, Sumatera Barat. Jurnalis senior yang juga ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Ilham Bintang, mengenang bagaimana gagasan ini muncul sebagai salah satu keputusan penting Kongres PWI  ke-28 di Padang, tahun 1978.

Empat dekade kemudian, Padang kembali menjadi tuan rumah peringatan HPN. Ranah Minang selalu menjadi tempat istimewa bagi sejarah perkembangan literasi di negeri ini. Di Bumi Minang pula, lahir sosok Rohana Kudus, pionir jurnalis perempuan, yang mendirikan media pertama untuk perempuan, Koran Soenting Melajoe. Koran ini berdiri tahun 1912.

Baca juga: Melacak Jejak Rohana Kudus, Pionir Jurnalis Perempuan dari Koto Gadang

Ketua Dewan Pers Stanley Adi Prasetyo menggugat peran jurnalis perempuan yang dianggapnya belum optimal dalam menentukan arah pemberitaan media. “Jurnalis perempuan pun belum memberikan perhatian lebih kepada isu-isu terkait dengan perempuan, atau memberikan perspektif gender dalam peliputannya,” ujar Stanley di acara Seminar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia, di Padang (7/2/2018).

Bagaimana jurnalis perempuan di era digital ini menyikapin tantangan profesinya? Berikut pendapat 7 perempuan jurnalis yang dirangkum IDN Times.

1.Petty S Fatimah, Pemimpin Redaksi Majalah Femina

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowDok Petty S Fatimah

Di masa manapun perempuan jurnalis yang ingin pekerjaannya impactful dan dicatat zaman, perlu cerdas, bergaul luas, update dengan zamannya (untuk saat ini kuasai teknologi) dan tidak merasa, “Ah saya kan cuma perempuan (wartawan).”. Rohana Kudus membuktikan itu.

Pers perjuangan butuh keberanian, kecerdasan dan kecerdikan. Amunisi yang sama untuk wartawan zaman Now. Dan jangan lupa bersenang-senang, karena dari situ kreativitas luar biasa akan muncul.” 

2. Amanda Komaling, Pengurus Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI)

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowInstagram/@amandakomaling

“Dengan banyaknya kemudahan informasi di era digital seperti saat ini, jurnalis perempuan jangan berpuas diri dengan kemampuan yang dimiliki. Tidak bermodalkan paras cantik lalu malas belajar mencari referensi serta berkarya secara intensif,” kata Amanda Komaling.

Menurut jurnalis televisi yang tinggal dan bertugas di Manado ini, “Perjuangan jurnalis perempuan juga dibutuhkan di rapat-rapat redaksi. Di mana isu mengenai perempuan dan anak kadang dianggap tidak terlalu menarik. Ketika bekerja di lapangan (meliput), jurnalis perempuan harus mampu bekerja setara dengan kelompok jurnalis pria. Bagi saya jurnalis televisi di daerah, selain perempuan wajib menguasai teknis lapangan, dia juga dituntut mampu melaporkan secara langsung jika dibutuhkan medianya, secara dengan mandiri dan profesional.”

3. Khairiah Lubis, Pendiri Forum Jurnalis Perempuan Indonesia

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowDok IDN Times

“Tantangan yang dialami jurnalis di era Rohana Kudus dan jurnalis zaman now adalah masih sama-sama dipandang remeh dalam penugasan di redaksi. Yang berbeda, dulu fasilitas kerja terbatas, begitu juga akses ke informasi. Meskipun terbatas, dari sosok Rohana Kudus kita melihat bahwa perempuan jurnalis mampu mencerahkan masa depan perempuan.”

Menurut Khairiah yang tinggal di Medan dan bekerja untuk sebuah stasiun televisi itu, saat ini sumber informasi mudah diperoleh dari internet, dan lebih mudah pula menyiarkan konten. “Sayangnya, media masih banyak menjadikan perempuan sebagai komoditi, sehingga perempuan yang bekerja di media harus bekerja ekstra keras untuk menyadarkan medianya agar punya perspektif perempuan.”

4. Ratna Sulistiowati, Pemimpin Koran Rakyat Merdeka

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowInstagram/@ratnasusilo

“Tugas jurnalis zaman now pada hakikatnya sama, mendidik masyakarat dan fungsi sosial kontrol tapi sekaligus harus selaras dengan kepentingan bisnis media. Jurnalis tetap bisa bersikap kritis tapi realistis. Apa maksudnya? Mengedepankan kepentingan yang lebih besar atau mengutamakan arus aspirasi masyarakat banyak daripada membela kelompok. Bersikap adil dan objektif dengan menyampaikan beragam pandangan yang berbeda di masyarakat. Menyaring informasi di tengah lautan hoax dengan menyajikan data dari sumber yang resmi dan otoritasnya bisa dipertanggungjawabkan,” kata Ratna.

5. Indiana Malia, jurnalis IDN Times

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowDok IDN Times/Istimewa

"Selama bekerja di lapangan, saya menemukan banyak jurnalis perempuan yang tidak diizinkan istirahat dengan alasan haid oleh media tempatnya bekerja. Bahkan, saya pernah nyaris pingsan di tempat liputan lantaran menahan dismenore (dan sejak saat itu saya diizinkan cuti haid di bulan-bulan berikutnya),” kata Indiana.

Menurutnya, perusahaan media seyogianya  memenuhi hak-hak reproduksi perempuan, seperti memberikan cuti haid, cuti melahirkan, dan menyediakan ruang laktasi bagi pekerja perempuan. Selain itu, perusahaan juga semestinya dapat bertindak tegas terhadap kasus kekerasan seksual yang dialami perempuan di tempat kerja."

6. Rosianna Silalahi, Pemimpin Redaksi Kompas TV

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowInstagram/@silalahirosi

“Di zaman digital dan media sosial, serta referensi yang diakses dengan mudah menjadi perbedaan paling besar dibanding masa Rohana Kudus. Dan tantangan saat ini adalah bagaimana tetap melahirkan karya jurnalistik yang bermutu di tengah gempuran informasi dari berbagai media sosial,” kata Rosi.

7. Titin Rosmasari, Pemimpin Redaksi Trans 7 dan CNN Indonesia

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowInstagram/@titinrosmasariyahya

“Dalam kodratnya, jurnalis perempuan, kadang harus memilih apakah ia terus atau mundur dari pekerjaannya (tekanan keluarga, atau lebih sering keinginan untuk mengurus anak-keluarga)," kata Titin.

Menurutnya, jurnalis perempuan memiliki kepekaan yang tinggi pada isu-isu sosial dan humanis. Dari peninggalannya, Rohana Kudus menjadi unggul karena dapat menyuarakan berbagai ketimpangan sosial, kepentingan perempuan dan juga isu-isu sosial-budaya lewat tulisan dan peran sertanya langsung sebagai pendidik.

8. Rosa Longi Folia, jurnalis IDN Times

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowDok IDN Times

“Saya bersyukur karena kesempatan bagi perempuan untuk menjadi jurnalis semakin terbuka lebar. Meski begitu, masih banyak hal yang harus ditingkatkan. Profesi wartawan menuntut kita untuk terus belajar dan bersikap skeptis. Maka, jurnalis perempuan harus bisa menunjukkan bahwa kita siap untuk menghadapi tuntutan zaman,” kata Rosa.

9. Santi Dewi, jurnalis IDN Times

9 Jurnalis Perempuan Bicara tentang Tantangan Zaman NowDok IDN Times

Di hari pers ini, saya berharap di antara sesama jurnalis perempuan, alih-alih bersaing dan berkompetisi sampai saling sikut, ada baiknya berkolaborasi. 

Kadang, ada yang karena ingin eksklusif lalu menggunakan berbagai cara. We're women supposed to support each other.

Hal penting lainnya dan perlu dihigh light yakni memberikan peringatan kepada para nara sumber agar tidak melakukan pelecehan baik verbal maupun secara fisik. Sering kali kalau ada jurnalis perempuan yang memiliki paras cantik kemudian kerap diledek atau bahkan didekati oleh narasumber. 

Narasumber cukup menjaga hubungan baik secara profesional dan biarkan jurnalis perempuan melakukan pekerjaannya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menyampaikan pidato pembukaan di acara Konvensi Nasional Media Massa di Padang, Kamis (8/2), mengingatkan pentingnya jurnalis merespons situasi berkembang saat ini di era digital, termasuk maraknya informasi palsu (hoax).  

Jurnalis perlu terus-menerus meningkatkan profesionalismenya dan memberi perhatian kepada isu-isu pembangunan yang penting. “Kami perlu media untuk mengkomunikasikan berbagai kebijakan pembangunan nasional. Memberikan informasi yang aktual dan kredibel dan kondisi keuangan negara, khususnya APBN, karena ini adalah uang rakyat Indonesia,” kata Sri Mulyani.

Isu pembangunan perlu menjadi perhatian pula bagi jurnalis perempuan, seraya tetap menjadikan dirinya sebagai watchdog, yang mengawasi ketiga pilar demokrasi lainnya, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. 

Mantan Ketua Dewan Pers Bagir Manan mengatakan, jurnalis perempuan kerapkali dianggap lebih kredibel, lebih peka, lebih berempati. “Nilai-nilai yang melekat pada perempuan ini adalah potensi yang perlu terus dikembangkan dalam menggarap isu aktual yang penting bagi publik,” ujar Bagir di acara seminar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia.

Ini tantangan perempuan jurnalis zaman Now.

Topik:

Berita Terkini Lainnya