Menag: Salah Memahami Teks Kitab Suci Bisa Berakibat Ekstrem

Perlu moderasi agama agar umat tidak menyimpang

Jakarta, IDN Times - Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag), menggelar silaturahmi kebangsaan dengan pemuka agama di Masjid Istiqlal, Jakarta, hari ini.

Dalam acara tersebut, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin diberikan kesempatan untuk memberikan sambutannya. Dalam sambutannya, Lukman sempat menyinggung tentang ajaran agama melalui kitab masing-masing yang terkadang salah diartikan, sehingga menjadi ekstrem terhadap pemahaman tersebut.

1. Teks dalam kitab suci adalah hal yang harus dipahami tanpa berlebihan

Menag: Salah Memahami Teks Kitab Suci Bisa Berakibat EkstremIDN Times/Margith Juita Damanik

Lukman mengatakan semua umat beragama memahami dan mengamalkan ajaran agamanya tidak lepas dari teks atau kitab suci yang dianut masing-masing.

Melalui kitab suci, kata dia, umat beragama juga meneladani dan mengetahui riwayat dari orang-orang suci yang dikenal. Karena kitab suci atau teks tersebut, umat beragama terkadang cenderung terlalu berlebihan memahami teks-teks tersebut.

"Maka di sinilah tantangan kita saat ini. Karena di tengah-tengah kita sekarang muncul kecenderungan ekstrem, kecenderungan yang terlalu berlebihan dalam menyikapi, dalam memahami teks-teks itu," kata Lukman di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (16/5).

Ia pun mengungkapkan, sekarang sedang marak satu kalangan yang begitu terpaku dengan arti kata per kata di dalam kitab suci tersebut. Sehingga, kaum tersebut akan berpikiran konservatif atau tradisional.

"Satu kalangan begitu terpaku dengan pemahaman yang sangat harfiah dalam memahami teks. Sangat tekstualis. Itulah yang kemudian dikenal dengan kaum konservatif dalam memahami teks-teks yang ada," ujarnya.

Baca juga: Teror Bom di Negeri Nan Santun

2. Pemahaman harfiah membuat kaum ekstrem mengabaikan akal sehat

Menag: Salah Memahami Teks Kitab Suci Bisa Berakibat EkstremIDN Times/Fitang Budhi Adhitia

Karena begitu terpakunya dengan pemahaman harfiah secara berlebihan, lanjut Lukman, kemudian mengakibatkan mereka seperti mengabaikan akal sehat dan juga nalar. Serta, mengabaikan konteks dalam memahami teks itu sendiri.

"Sehingga, justru cenderung mengabaikan dari pemaknaan yang ada dalam teks itu sendiri. Tercerabut dari teks itu sendiri, yang sesungguhya adalah sumber utama dari kita memahami ajaran agama," kata Lukman.

3. Perlu moderasi agama agar umat tidak menyimpang

Menag: Salah Memahami Teks Kitab Suci Bisa Berakibat EkstremANTARA FOTO/M. Agung Rajasa

Untuk menghindari kecenderungan suatu kaum terlalu berlebihan memahami sebuah teks, Lukman menyebutkan, perlu adanya moderasi agama --upaya pengawasan agar tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.

"Itu kita ajak bersama untuk kembali ke tengah, menjadi moderat. Dalam artian, lawan dari ekstrem, tidak berlebih-lebihan. Karena keduanya ini sama-sama kita perlukan, bukan untuk dibenturkan, tapi bagaimana antara keduanya itu saling melengkapi, saling mengisi," kata Lukman.

Baca juga: Densus 88 Tangkap Dua Terduga Teroris di Medan, Salah Satunya Driver Ojek Online

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya