20 Tahun Reformasi di Mata Fahri Hamzah, Apakah Tuntutan Telah Tercapai?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menjelang 20 tahun reformasi, pada Mei 1998, ribuan mahasiswa berdemonstrasi untuk menuntut beberapa hal, di antaranya menurunkan Presiden Soeharto dari jabatannya.
Mei 1998 menjadi sebuah sejarah yang begitu kelam. Kerusuhan dan konflik dimana-mana. Tragedi Mei 1998 juga telah memakan banyak korban.
Ribuan mahasiswa turun ke jalan, melakukan demonstrasi untuk menuntut beberapa hal. Tuntutan tersebut di antaranya:
1. Menurunkan Presiden Soeharto dari jabatannya
2. Melaksanakan amandemen UUD 1945
3. Hapuskan Dwi Fungsi ABRI
4. Pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya
5. Tegakkan supremasi hukum
6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Setelah terlewati 20 tahun, apakah tuntutan dari mahasiswa sudah terpenuhi?
1. Setelah 20 tahun reformasi, sistem semua tuntutan telah terpenuhi
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah yang dulunya juga sebagai Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada 1998 mengatakan, permasalahan sistem memang semua tuntutan sudah selesai. Tinggal mekanisme kepemimpinan yang lebih baik harus dimiliki Indonesia.
“Tapi by sistem, sistemnya sudah settled. Ada lubang-lubang ini tinggal kita tutupi. Jadi peristiwa 20 tahun yang lalu itu adalah peristiwa monumental yang kita syukuri,” kata Fahri saat ditemui IDN Times di Gedung DPR RI, Jakarta, baru-baru ini.
Baca juga: Laporkan Presiden PKS, Fahri Hamzah Kembali Diperiksa Polda Metro
2. Indonesia harus memiliki pemimpin yang menyatu dengan sistem demokrasi
Editor’s picks
Saat ini, kata Fahri, lubang-lubang di Indonesia harus segera ditutup dengan metode kepemimpinan yang tepat. Ini adalah salah satu tantangan bagi Indonesia.
“Generasi saya, generasi angkatan tahun 90 an itu harus melihat ada problem apa dalam kepemimpinan kita. Apakah kepemimpinan kita ini, istilah saya berjodoh tidak dia dengan mesin demokrasi yang kita buat ini?” tanya Fahri.
Sebab, menurut Fahri, demokrasi itu memerlukan cara berpikir yang baru. Cara memimpin yang baru dan mindset baru, agar kelak pemimpin tersebut bisa menjadi sistem yang memberikan keuntungan kepada masyarakat.
3. Demokrasi di Indonesia saat ini sedikit jalan di tempat
Fahri mengatakan, jika pemimpinnya tidak bisa menyatu dengan demokrasi yang ada di Indonesia, maka demokrasi akan berjalan di tempat. Ia merasa demokrasi saat ini sedikit jalan di tempat.
“Bagus jalannya, ya business as usual kata orang, tapi dia tidak terbang sebagaimana kapasitas mesinnya, gitu,” ujar Fahri.
4. Indonesia ibarat Ferarri dengan kecepatan 50-100 km/jam
Fahri pun mengibaratkan Indonesia saat ini bak mobil Ferrari yang memiliki kecepatan bisa 300 km/jam, tapi sedang dibawa oleh orang yang kemampuannya hanya bisa mencapai 50-100 km/jam.
“Padahal ini kapasitasnya bisa 300, mungkin bisa 500. Seperti saya bilang gadget smartphone, tapi fungsi yang dipakai itu cuma SMS sama telepon. Seperti telepon jadul,” ungkap politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Lalu, apa yang menyebabkan itu terjadi? Menurut Fahri lantaran si pengguna atau pemimpin Indonesia saat ini tidak paham cara menggunakan dengan efektif.
“Demokrasi itu sebuah mesin yang efektif. Dia bisa melejitkan kesejahteraan masyarakat, menciptakan kelas menengah yang besar, memperkuat pertumbuhan ekonomi kita, dan melebarkan kapasitas bangsa kita secara massif. Tapi kapasitas pemimpinnya, membuat itu tidak terbang,” tutur dia.
5. Delapan hingga sembilan nilai Fahri untuk 20 tahun reformasi
Saat ditanya berapa nilai untuk 20 tahun reformasi sekarang ini? Fahri menilai dengan angka delapan atau sembilan. Karena Indonesia masih butuh pemimpin yang mengerti demokrasi.
“Kalau sistemnya saya bilang ya sudah delapan-sembilan, gitu. Masalahnya kan yang mimpin ini kan harus ngerti juga karakter dari demokrasi. Saya kira itu problem kita,” ungkap Fahri.
Baca juga: Datangi Mapolda Metro, Fahri Hamzah Doakan Presiden PKS Jadi Tersangka